twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Tahun baruan kemana? Beberapa orang seringkali menanyakan kalimat itu di penghujung tahun seperti sekarang, dan jawaban saya selalu sama: nggak kemana-mana. Ya, saya memang bukan orang yang memiliki tradisi celebrating new year in somewhere in this earth heheh, paling di rumah tidur haha, atau nonton TV, atau ngobrol dengan Ibuk. Kenapa? Karena jujur saja, saya tak terlalu tertarik merayakan tahun baru dengan pesta-pesta heboh yang penuh manusia gitu. Kemarin baca berita di portal online yang menyebutkan bahwa akan ada 5.000 lampion dilepaskan pada malam pergantian tahun di Candi Borobudur, tak jauh dari rumah saya. Hmm…terdengar menarik melihat ribuan lampion mengangkasa, bukan? Kayak di film Tangled. Tapi tentu saja, saya nggak akan datang. Saya nggak nyaman berada di keramaian (another my introvert side, maybe?) Saya tahu, event pelepasan lampion (dan pesta perayaan new year lainnya) itu bakal dihadiri oleh begitu banyak manusia, crowded! Sejak kecil saya nggak nyaman di situasi ramai kayak gitu, maka pastinya saya memilih di rumah hehe. Atau kalau mau yang agak ‘spesial’ yaa berkumpul dengan keluarga besar atau teman-teman dekat di rumah hehe.

Source: travelbreezybre.tumblr.com

Tapi, ada malam-malam tahun baru dimana saya menikmati kembang api, yaitu ketika saya masih di Krapyak. Gedung pondok kami terdiri atas tiga lantai. Setiap malam tahun baru tiba, kami dapat melihat pemandangan kembang api di langit Jogja dari lantai tiga gedung pondok. Tanpa harus berjubel manusia, hanya sesama teman pondok. Dari jauh, kami bisa melihat kembang api menghiasi ujung barat hingga ujung timur langit Jogja. Paling berkesan adalah ketika saya dan teman-teman penghuni kamar 4B, membakar jagung di lantai tiga dekat jemuran kala malam tahun baru. Suasana kekeluargaan yang erat dan ceria bersama Mbak-Mbak sholehah nan hebat yang selalu saya rindukan ini :)

Selain itu, daripada merayakan tahun baru, sesungguhnya setiap akhir bulan Desember seperti ini saya justru lebih antusias menyambut usia baru. Jatah umur yang semakin berkurang :’) Lebih antusias me-review apa yang terjadi selama usia saya sebelumnya. Tentang resolusi? Hmm…tentu saja ada sejumlah impian yang ingin saya raih di usia ini. Tidak banyak memang, tapi semoga terlaksana. Seperti sebagian besar impian dan target yang teraih di usia dua puluh dua lalu :’) Amin

Selamat tahun baru, tetap semangat menggapai target-target selanjutnya!!
Semoga hidup kita tentram dan bahagia di tahun-tahun mendatang :)


December 31, 2016 No comments

...cause I want to live and not just survive... :)
that's why I can't love you in the dark...

December 25, 2016 No comments


Sometimes, it's okay to say no.
Kalau kita udah tahu bahwa sesuatu itu sekiranya bakal bikin kita nggak nyaman, nggak bahagia, dan  mungkin...justru bikin kita sedih.
It's okay to say "no" to something that we are not into it.
We all have limits.
Being kind doesn't mean we always have to say yes.
Sudah banyak kan pengalaman yang kita alami sendiri dalam hidup kita? Mestinya kita pun paham, kapan saatnya say "yes" dan kapan saatnya say "no". Kita sendiri yang bisa mengukur kemampuan kita, jangan memaksakan diri buat sesuatu yang sebenernya nggak sesuai dengan diri kita :')

Trust our intuition!
The one who can avoid us from broken heart is only ourselves!!



Jogjakarta, 16 Desember 2016





December 16, 2016 No comments
Source: downloadfreepictures.com

December,
Last month in this incredible 2016.

Welcome, December!
Let's make it awesome!

P.S. I'm in love with my eyeliner today! LOL :D

December 01, 2016 No comments
Sore itu, saya bangun tidur dengan makeup yang belum dibersihkan dengan sempurna, kelelahan selepas upacara pelepasan siswa kelas XII di Gedung Wiworo Wiji Pinilih. Saya mendapati pesan singkat dari sepupu saya yang menanyakan apakah saya diterima SNMPTN Undangan atau tidak. Saya sedikit bingung, karena seharusnya pengumuman SNMPTN dua hari lagi, namun sepupu saya mengatakan bahwa SNMPTN sudah pengumuman. “Adek kelasku SMA wis do posting ning Fb,” demikian kata sepupu yang setahun lebih tua dari daya. Ternyata benar, pengumuman SNMPTN Undangan maju dua hari. Bahkan saya menerima banyak pesan singkat dari teman sekolah yang menanyakan apakah saya lolos atau tidak. Saya justru deg-degan dengan kabar itu. Ibuk-lah yang menenangkan saya, untuk menyiapkan mental apapun hasil pengumuman itu.

Selepas mandi, saya pun membuka pengumuman berbekal laptop ibuk dan modem dengan koneksi yang agak lambat (waktu itu hp saya belum secanggih sekarang, dan paket internet masih barang langka....). Saya hanya bisa menangis sejadi-jadinya kemudian bersujud syukur pada-Nya melihat nama saya dinyatakan diterima di pilihan pertama. Bersyukur, terharu, sekaligus bahagia. Untuk beberapa saat, saya sungguh tak bisa berkata-kata.

Itulah kejadian empat tahun lalu, tahun 2012, ketika saya diterima di kampus ini.

Alhamdulillah, empat tahun satu bulan kemudian, saya menghadapi sidang skripsi. Mungkin karena nervous, saya sungguh mual dan keringat dingin sejak sejam sebelumnya, tapi syukurlah saya merasa lebih tenang dan lebih tenang ketika berada di ruang sidang. Semuanya berjalan lancar, saya mempresentasikan slide demi slide yang telah saya desain sedemikian rupa dengan baik dan tepat waktu. Saya menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dosen penguji. Tentu semua itu tak lepas dari peran kedua orangtua yang tak henti mendoakan saya dari rumah. Nilai memuaskan pun saya dapatkan. Begitu keluar ruang sidang meski lega, namun mual dan keringat dingin kembali menyerang, ditambah pusing yang cukup mengganggu. Saya menerima ucapan selamat dari teman-teman dengan badan yang sudah sangat tidak fit. Malamnya, saya pulang Magelang bersama sahabat saya dan langsung mendapat perawatan dari Ibuk.

Dua bulan setelah sidang.

Saya berada di barisan orang-orang bertoga hitam itu, memakai samir kuning khas Gadjah Mada dengan perpaduan emas khas Fisipol, berjalan memasuki Gedung Grha Sabha Pramana. Tentunya setelah melalui segala tetek bengek persyaratan wisuda. Rasanya masih sama sperti ketika empat tahun lalu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di gedung ini. GSP selalu berhasil membuat merinding dengan aura gagahnya hehe.

Izinkanlah saya flashback ke masa-masa empat tahun terakhir. Tahun pertama, saya masih menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus dan kehidupan pondok yang pada awalnya sulit. Saya bergabung ke Himpunan Mahasiswa Jurusan dan berpartisipasi di beberapa kepanitiaan di luar jurusan. Tahun kedua, ketika teman-teman sedang semangatnya menyemarakkan HMJ, saya justru memutuskan resign karena suatu pertimbangan khusus. Namun, saya masih tetap terlibat dalam beberapa kepanitiaan yang bersifat sementara. Di semester empat dan lima inilah, saya mulai ter-distract oleh suatu hal. Saya merasa kehilangan diri saya sendiri. Ini tidak lebay atau apa. Itulah yang benar-benar saya rasakan saat itu. Malam-malam di selasar Kantor Pusat Fakultas Teknik (KPFT) dan sahabat saya yang super galak itu-lah yang menjadi saksi masa-masa sulit itu hehe. Masuk semester enam, saya mulai bisa mengontrol diri saya kembali. Bukankah setiap kejadian pasti ada hikmahnya?



Taken by Mas Fadel Basrianto.

Tahun ketiga, saya disibukkan dengan aktivitas persiapan KKN. Lewat proses persiapan KKN ini lah, saya menemukan ide untuk skripsi saya. Ya, tema skripsi saya sejalan dengan tema KKN, yaitu Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), yang mengambil lokasi di Gunungkidul, tempat kami (sekitar lima belas unit tim KKN-PPM UGM untuk berbagai daerah) belajar pengelolaan SPAM sebelum berangkat ke daerah tujuan masing-masing. Pertengahan 2015, enam puluh dua hari melaksanakan KKN di pulau kecil bernama Seliu, Belitung. Dua bulan berproses bersama dua puluh sembilan teman lainnya benar-benar telah mengajarkan saya begitu banyak hal. Saya rasa semua keluarga BBL-11 sepakat, bahwa dua bulan di Seliu telah benar-benar menjadi pelajaran berharga dalam hidup kami. Jika ketua tim saya mengatakan, "Kamu bersama orang-orang yang tepat, Rul." Kalimat itu tidak berlebihan, dan memang benar adanya. Dua bulan bersama orang-orang hebat ini telah membawa saya menemukan diri saya kembali. Mungkin saya memang harus mengalami peristiwa-peristiwa di semester empat dan lima terlebih dahulu agar tahu betapa indahnya yang saya alami di Seliu kala itu. Sepulang KKN, saya bangkit kembali, saya bersemangat kembali. Tahun 2015 menjadi awal titik balik kehidupan saya.

Tahun keempat, saya mulai memproses skripsi saya, yang semula mengerjakan skripsi tentang kebijakan relokasi Pedagang Kaki Lima banting setir ke SPAM, menyusun dari bab awal. Alhamdulillah saya tidak menemui kendala berarti dalam pengerjaan skripsi ini. Dosen pembimbing saya, Pak Hadriyanus Suharyanto sangat membantu selama penyusunan. Bahkan, dosen penguji saya, Ibu Bevaola Kusumasari pun memberikan banyak masukan positif bagi skripsi saya. Penyusunan teori untuk skripsi sangat terbantu dengan buku-buku yang diberikan Pak Hary dan Bu Ola. Pengambilan data pun tak menemui banyak kendala, berkali-kali bolak-balik Magelang-Gunungkidul-Magelang saya lakoni dengan semangat karena saya memang tertarik dengan tema yang saya kerjakan ditambah para narasumber sangat kooperatif. Kalau alasan kenapa jadinya agak lama itu adalah karena saya sempat stuck beberapa waktu karena bingung menuliskan pembahasan hehe.

Graduation attire :'P


Rabu, 16 November 2016. Mengajak Ibuk dan Bapak saya ke GSP adalah hal yang telah begitu lama saya impikan. Seorang teman sempat dua kali bertanaya kepada saya, "Mana pendamping wisuda? Masa wisuda cuma didampingi orangtua, kayak ambil rapot aja." Saya hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Dia tidak tau, betapa berartinya kehadiran kedua orang tua bagi saya :') Meskipun saya tahu ini bukanlah hal sangat besar, meskipun saya tahu saya tidak akan pernah dapat membalas segala yang telah dilakukan Ibuk, Ibuk, Ibuk, dan Bapak untuk saya, tapi semoga kelulusan saya ini bisa menjadi kado kecil untuk beliau berdua. Terimakasih, Buk, Pak. Yaa, meskipun tanpa selempang cumlaude itu, yang berarti saya harus berjuang lebih keras di dunia kerja nanti. Meskipun tantangan ke depan akan lebih berat, saya sangat bersyukur bisa sampai ke tahap ini. Alhamdulillah.

Terakhir, terimakasih untuk teman-teman seperjuangan yang telah saling mendukung dan mendoakan. Terimakasih juga untuk teman-teman yang menyempatkan hadir memberi ucapan selamat (tambah bunga, tanaman, jajan, dan sebagainya) pada salah satu hari spesial saya meskipun di tengah panasnya Jogja. You're sweet, guys! *peluk satu-satu siniiih*

-----
Kepada seribu enam ratusan kawan yang wisuda periode November ini; Selamat atas kelulusan kalian! :)
Semoga segala ilmu dan pengalaman yang kita dapat selama berproses di Kampus Biru ini berkah dan bermanfaat. Semoga apa yang disampaikan Wakil Rektor tentang tantangan yang sedang dan akan dihadapi Indonesia kelak (yang mungkin membuat kita menarik nafas panjang) menjadi pemicu semangat untuk berkontribusi bagi Ibu Pertiwi. Semoga kita diberi keteguhan untuk senantiasa berpegang pada nilai-nilai agama dalam menjalani hidup ini. Selamat berjuang!

Jogjakarta, 28 November 2016 | 11:27 PM
November 30, 2016 No comments
Sejak kecil saya memang senang sok-sokan bikin DIY Project. Katakanlah bikin baju Barbie pakai kain perca, bikin gelang, atau hal-hal semacam scrapbook. Sok crafty sekali lah yaa hehe. Waktu SMP saya juga ada pelajaran kesenian yang membekali murid-murid dengan skill seperti bikin bros, bikin dompet rajutan, dll. Saya juga belajar membuat dompet hp, tempat mukena, dan tas kecil menggunakan mesin jahit ibu saya. Belakangan ada keinginan untuk les menjahit, karena saya memang senang dengan kegiatan jahit-menjahit ini (mungkin keturunan dari Ibuk yang juga senang menjahit) sayangnya belum ada waktu dan biaya juga sih jadinya yaa belum terlaksana hingga kini hehe.

Tiga tahun terakhir saya sedang senang membuat kerajinan yang satu ini. Kalau di luar negeri namanya cross-stitch tapi kalau di Indonesia  lebih dikenal dengan ‘kristik’. Itu lho, sulaman yang tersusun dari berjuta (halah) jahitan silang, dikerjakan menurut suatu pola, terus jadilah suatu ‘gambar’ tertentu. Tahu kan? Tahu dong yaa, Yeah, i do what your mommy did when she was young :)


Second cross-stitch project.
Hasil beli benang dan pola paketan.

Pertama saya belajar bikin kristik pas SD, tapi itu nggak membentuk suatu gambar, melainkan hanya sulaman silang kotak membentuk garis-garis saja, kan membosankan. Jadi waktu itu saya belum tertarik hehe. Lalu entah bagaimana, terbersit ide dalam benak saya untuk membuat kristik tiga tahun lalu. Triba-tiba saja, dan saya ingin ide random itu terlaksana atas nama sebuah misi khusus (halah). Maka saya pun browsing pola kristik sesuai gambar yang saya inginkan, saya cetak, beli benang dan kain strimin (bahasa bakunya apa ya? Nggak ngerti saya, taunya cuma kain strimin, kotak-kotak gitu lah, kalo mau beli, ke toko kain bilang kain strimin insyaallah mudeng kok penjualnya hehe). Ibu saya lah yang mengajarkan pada saya cara membuatnya, cara mengawali kristik, cara menyambung benang, dan cara memperbaiki saat ada kesalahan. Setelah paham teknik dasarnya, saya pun menjahit proyek itu siang dan malam. Proyek pertama ini sengaja nggak saya unggah fotonya di sini, hmm...bentuk apa nih kira-kira? Temen-temen di Krapyak pasti paham banget, soalnya mereka-lah yang menjadi saksinya  dari pembuatan hingga bener-bener selesai hahaha.

Butuh waktu tiga bulan hingga akhirnya pola kristik itu dapat saya selesaikan. Sebenernya saya agak nggak percaya sama diri saya sendiri, gimana bisa saya menyelesaikan kristik yang membutuhkan ketelitian tinggi dalam waktu tiga bulan. Melawan mood menjahit yang nggak selalu bagus, dan yang pasti…menaklukkan ketidaksabaran saya hehe. Soalnya itu bener-bener pertama kalinya saya bikin kristik, dalam membuat kristik ini dibutuhkam ketelitian buat ngitungin kotak di pola-nya. Awalnya kesalahan hitung berkali-kali terjadi dan…yang nyebelin dari kristik adalah kalo kamu salah di satu kotak aja, kamu harus bongkar jahitanmu dan ngulangi lagi dari kotak yang salah itu. Sungguh, kristik adalah melatih kesabaran bagi saya haha. Yaa gitu kali ya, maybe that’s what a Madridista can do when she is falling in love hahaha LOL!

Nah, setelah karya saya berhasil dengan aduhai. Akhirnya saya tertarik untuk bikin kristik lagi, kali ini saya membeli satu paket benang, kain, berikut pola kristiknya di toko alat jahit dekat pondok saya di Krapyak dulu (emang ada yang dijual paketan gitu). Ya, saya mencoba manut pada pola yang disediakan pabrik dan nggak cari pola sesuai keinginan via internet. Ceritanya ini adalah proyek liburan semester lima kalo nggak salah, tapi baru jadi lebih dari setahun kemudian hehehe. Inilah bagian awal proyek kristik kedua saya, sebelum akhirnya jadi seperti gambar di atas:

Second cross-sticth project.
Pola bunga belum selesai dan belum di-block untuk background-nya.

Kenapa butuh waktu sedemikian lama padahal kristik kedua ukurannya empat kali lebih kecil daripada kristik pertama dan udah lebih ‘menguasai’ tekniknya daripada yang pertama? Karena yang kedua ini cuma dikerjain kalo ada waktu dan ada mood buat menjahit. Soalnya kalo waktu ada tapi mood nggak ada yaa percuma hehe. Beda sama proyek kristik pertama yang emang punya misi khusus pada zamannya haha, Setelah proyek kedua selesai, saya pengen bikin lagi dong. Kali ini saya nggak mau menuruti keinginan pabrik, saya pengen bikin sesuai keinginan saya sendiri. Sekali lagi berbekal browsing pola, saya nemu bentuk matahari ikonik yang terinspirasi dari film ‘Tangled’, salah satu film kesukaan saya. Itu lho, film Disney 3D tentang Rapunzel hehe. Ini juga makan waktu sekitar lima bulan (alhamdulillah nggak sampai setahun) sebelum akhirnya kelar dengan bentuk yang sangat simple ini hehe.

Third cross-stitch project.
Iconic flag from
Tangled movie.


Beberapa scene dalam film Tangled.

Itulah dua kristik karya saya. Agak kuno ya, hari gini masih bikin kristik hihihi. Old-fashioned girl, am I? It’s okay, I like it and I just so much enjoy it! Saya belum mau berhenti, sebentar lagi saya akan memulai proyek kristik lagi. Bentuknya, masih rahasia hehe. Doakan semoga gak butuh waktu terlalu lama yaa hehe. Saya sebenernya juga tertarik dengan membuat sulaman menggunakan benang di atas kain. Tapi kalau menyulam yang di atas kain ini membutuhkan skill menggambar which i’m not so good at it. Selain itu saya nggak mau pindah ke lain hati kalau urusan sama kamu belum selesai eh maksud saya, saya mau nyelesain kristik saya dulu sebelum pindah ke proyek lain yaitu menyulam hehe. Bagaimana dengan rajutan? Nope! Saya pernah mencoba dan saya nggak cukup enjoy  dengan rajutan hehe.

Nah, bagi teman-teman yang tertarik juga untuk bikin kristik, kalian bisa beli paket kristik yang biasanya dijual di toko alat jahit. Biasanya udah ada pola, benang, strimin, dan jarumnya, kalian tinggal ikuti polanya. Kalau kalian ingin yang sesuai keinginan kalian, misal ingin gambar Monokuro Boo (random banget) coba aja browsing, kali aja nemu polanya hehe. Selamat mencoba yaa! :*



Magelang, 26 November 2016

with love,
Nurul
November 26, 2016 No comments

November 07, 2016 No comments
Ramadhan tahun lalu lewat kebersamaan yang indah di pulau kecil yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya, saya menemukan keluarga baru; Tim KKN BBL-11 yang sudah cukup sering saya tuliskan kisahnya di blog. Ramadhan tahun 2016 ini, Allah kembali mengizinkan saya bertemu orang-orang yang sama sekali baru dan dalam waktu dua puluh hari saja, kekeluargaan begitu terasa. Bukan di pulau kecil yang jauh dari rumah, bukan di tempat yang asing, namun di suatu tempat yang sungguh familiar dalam hidup saya-lah, saya bertemu mereka. Sebuah tempat bernama: Krapyak. Ya, bahkan pada ‘kedatangan kedua’, Krapyak masih menyambut saya sedemikian hangat :)

Bersama sebagian Mbak-Mbak PKR Komplek Q, Krapayk 2016

Dua puluh hari Ramadhan di Komplek Q Krapyak, saya kembali merasakan suasana hangat berbuka puasa sederhana, namun penuh kebersamaan. Saya kembali merasakan muqodaman yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil di Mushola Barat setiap ba’da maghrib. Kembali memegang kitab-kitab kuning, jujur setelah sekian lama tak menyentuh. Menyimak ustadz-ustadz yang menyampaikan isi kitab-kitab klasik itu dengan arif, bahkan berkesempatan ngaji dengan ustadz yang selama ini belum pernah mengajar saya, seperti Pak Ihsan dan Pak Yunan. Kembali ziarah ke makam Dongkelan, tempat bersemayamnya sesepuh pondok Krapyak. Merasakan serunya simtudduror pada malam Jumat. Bersholawat setiap malam Jumat selepas sholat tarawih ini adalah suatu kebahagiaan dan hiburan tersendiri bagi para santri. Kembali mengenakan sarung setelah setahun lebih tak memakai lagi. Kembali berbagi cerita dengan kawan-kawan lama. Tak ketinggalan tentu saja, merasakan sorogan sekali lagi :)

Kembali ke Krapyak, berarti pula kembali pada ‘rutinitas’ membeli makanan untuk lauk sebagai pendamping nasi dan sayur yang telah disediakan pondok. Gus Kholid pernah guyon, mengistilahkan perjalanan para santri yang sedang ‘mencari’ santapan dari pondok hingga Panggung Krapyak tersebut dengan “sa’i” hehe. Dan bagi saya, pondok Krapyak ini sungguhlah tempat yang di sekitarnya akan dengan sangat mudah ditemui penjualan makanan, apalagi jika bulan Ramadhan. Hanya berjalan beberapa langkah, kami dapat menemukan penjual sate yang berbaik hati mengizinkan para santri membeli sate dua atau tiga ribu, dapat tiga hingga empat tusuk. Cukuplah untuk seporsi makan. Warung makan yang berada tepat di kanan kiri Gang Cuwiri juga menjadi tempat yang selalu ramai oleh para santri setiap menjelang berbuka puasa. Angkringan samping Komplek L adalah tempat favorit saya membeli es kopi, dan masih banyak lagi. Mulai dari depan pondok ke arah selatan hingga Panggung Krapyak, akan dengan mudah menemukan orang menjajakan makanan dengan para santri yang mengantri jajan di sekelilingnya. Lalu lalang santri khas dengan sarung dan jas pondok sungguh menjadi pemandangan istimewa setiap sore di Krapyak.

Dua puluh hari Ramadhan di Krapyak kali ini sungguh berbeda. Bukan saja karena menemukan keluarga baru bersama empat belas anak lain yang satu kamar dengan saya, para Mbak-Mbak Santri PKR (Program Khusus Ramadhan), tapi saya menemukan diri saya yang sedikit lebih ‘jinak’ daripada sebelumnya yang cenderung ‘bandel’ hehe. Tanya saja Mbak Aam atau Mbak Tatik soal ini. Dua puluh hari itu jelas lebih singkat daripada kehadiran saya di Krapyak sebelumnya, tapi saya seperti lebih menghayati. Serasa lebih bermakna. Namun sama sekali tak mengurangi indahnya hari-hari saya di Krapyak sebelumnya sama sekali bukan berarti demikian. Saya sangat mensyukuri kesempatan beberapa tahun tinggal di Komplek Q, Krapyak yang diberikan Allah SWT kepada saya. Memetik sedikit ilmu dari tempat itu.

Di hari terakhir PKR, kami sowan pada Bu Nyai Khusnul Khotimah Warsun atau yang kerap dipanggi 'Ibuk’ oleh para santri, kami sowan ke kamar beliau untuk mengucapkan terimakasih atas dua puluh hari yang bermanfaat ini, mohon doa, dan sekalian berpamitan. Pada kesempatan itu, Ibuk berpesan pada kami:
“Bedo pendapat oleh, ning ojo podo olok-olokan.”
Sebuah pesan yang terasa begitu bermakna di tengah banyaknya konflik mengatasnamakan agama, seolah agama justru digunakan orang tak bertanggung jawab untuk memecah-belah sesama muslim.

Ada keharuan ketika hari itu PKR berakhir. Saya masih ingat ketika mendaftar PKR ini di kamar Mbak Zeni, ada kolom ‘alasan mengikuti PKR’ di form pendaftaran. Saat itu, saya menuliskan kutipan dari buku kumpulan cerita pendek “Surah Rindu” karya santri-santri Komplek Q, yaitu: “Karena saya rindu pada segala hal yang terserak di jalanan Krapyak!”

Tulisan ini sama sekali belum cukup untuk menggambarkan indahnya masa-masa yang saya lalui di Krapyak bersama mbak-mbak yang sungguh baik hati, para ustadz/ustadzah yang arif, dan segala kebaikan di sekeliling tempat ini. Maka lebih tepat jika tulisan ini saya katakan sebagai catatan kerinduan saya pada Krapyak, yang selalu mendapat tempat istimewa di hati. Yang selalu bikin deg-deg’an setiap mendengar kata itu. Ya, ketika memutuskan boyong, rindu pada Krapyak mungkin akan muncul sejak langkah-langkah awal kepulangan :”

Terakhir, meski terlambat sehari, izinkan saya ucapkan: Selamat Hari Santri! :)



Salam rindu dari Magelang,
23 Oktober 2016
October 23, 2016 No comments

Sebelum bernama CIVILization, grup WA kami bernama CIVILsociety. 
Entah kenapa dinamai demikian.

Meskipun perbedaan pendapat sering terjadi di antara kami,
tapi pada satu sama lain pula-lah kami selalu 'pulang'.
Curhat dari masalah akademik hingga membahas 'kabar' terbaru tentang (si)apa saja :P

Terimakasih untuk empat tahun yang begitu berwarna.
Dari jaman kuliah di Sekip karena gedungnya sedang dibangun,
hingga kuliah di Bulaksumur yang bangunannya sungguh hitz ini :')
Mulai dari jaman makan di bareng di Hollywood atau Mie Ayam Pojok Teknik,
hingga sekarang makan bareng di Fisipoint, kantin idola klaster soshum hihi.

Tetap semangat menaklukkan tantangan-tantangan di masa mendatang, Ladies!


October 21, 2016 No comments
Bukan, tulisan kali ini saya bukan akan membahas tentang judul blog saya. Tulisan ini terinspirasi karena saya baru saja menonton sebuah film yang baru rilis di Indonesia tanggal 13 Oktober 201 lalu yang judulnya serupa dengan blog saya. Ya, Wonderful Life.

Film karya sutradara Agus Makkie ini diangkat dari kisah nyata yang kemudian dituliskan dalam novel oleh Amalia Prabowo. Film ini bercerita tentang perjuangan seorang Ibu membesarkan anak penyandang diseleksia (gangguan membaca dan menulis). Sebelum nonton, alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti Talkshow “Di Balik Profesi” film Wonderful Life yang digelar di Ruang Seminar Timur Fisipol UGM. Dalam kesempatan tersebut hadirlah sutradaranya, Mas Agus Makkie, sang produser Mas Angga Dwimas Sasongko, dan Mbak Amalia Prabowo sendiri. FYI, Mbak Amalia ini merupakan alumni departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahtreaan Masyarakat (PSdk a.k.a Sosiatri) Fisipol UGM angkatan 1989 yang sekarang menjadi Chairwoman dari perusahaan Advertising Agency dari Prancis; Havas Worldwide Indonesia. Nah, dalam talkshow berdurasi dua jam itu, saya mendapat banyak informasi seputar pembuatan film, khususnya dalam kasus Wonderful Life ini. Salah satu yang dibahas adalah film yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Sinyo ini memiliki misi untuk memberikan edukasi tentang diseleksia kepada pemirsanya. Bahwa diseleksia adalah gangguan membaca dan menulis yang dapat terjadi pada siapa saja, baik dengan tingkat intelegensia tinggi maupun rendah. Diseleksia tidak berarti seorang anak bodoh, biasanya ada kelebihan-kelebihan tertentu yang dimiliki oleh penyandang diseleksia ini. Misalnya Albert Einstein dan Leonardo da Vinci merupakan penyandang diseleksia yang diberi kelebihan di bidangnya masing-masing.

Salah satu scene dalam film Wonderful Life.
Sumber: beritagar.id
Ya, menurut saya edukasi ini perlu diberikan mengingat belum banyak masyarakat yang aware tentang diseleksia. Tema film ini menarik dan saya juga memiliki pengalaman tersendiri dengan orang yang kesulitan membaca, sehingga membuat saya menulis di blog. Ketika SD, saya memiliki teman yang sering dianggap ‘kurang berprestasi’ oleh teman-teman dan guru saya. Pasalnya, anak ini tidak bisa menulis dengan baik. Dia sering terbalik menempatkan huruf ‘b’ dan ‘d’, begitu pula kesusahan menempatkan rangkaian huruf ‘ng’. Says beberapa kali diminta oleh guru untuk duduk sebangku dengannya sambil membantunya belajar. Tapi, karena waktu itu saya masih kecil saya pun seringkali sebel kalau dia tak kunjung mengerti apa yang saya tuliskan. Permasalahan kesulitan menulis yang dialaminya ini terjadi hingga kami kelas VI.

Waktu itu, saya belum mengenal apapun tentang diseleksia. Jujur, saya baru tau tentang diseleksia ini ketika SMA karena membaca artikel sebuah majalah. Kala itu beritanya adalah tentang Bella Throne, artis Hollywood penyandang diseleksia yang kesulitan membaca naskah dialog sehingga ibunya-lah yang membacakan untuknya. Dari situ saya mulai sadar bahwa ada gangguan bernama diseleksia ini, lalu saya terpikir apakah mungkin teman saya ketika SD dulu adalah penyandang diseleksia? Jika ya, dan jika diseleksia itu ada tingkatannya, mungkin dia tingkat ringan karena meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama dan terbata dia masih bisa membaca. Saat itu, mungkin guru-guru pun masih kurang memahami adanya kemungkinan diseleksia ini. Saya rasa film adalah salah satu sarana yang baik untuk mengenalkan diseleksia mengingat budaya baca Indonesia juga tergolong rendah. Semoga teman SD saya itupun sekarang sudah hidup bahagia dan meraih sukses di jalannya! Amin.

Ada hal menarik yang disampaikan Mbak Amalia pada Talkshow film Wonderful Life yang digelar di Fisipol UGM beberapa hari lalu, kurang lebih demikian:
“Sebagai orang tua harus berdamai dengan keadaan. Bahwa anak yang terlahir dengan kebutuhan khusus adalah hak prerogatif dari Tuhan.”
Kalimat itu sejalan dengan tagline film ini “karena setiap anak terlahir sempurna” :)

Jika di sekitar kita mungkin ada anak penyandang diseleksia, maka tidak berarti dia bodoh. Bisa jadi anak tersebut memiliki kelebihan di bidang lain. Sayangnya, lingkungan kita terbiasa menilai prestasi anak hanya dari nilai-nilai akademik saja. Nah, kalau mau tau Aqil (putra dari Mbak Amalia yang diceritakan dalam Wonderful Life) ini memiliki kelebihan apa, tonton saja filmnya ya! Jatuhnya spoiler kalau saya cerita di sini haha. Saya bersyukur mendapat tiket gratis untuk menyaksikan premier film ini di Jogja hehe.

Film-nya cukup bagus kok, tipenya road movie. Tapi tempat-tempatnya nggak alay, cenderung natural. Mas Angga Dwimas Sasongko sendiri memang memnginginkan agar peran aktor dan aktris-nya tetap menonjol dalam film ini, tak semata-mata terpukau dengan setting lokasinya. Film yang menggambarkan perjuangan Ibu demi anaknya yang disampaikan tanpa harus ‘menye-menye’ juga menjadi fokus tersendiri selama penggarapan film ini. Selamat menyaksikan film, semoga semakin banyak orang yang aware tentang diseleksia ini ya :)
October 16, 2016 No comments
Dalam hidup kita, pastinya ada beberapa hal yang mungkin membuat kita menyesal telah melakukannya.

Beberapa hal mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita. Ada hal-hal yang kita rencanakan tapi tak berjalan sebagaimana mestinya. Ada target-target yang kita canangkan tapi tak tercapai. Ada kata-kata terucap yang kemudian kita sesali karena telah mengucapkannya. Ada perbuatan-perbuatan yang setelah terjadi kemudian dirasa bahwa sebenarnya tak perlu dilakukan. Ada beberapa hal yang membuat kita merasa bersalah pada orang lain. Ada pula beberapa keputusan yang kita rasa kurang tepat setelah menjalaninya. Melihat ke belakang, bukankah begitu banyak hal-hal demikian terjadi dalam hidup ini? Atau setidaknya...dalam hidup saya.


Very simple artwork by me :)

Untuk hal-hal yang kita lakukan di masa lalu, yang kemudian membuat kita menyesal. Saya rasa saya kita tak perlu terus-menerus hanyut dalam penyesalan dan perasaan bersalah. Jika hal yang membuat kita menyesal berhubungan dengan orang lain, maka minta maaflah setulusnya. Tapi jangan lupa untuk memaafkan diri sendiri. Seringkali kita terlalu lama menyalahkan diri sendiri, menghukum diri sendiri. Forgive yourself! Don't let the guilty feeling kill you! :D Mari bangkit, belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah lalu.


Gedung BA Fisipol UGM Ruang 210
Yogyakarta, 13 Oktober 2016

October 13, 2016 No comments
Source: poems-and-words.tumblr.com

Thanks for some angels with no wings who inspire and support me.
You reveal the best of me.
You make me find the real me once again after i lost my self for a while.
Thank you.
September 20, 2016 No comments
Senin, 5 September 2016 menjadi salah satu hari besar dalam hidup saya. Pada hari itu, departemen menjadwalkan saya untuk sidang skripsi. Tak hanya itu, saya harus melakukan presentasi laporan kemajuan sebagai peserta Hibah Riset Fisipol UGM 2016. Saya juga mendapat satu lagi kesempatan istimewa dalam satu hari itu, yang suatu saat nanti mungkin akan saya bahas dalam satu posting tersendiri. Setelah seminggu lebih tertunda, baru kali ini saya berkesempatan menuliskan salah satu 'hari besar', hari bersejarah itu di blog. Selamat membaca.

Saya mengetahui jadwal sidang skripsi sekitar seminggu sebelum hari-H, sementara jadwal presentasi laporan kemajuan Hibah Riset baru saya ketahui dua hari sebelumnya. Beruntung, keduanya tidak jatuh pada jam yang bersamaan. Presentasi laporan kemajuan hibah Riset dilaksanakan pagi hari pukul 08.00 sementara sidang saya sore harinya, pukul 14.30. Jujur, saya sempat khawatir kalau-kalau saya down di presentasi paginya, sehingga memberi efek kurang baik pada sidang sore hari. Syukurlah, hal itu tidak terjadi. Meskipun ada beberapa masukan dari empat dosen yang membimbing pada laporan kemajuan Hibah Riset, tapi presentasi saya dapat dikatakan berjalan lancar. Hanya saja, waktu selesainya mundur jauh dari perkiraan saya. Ya, hari itu ada mahasiswa S3, S2, dan S1 yang mempresentasikan laporan kemajuan risetnya di hadapan Pak Suripto, Pak Subando Agus M., Pak I Made Krisnajaya, dan Pak Agus Pramusinto. Mahasiswa S1 mendapat giliran terakhir presentasi, sementara ada tiga hingga lima orang peserta Hibah Riset di masing-masing strata, jadilah saya baru keluar ruangan sekitar pukul setengah dua belas. Sedikit lega tapi entah kenapa lemas sekali rasanya, mungkin mulai nervous menjelang sidang hehe. Sebelum meninggalkan ruangan, seorang teman sempet menggoda, “Koe dino iki diuji dosen pitu.” (kamu hari ini diuji dosen tujuh) haha benar juga. 

2016-09-06 12.05.09 1
Sorry for the tired face hehe. Masih lemes efek kelamaan nervous :P
Officialy, Nurul Latifah, S.IP.

Saya makan siang di kantin Fisipol, semangkuk soto favorit hanya saya makan beberapa suap. Entah hanya terjadi pada saya atau mahasiswa lain juga mengalaminya, saya tak nafsu makan menjelang sidang. Saya bergegas sholat dzuhur dan mengganti pakaian dengan dresscode putih-hitam ala sidang. Ya, entah kenapa dresscode mau sidang ternyata serupa dengan dresscode mau ospek. Oke ini tidak penting. Sidang saya memang masih setengah tiga nanti, tapi saya sengaja bersiap lebih awal karena ada hal yang harus saya lakukan di Ruang BA 210 jam satu siang. Sehingga, selepas ganti baju saya segera menuju ruang BA 210 menemui Mbak Ian. Karena saya sudah menginformasikan bahwa saya akan sidang sore hari, maka ketika saya masuk ruangan Mbak Ian mempersilakan saya mempersiapkan sidang terlebih dahulu, nanti setelah sidang barulah kembali lagi. Saya mengiyakan dan segera menuju lobi Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik di lantai empat gedung BB Fisipol. Oh iya, tentang kenapa siang itu saya berada di BA 210 itulah yang tadi di awal saya katakan akan saya ceritakan di posting tersendiri suatu hari nanti hehe. 

Saya punya waktu cukup lama antara jam satu hingga jam setengah tiga yang saya habiskan dengan duduk di lobi departemen. Ingin membaca lagi skripsi saya, ingin latihan presentasi lagi, ingin belajar lagi sebelum masuk ruangan…meskipun sudah saya siapkan dengan matang beberapa hari sebelumnya, tapi satu setengah jam yang tersisa saya hanya duduk saja sambil chatting dengan Ibuk, sesekali menyapa teman yang lewat. Saya benar-benar gugup dan keringat dingin, bahkan sedikit mual. Hanya bisa berdoa dalam hati, semoga sidang saya berjalan lancar.

Sekitar pukul 14.15, Mbak Yuli staf Departemen MKP, mempersilakan saya masuk ruang sidang dan menunggu dosen datang. Tak lama, dosen pembimbing saya, Pak Hadriyanus Suharyanto datang disusul oleh dosen penguji pertama, Ibu Bevaola Kusumasari. Dosen penguji kedua, Pak Samodra Wibawa datang lima menit kemudian. Sidang skripsi dimulai pukul 14.35 WIB. Syukurlah, ketika masuk ruang sidang saya sudah berhasil mengatasi rasa gugup saya dan sudah lebih tenang. Saya mempresentasikan slide demi slide hasil penelitian saya selama lima belas menit. Alhamdulillah, para dosen juga mengapresiasi presentasi yang saya sampaikan. Bu Bevaola dan Pak Samodra memberikan beberapa masukan untuk perbaikan skripsi. Setelah dosen berdiskusi beberapa saat dan saya diminta menunggu di luar ruangan, Pak Hary, Sang Dosen Pembimbing memanggil saya masuk ruangan. Ketenangan tiba-tiba menguap begitu saja, dan saya kembali gugup. Ketika Pak Hary memberikan ucapan karena saya dinyatakan lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, saya terharu dan entah kenapa tiba-tiba jadi deg-degan lagi. Saya mengucap hamdalah dan tak lupa berterima kasih kepada para dosen di ruangan dan segera memberi kabar kepada orangtua di rumah. Alhamdulillah :’) Lima September, akan jadi hari bersejarah dalam perjalanan hidup saya.

PhotoGrid_1474108379129
Thank you, my friends... for your presence, for all the wishes, for the gifts, and for caring.

Ketika saya keluar ruang sidang, beberapa kawan dekat datang mengucapkan selamat. Bahkan hingga sesi foto-foto bersama teman-teman itu saya masih terus saja keringat dingin dan deg-degan. Ada rasa haru sekaligus bahagia dapat sampai ke tahap ini. Setiap akhir mengantarkan pada awal-awal yang baru dan saya bersiap untuk itu. Welcome to the real world, demikian beberapa kawan berkata. Ya, sebentar lagi saya akan masuk pada lembaran baru, mari menikmati prosesnya. Saatnya mewujudkan impian-impian selanjutnya Smile Tapi, di penghujung tulisan ini, izinkanlah saya menuliskan ucapan terimakasih.

Thanks To:

Alhamdulillah, satu tahapan telah terlewati. Empat tahun lebih perjuangan saya belajar di Departemen MKP Fisipol sebentar lagi resmi berakhir. Terimakasih kepada Ibuk dan Bapak yang doa-doanya untuk kedua putra putrinya tak pernah berhenti dipanjatkan ke langit. Terimakasih kepada dosen-dosen saya di Fisipol, semoga ilmu yang saya peroleh selama ini berkah dan mendatangkan manfaat bagi saya dan orang-orang di sekitar saya. Tak lupa kepada Pak Damanhuri, sosok menginspirasi yang sangat membantu dalam penelitian saya di lapangan. Terimakasih kepada teman-teman yang telah begitu banyak berbagi pengalaman bersama saya selama berjuang di kampus biru tercinta. 


Source: yaochengdesign.com

Sista-sista Civilization yang kadang tipis tapi hampir setiap hari selalu ada di kelas-kelas mata kuliah, di jam-jam makan, di perpus, di room chatgroup, merelakan kosnya jadi tempat nginep, etc...luv you :*
Terimakasih Keluarga di PP Al Munawwir Komplek Q, Krapyak yang telah begitu banyak berbagi ilmu, cerita, hingga makanan (hehe) selama tiga setengah tahun pertama saya hidup di Jogja…thank you, segala tentang Krapyak sungguh akan selalu terkenang sepanjang hayat.
Terimakasih keluarga BBL-11, meskipun selempangnya gitu amat, tapi kalian sungguh memberi warna baru dalam hidup saya selama satu tahun terakhir…love you beyond the words.
Terimakasih The Hary’s Angels (teman-teman seperbimbingan) yang selalu setia bimbingan bersama, berbagi suka duka perskripsian, Pempem ayok semangat selesaikan risetmu!
Terimakasih Image Special Orbs yang selalu punya guyonan-guyonan yang bikin ngakak.
Special thanks to Bang Jik yang begiituuu banyak membantu selama hidupku, terutama empat tahun terakhir…nanti kamu tak hadiahi kembang desa Kebonsari wis haha.
Dan Hani yang selalu merelakan kontrakan dan kosnya jadi tempat transitku, yang sekali lirik udah saling paham apa yang ada di otak kita bwahahaha, alhamdulillah yaa kita insyaallah wisuda bareng :*
Terimakasih juga kepada teman seperjuangan MKP 2012 yang well sekali.
Dan teman-teman yang memberi pelajaran berharga dalam hidupku, semua yang tak dapat saya sebutkankan sau-satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Jazakumullahu ahsanal jaza’.

Oh iya, terimakasih juga “titipannya”, i really love every single details of it hehe :P



Magelang, 17 September 2016
with love,

Nurul
September 17, 2016 No comments
Seperti halnya berbagai peristiwa yang pasti memiliki hikmahnya masing-masing, setiap orang yang singgah dalam hidup kita pun memiliki porsinya sendiri-sendiri untuk membuat kita memahami suatu hal. Tidak pernah sia-sia. Setelah berbagai kejadian yang saya alami selama hidup saya, pepatah itu terasa benar adanya, bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman atas berbagai peristiwa yang kita lalui dengan beragam karakter manusia.

Ya, kita dipertemukan dengan orang yang menertawakan impian-impian kita, untuk tau orang-orang yang mengapresiasi impian kita dan mendukung kita meraihnya. Kita dipertemukan dengan orang yang menjatuhkan kita, agar tau orang-orang yang membantu kita berdiri. Kita bertemu dengan mereka yang menyakiti hati kita, untuk tau siapa yang membuat kita tertawa. Dan dari setiap mereka kita selalu dapat belajar sesuatu. Karena jika kita terus menerus dipertemukan dengan orang-orang yang selalu menyenangkan dan membuat kita merasa nyaman, mungkin hal itu justru melenakan. Membuat kita lupa bersyukur dan lupa untuk terus mengembangkan diri kita. Bukankah dari kebencian kita belajar kasih sayang? Bukankah dari pengkhianatan kita belajar kesetiaan? Bukankah dari kemarahan kita belajar kesabaran? Bukankah dari kelemahan kita belajar kekuatan? Bukankah dari jatuh kita belajar untuk bangkit lagi?

Source: Pinterest


Jika sekarang kita mungkin tengah dipertemukan dengan orang-orang yang berbuat kurang menyenangkan perasaan, bersabarlah dan belajarlah dari mereka agar terhadap orang lain kita tidak bertingkah laku seperti yang mereka lakukan pada kita. Bersabarlah, Allah mempertemukan kita dengan manusia seperti itu, mungkin untuk mempertemukan kita dengan oang-orang yang positif suatu hari nanti. Lalu agar kita bersyukur akan hal tersebut. Jangan bersedih :)

Setiap orang yang kita temui, pasti mengajarkan kita suatu hal berharga, membuat kita satu tingkat lebih bijak menyikapi hidup. Bisa jadi orang yang berada dalam hidup kita begitu lama yang mengajarkan kita bersabar, dan bisa jadi orang yang singkat saja kita temui membuat kita memahami banyak hal, menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan. Mari, belajarlah! :)

PS. Tetap semangat mewujudkan impian dan target-target kita, 
apapun kondisi kita hari ini!! :D


Magelang, 29 Agustus 2016
Menulis sembari menunggu kabar dari Mbak Yuli
August 29, 2016 3 comments
 

Begin this month with some good news, and this is one of them
 
This lovely sunflowers are special for my dearest sister,
Khalimatu Nisa, S.IP.
Finally, you did it sis!
She is an inspiring, smart, strong, humble, and very very nice lady :)
I think you should publish your thesis as a useful book.

Really proud of you,
your S.IP soon to be lil' sister



Nation Building Corner, Perpustakaan Pusat UGM
Jogja | August 3, 2016

August 04, 2016 No comments

 

Don't let anyone ever dull your sparkle, dear! :)


July 23, 2016 No comments

Ramadhan adalah tentang kesempatan dan harapan, kadang juga tentang...kenangan. Sebuah kalimat yang telah saya katakan pada posting sebelum ini. Ya, Ramadhan kadang adalah tentang kenangan, maka sangatlah wajar jika Ramadhan kali ini, saya atau mungkin juga kami, terkenang akan bulan puasa satu tahun yang lalu. Kali ini, izinkanlah saya mengenang bulan puasa tahun lalu yang tak terlupakan bagi kami.
Tiga puluh Juni, tahun 2015 adalah pertama kalinya saya bepergian dengan pesawat terbang. Penerbangan dari Jakarta itu membawa saya mendarat di Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin Tanjung Pandan. Kesan pertama ketika keluar dari pesawat adalah: panas. Ya, bagi saya tempat itu cukup panas. Apalagi kala itu, adalah tengah hari di pertengahan bulan Ramadhan, cukup membuat kami makin haus dibuatnya haha. Tapi, saya harus mulai membiasakan diri, karena di tempat dengan suhu seperti inilah saya akan tinggal selama enam puluh hari mendatang untuk misi Kuliah Kerja Nyata.
Usai mengurus barang bawaan dan segala administrasi lainnya. Kami disambut kepala desa tempat kami akan melaksanakan KKN di halaman luar bandara, beliau adalah Pak Edyar yang telah menyiapkan satu unit bus milik Dinas Perhubungan dan mobil pribadi beliau untuk membawa kami ke lokasi KKN. Bus Dishub Kabupaten Belitung yang kami tumpangi jauh lebih kecil dari bus yang membawa kami dari Jogja ke Jakarta, jadilah dengan bus yang dijejali berbagai macam barang bawaan, kami berjalan meninggalkan bandara. Berjalan ke arah selatan, melewati jalan aspal yang tak terlalu lebar dan cenderung sepi, berbeda jauh dengan jalan raya yang kami temui di Jogja sana. Bahkan, kami sempat menemukan kera berlarian di salah satu sisi jalan, pemandangan unik yang jelas tidak akan kami temui di kota tempat kami menuntut ilmu. Perjalanan melaju ke arah selatan dan terus ke arah selatan hingga masuk Kecamatan Membalong, tepatnya di Desa Padang Kandis. Kami turun di sebuah dermaga yang begitu kecil dan sepi, tempat ini bernama Teluk Gembira, sebuah dermaga penghubung antara pulau yang akan kami tinggali dengan Pulau Belitung. 
Pertama kali tiba di dermaga Teluk Gembira.

Setelah sekitar setengah jam naik perahu, kami mulai melihat dermaga lain, sedikit lebih ramai daripada Teluk Gembira. Ada beberapa perahu nelayan merapat di dermaga itu. Ternyata, perahu kami pun turut merapat di situ. Kawan, sore itu adalah pertama kalinya saya dan teman-teman BBL-11 menginjakkan kaki di Pulau Seliu. Ketika berjalan dari dermaga memasuki gerbang selamat datang, kami tidak tahu masyarakat seperti apa yang akan kami hadapi, kami tidak tahu tempat seperti apa yang akan jadi rumah sementara kami, memang segala kegiatan dan kemungkinan telah coba kami persiapkan beberapa bulan terakhir, tapi tetap saja, kami tidak memiliki bayangan yang jelas tentang pulau kecil ini. Kami hanya tahu, apapun yang terjadi enam puluh hari nanti...harus kami hadapi. Kami hanya tahu, lima belas hari Ramadhan yang masih tersisa, akan begitu berbeda.
June 30, 2016 No comments
Penghujung semester genap, memasuki masa-masa dimana tak lama lagi KKN UGM periode antarsemester akan diberangkatkan. Satu tahun yang lalu, saya juga terlibat dalam persiapan yang lumayan 'riweh' untuk menghadapi KKN. Nah, karena pernah merasakan repotnya mempersiapkan banyak perbekalan untuk tinggal dua bulan di tanah rantau dengan jumlah muatan yang bisa dibawa terbatas, kali ini saya ingin berbagi sedikit pengalaman untuk menghadapi per-KKN-an yang ooh betapa indahnya itu haha.

Persiapan yang saya tuliskan ini murni berdasarkan pengalaman pribadi yang saya alami, mungkin beberapa hal akan berbeda antara keadaan saya dengan keadaan teman-teman. Namun, semoga hal ini akan tetap dapat membantu :)

  1. Apabila lokasi KKN jauh dan mengharuskan naik pesawat terbang, sebaiknya berikan tanda yang sama pada seluruh barang yang masuk bagasi dan tidak dibawa ke kabin. Hal ini sangat berguna untuk memudahkan mengenali barang-barang kita saat pengambilan. Waktu itu, pada seluruh koper dan kardus milik Tim BBL-11 kami memasang pita merah dan stiker KKN Seliu, sehingga kami bisa langsung mengenali ketika barang kami keluar dari something yang ada rail-nya itu (entah apa namanya hahah). Ini sangat penting, karena jika tidak dilakukan akan sangat rawan tertukar. FYI, bahkan meskipun sudah diberi tanda...koper saya sempat terbawa oleh tim KKN Padang Kandis, Belitung ketika di Bandara Hanandjoeddin, Tanjung Pandan. Untungnya penumpang pesawat kala itu belum meninggalkan bandara, sehingga masih da kesempatan untuk mencari dan alhamdulillah ketemu.
  2. Bawalah makanan yang awet seperti abon, kering tempe, atau bumbu pecel. Percayalah, makanan-makanan itu akan sangat berguna sebagai teman makan nasi ketika benar-benar kepepet nggak ada yang bisa dimakan hehehe. Kalau bisa setiap individu bawa seperempat atau setengah kilo dari salah satu jenis makanan itu.
  3. Sebelum berangkat, rencanakan dengan baik teknis memasak, cuci piring, piket kebersihan, teknis belanja logistik, dan semacamnya. Pastikan rencana dikomunikasikan dengan baik dan mendapat persetujuan tim. Meskipun kemungkinan apa yang sudah direncanakan akan berubah ketika berada di lapangan...tapi ingatlah failing to plan is planning to fail! Jadi, perencanaan yang matang tentang hal-hal tersebut akan sangat membantu setidaknya pada awal-awal masa beradaptasi di lokasi KKN.
  4. Kalau KKN harus melewati masa lebaran yang membuat kalian tak bisa pulang ke rumah, bawalah kue lebaran hahaha. Tahun lalu, setiap anggota Tim BBL-11 wajib membawa kue lebaran sebanyak satu atau dua toples/bungkus. Why? Biar kalau lebaran kita tetep punya kue yang ditata begitu indahnya dan dapat dinikmati sebagai cemilan atau disuguhkan kalau-kalau ada tamu. Biar feel lebarannya kerasa haha. Iya sih, mungkin kita bakal dapet banyak jamuan dari warga ketika lebaran...tapi, hendaklah kita tidak terlalu mengharap pada sesuatu yang belum pasti kan yaa? *janganbaper*
  5. Hal-hal ini jangan lupa di-packing: gunting kuku, payung, senter, kabel rol, sisir, handuk, hanger (nulisnya gimana sih? Itu lho, yang buat nggantung baju. Iya, baju bukan perasaan ahahah). Barang-barang itu rawan terlupakan tapi penting untuk mendukung kehidupan selama di tanah rantau haha.
Hmmm...sementara itu dulu yang bisa saya bagikan hari ini, untuk melengkapi tantangan #20HariMenulis. Nggak usah banyak-banyak dulu yaa, biar materi tulisannya nggak cepet habis hahah. Selain itu, juga karena waktu menulis yang dimiliki juga terbatas mengingat begitu padatnya kegiatan saya bulan ini.

Semoga tips-tips itu bermanfaat dan selamat menempuh KKN!

Bantul, Juni 2016
catatan seorang pengurus logistik dan konsumsi Tim BBL-11
June 10, 2016 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • Jajan MakeUp yang Bikin Hepi
    Bulan Mei lalu, saya jajan tiga barang belanjaan yang bikin hepi. Ada eyeshadow, blush on , sama lipstick. Udah saya pake beberapa minggu, s...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • Bulan Istimewa di Tanah Istimewa
    Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semaca...
  • Surga di Negeri Liu-Liu
    Sekali lagi saya merasa bersyukur telah menjadi bagian dari Keluarga KKN-PPM UGM Unit BBL-11 di pertengahan tahun 2015 ini. Jika harus menu...
  • Dua Puluh Dua
    this lovely handlettering is created by my besties , Icha. Makasih chaak * hug * Bismillahirrahmanirrahiim :) So, here is my very f...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    Setelah puas menikmati pesona Taman Nasional Baluran di Situbondo (seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya), saya sholat kemudian ma...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (7)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ▼  2016 (28)
    • ▼  December (4)
      • Tahun Baru
      • ...cause I want to live and not just surv...
      • Learn to Say No
      • Last Month in This Incredible 2016
    • ►  November (3)
      • Empat Tahun Satu Bulan
      • Old-Fashioned Girl
      • Manuel Neuer (Oktober 2016)
    • ►  October (4)
      • Catatan Kerinduan
      • CIVILization
      • Wonderful Life
      • Forgive Yourself
    • ►  September (2)
      • Angels with No Wings
      • Hari Bersejarah
    • ►  August (2)
      • Pelajaran Berharga
      • Sunflowers for The Dearest
    • ►  July (1)
      • Sparkle
    • ►  June (3)
      • Ramadhan dan Kenangan
      • Tips Mempersiapkan Perbekalan KKN
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose