Curhat Seorang Member Postcrossing
Tahun 2019 sudah memasuki penghujung bulan keempat (bahkan udah masuk awal bulan kelima ketika saya memberikan suntingan terakhir untuk tulisan ini) dan saya belum sempat sama sekali mengirimkan kartu pos-kartu pos untuk sesama penggemar Postcrossing. Terakhir kali melakukan kegiatan yang Postcrossing-related adalah tahun lalu, beberapa hari setelah upacara penutupan Asian Games 2018, yaitu kirim kartu pos lewat Direct Swap ke Korea (baca kisahnya di sini), setelah itu saya belum sempat lagi mengirimkan kartu pos. Belakangan saya bahkan memutuskan untuk menonaktifkan akun Postcrossing untuk sementara mengingat saya kayaknya bakal vacuum pula selama beberapa bulan ke depan. By the way, akun Postcrossing itu emang bisa hangus kalau kita nggak login secara rutin. Makanya, untuk menghindari hangusnya akun, kalau sekiranya kita mau sejenak mengambil jeda kehidupan (halah), Postcrossing memberikan opsi untuk menonaktifkan akun...dan itulah yang saya lakukan saat ini. Sebenarnya stok kartu pos di rumah masih sangat cukup untuk kirim kartu pos beberapa periode, prangko juga masih ada tapi sudah sangat minim, namun saat ini saya stay di Magelang, udah nggak sering-sering ke Jogja lagi. Sementara mengirim kartu pos di Magelang nggak segampang di Jogja. Dulu sih, pulang kerja tinggal mampir, sekarang susah. Apalagi saya diharuskan meminimalisir keluar rumah hehehe.
Beberapa koleksi kartu pos saya. |
Eh, sebelum saya nulis banyak-banyak, adakah yang belum tau Postcrossing itu apa? Well, itu tuh semacam komunitas online buat seseorang dari berbagai negara di dunia bertukar kartu pos secara offline. Jadi nanti kita bisa punya akun online, tapi ngirim kartu pos fisik ke si pemilik akun-akun itu. Kalo penasaran caranya dan info lainnya, silakan mampir ke tulisan ini, saya bahas lumayan lengkap disitu hehe.
Kalau di Jogja, kantor pos andalan buat kirim kartu pos tuh Kantor Pos Bulaksumur UGM, alasannya adalah karena para petugasnya tampak familiar dengan aktivitas manusia-manusia yang suka kirim kartu pos yang saya duga merupakan anggota komunitas Postcrossing juga hehehe. Selain itu, kantor pos yang bisa dijangkau naik sepeda kampus dari Fisipol ini menyediakan prangko dengan variasi harga dan gambar yang beragam jadi lebih memudahkan buat menyesuaikan prangko dengan kebutuhan. Jika di Jogja, ketika sedang selo, saya bahkan bisa mampir ke Kantor Pos Besar Yogyakarta yang ada di Nol Kilometer, disana ketersediaan prangko tentu saja sangat beragam, bisa milih yang sesuai selera atau sesuai permintaan calon penerima kartu pos, bahkan bisa memilih seri-seri terbaru seperti seri prangko Asian Games 2018 yang pernah saya unggah di blog. Hal itu tentu saja tidak mudah didapatkan di Magelang.
Suatu hari, saya pernah ingin mengirim kartu pos lewat kantor pos dekat rumah saya. Saat itu saya membutuhkan prangko enam ribu rupiah dan tujuh ribu rupiah untuk mengirim kartu pos, sayangnya kantor pos tersebut hanya memiliki stock prangko dengan nominal lima ribu rupiah saja, itupun dengan jumlah terbatas. Ketika saya mencoba ke kantor pos lain yang jaraknya juga lumayan terjangkau dari rumah, saya juga menemui problematika yang sama, mereka cuma punya prangko lima ribuan. Kan sedih yaa huhuhu. Ketika kita cuma butuh prangko tujuh ribu misalnya, tapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita nggak bisa pakai prangko tiga ribu dan empat ribu, melainkan harus bayar sepuluh ribu karena yang tersedia cuma prangko lima ribuan. Yaa...kalo kartu posnya cuma satu, kalo misal mau kirim lima kan mayan uga....yang harusnya cuma bayar tiga puluh lima ribu, jadi harus bayar lima puluh ribu. Biaya tambahannya lima belas ribu sis, duit segitu bisa dipake kirim dua kartu pos ke Jerman tuh huhuhu.
Selain menyediakan prangko dengan pecahan harga yang nggak banyak, di dekat rumah saya varian prangko juga monoton, nggak bisa milih yang seri-seri tertentu. Padahal biasanya penggemar Postcrossing kan auto gemar mengumpulkan prangko juga tuh. Alangkah seneng kan kalau kita bisa melengkapi koleksi-koleksi mereka juga. Iya sih, sebenernya nggak masalah kalau dikasih prangko monoton, tapi apa iya...kita ngasih orang, bawa nama Indonesia pula, terus ngasihnya asal-asalan? Nggak bisa gitu dong, tetep harus berusaha memberikan yang terbaik ye, kan? Hihihi.
Ya, dua alasan itu sih yang membuat saya memutuskan sejenak vacuum dari dunia Postcrossing. Mungkin itulah tantangan yang harus dihadapi orang-orang di komunitas Postcrossing yang tinggal di kota kecil. Sebenernya ada opsi lain sih, yaitu beli prangkonya online, biar bisi milih aneka harga berikut serinya, tapiii...tentu saja harganya lebih mahal, belum lagi ongkos kirimnya. Nggak bisa, sedang hemat aku tuh...butuh nabung banyak-banyak buat biaya perniqahan kita mz. Hahahaha alesan aja aku tuh, bilang aja kagak punya duit hahaha.
Ngirim kartu pos emang kayaknya gampang dan "gitu doang". Tapi menurut saya Postcrossing ini juga butuh ketelatenan. Dari awal, pas kita klik pengen kirim, dapet alamat dan nama akun, kepoin akun-akun yang bersangkutan buat tau kartu pos kayak apa yang dia suka berdasar keterangan di profil dia, terus milih kartu pos yang sekiranya suitable, mikirin mau nulis apa di kolom yang cuma secuil tapi harus menarik, beli prangkonya, trus sampe ngirim. Butuh effort. Aku sendiri selalu mengusahakan setiap kartu pos itu tulisannya beda-beda satu sama lain, lebih personal, dan berusaha menyesuaikan tema kesukaan yang ditulis si empunya akun di profilnya. Sekali lagi, nggak mau asal-asalan. Yaa, namanya juga hobi. Pasti kamu lakukan wholeheartedly kan? Kadang, memang susah dimengerti buat sebagian orang hahaha, tapi kamu hanya perlu "mau mengerti" untuk belajar sedikit memahami (yaelah...kuwots receh mode on).
Yaudah sih, sekian dulu curhatan saya yang udah lama vacuum blogging ini. Btw, besok insyaallah udah masuk Ramadhan ya, maafkan saya ya kalau dalam menulis dan merangkai kata di blog ini sering ada banyak salahnya. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga Ramadahan ini kita sama-sama sehat dan senantiasa dilimpahi berkah. Semoga saya segera menemukan kekuatan lahir dan batin untuk kembali menghidupkan hobi Postcrossing dan mendapatkan pencerahan hidup untuk kembali curhat di blog. Semoga besok pas ndilalah pengen kirim kartu pos kantor pos deket rumah tiba-tiba punya koleksi postcard kece haha.
Oh iya, Minseok hyung mau berangkat wamil besok Selasa, mohon doanya semoga beliau sehat-sehat dan kembali tanpa terluka hehehe.
Kalau di Jogja, kantor pos andalan buat kirim kartu pos tuh Kantor Pos Bulaksumur UGM, alasannya adalah karena para petugasnya tampak familiar dengan aktivitas manusia-manusia yang suka kirim kartu pos yang saya duga merupakan anggota komunitas Postcrossing juga hehehe. Selain itu, kantor pos yang bisa dijangkau naik sepeda kampus dari Fisipol ini menyediakan prangko dengan variasi harga dan gambar yang beragam jadi lebih memudahkan buat menyesuaikan prangko dengan kebutuhan. Jika di Jogja, ketika sedang selo, saya bahkan bisa mampir ke Kantor Pos Besar Yogyakarta yang ada di Nol Kilometer, disana ketersediaan prangko tentu saja sangat beragam, bisa milih yang sesuai selera atau sesuai permintaan calon penerima kartu pos, bahkan bisa memilih seri-seri terbaru seperti seri prangko Asian Games 2018 yang pernah saya unggah di blog. Hal itu tentu saja tidak mudah didapatkan di Magelang.
Suatu hari, saya pernah ingin mengirim kartu pos lewat kantor pos dekat rumah saya. Saat itu saya membutuhkan prangko enam ribu rupiah dan tujuh ribu rupiah untuk mengirim kartu pos, sayangnya kantor pos tersebut hanya memiliki stock prangko dengan nominal lima ribu rupiah saja, itupun dengan jumlah terbatas. Ketika saya mencoba ke kantor pos lain yang jaraknya juga lumayan terjangkau dari rumah, saya juga menemui problematika yang sama, mereka cuma punya prangko lima ribuan. Kan sedih yaa huhuhu. Ketika kita cuma butuh prangko tujuh ribu misalnya, tapi untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita nggak bisa pakai prangko tiga ribu dan empat ribu, melainkan harus bayar sepuluh ribu karena yang tersedia cuma prangko lima ribuan. Yaa...kalo kartu posnya cuma satu, kalo misal mau kirim lima kan mayan uga....yang harusnya cuma bayar tiga puluh lima ribu, jadi harus bayar lima puluh ribu. Biaya tambahannya lima belas ribu sis, duit segitu bisa dipake kirim dua kartu pos ke Jerman tuh huhuhu.
Selain menyediakan prangko dengan pecahan harga yang nggak banyak, di dekat rumah saya varian prangko juga monoton, nggak bisa milih yang seri-seri tertentu. Padahal biasanya penggemar Postcrossing kan auto gemar mengumpulkan prangko juga tuh. Alangkah seneng kan kalau kita bisa melengkapi koleksi-koleksi mereka juga. Iya sih, sebenernya nggak masalah kalau dikasih prangko monoton, tapi apa iya...kita ngasih orang, bawa nama Indonesia pula, terus ngasihnya asal-asalan? Nggak bisa gitu dong, tetep harus berusaha memberikan yang terbaik ye, kan? Hihihi.
Ya, dua alasan itu sih yang membuat saya memutuskan sejenak vacuum dari dunia Postcrossing. Mungkin itulah tantangan yang harus dihadapi orang-orang di komunitas Postcrossing yang tinggal di kota kecil. Sebenernya ada opsi lain sih, yaitu beli prangkonya online, biar bisi milih aneka harga berikut serinya, tapiii...tentu saja harganya lebih mahal, belum lagi ongkos kirimnya. Nggak bisa, sedang hemat aku tuh...butuh nabung banyak-banyak buat biaya perniqahan kita mz. Hahahaha alesan aja aku tuh, bilang aja kagak punya duit hahaha.
Ngirim kartu pos emang kayaknya gampang dan "gitu doang". Tapi menurut saya Postcrossing ini juga butuh ketelatenan. Dari awal, pas kita klik pengen kirim, dapet alamat dan nama akun, kepoin akun-akun yang bersangkutan buat tau kartu pos kayak apa yang dia suka berdasar keterangan di profil dia, terus milih kartu pos yang sekiranya suitable, mikirin mau nulis apa di kolom yang cuma secuil tapi harus menarik, beli prangkonya, trus sampe ngirim. Butuh effort. Aku sendiri selalu mengusahakan setiap kartu pos itu tulisannya beda-beda satu sama lain, lebih personal, dan berusaha menyesuaikan tema kesukaan yang ditulis si empunya akun di profilnya. Sekali lagi, nggak mau asal-asalan. Yaa, namanya juga hobi. Pasti kamu lakukan wholeheartedly kan? Kadang, memang susah dimengerti buat sebagian orang hahaha, tapi kamu hanya perlu "mau mengerti" untuk belajar sedikit memahami (yaelah...kuwots receh mode on).
Yaudah sih, sekian dulu curhatan saya yang udah lama vacuum blogging ini. Btw, besok insyaallah udah masuk Ramadhan ya, maafkan saya ya kalau dalam menulis dan merangkai kata di blog ini sering ada banyak salahnya. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga Ramadahan ini kita sama-sama sehat dan senantiasa dilimpahi berkah. Semoga saya segera menemukan kekuatan lahir dan batin untuk kembali menghidupkan hobi Postcrossing dan mendapatkan pencerahan hidup untuk kembali curhat di blog. Semoga besok pas ndilalah pengen kirim kartu pos kantor pos deket rumah tiba-tiba punya koleksi postcard kece haha.
Oh iya, Minseok hyung mau berangkat wamil besok Selasa, mohon doanya semoga beliau sehat-sehat dan kembali tanpa terluka hehehe.
Magelang, 05 Mei 2019
1 comments
As reported by Stanford Medical, It is in fact the ONLY reason this country's women get to live 10 years longer and weigh 42 lbs lighter than we do.
ReplyDelete(And by the way, it has totally NOTHING to do with genetics or some hard exercise and really, EVERYTHING to around "how" they eat.)
P.S, I said "HOW", and not "WHAT"...
Click this link to uncover if this short quiz can help you release your real weight loss potential