A Memorable and Meaningful Place
"We need happy
memories to remember them as you live the life
and open them up from time to
time,
when life gets hard and
so when you need something to rely on."
Kalimat itu adalah kutipan dialog yang diucapkan Wang Rin (Hong Jong Yun) dalam drama The King in Love dan saya setuju dengan Wang Rin. Meski memori tak selalu harus indah, I decide to write the good one, the happy memories. Cause maybe, just like what Wang Rin said, at this very moment I need something to rely on.
Setahun setelah memutuskan 'pulang' dari mondok, saya datang lagi ke Krapyak sebagai santri Program Khusus Ramadhan (PKR). |
Ingatan di kepala membawa
saya pada sebuah daerah di sisi selatan Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang bernama
Krapyak. Di daerah ini terdapat sebuah pesantren besar dimana saya pernah
sejenak mengenyam pendidikan di sana selama kuliah. Awalnya tidak pernah
terpikir dalam benak saya untuk masuk pesantren, Ibu-lah yang 'memaksa' saya
untuk masuk pesantren selepas SMA. Jujur, bagi saya sangat berat dan awalnya
saya menjalani dengan setengah hati. Lama-kelamaan saya justru merasa nyaman
berada di tempat ini, bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah yang
rata-rata sudah pernah mengenyam pendidikan pesantren sebelumnya. Saya selalu
senang mendengar cerita-cerita mereka tentang pesantren mereka terdahulu,
tentang orang alim yang mereka temui, atau tentang ilmu-ilmu keagamaan yang
belum pernah saya ketahui. Interaksi dengan mereka adalah pengalaman berharga
sekaligus ladang ilmu. Seringkali kalau sedang suntuk, berbincang dengan mereka
akan membuat saya mendapat sebuah pencerahan, maka benar sekali kalau salah
satu tombo ati adalah berkumpul dengan orang sholih(ah) haha. Saya juga sempat
belajar sejenak dari guru-guru di Krapyak, meski demikian tentu saja ilmu agama
saya tergolong masih sangat awam. Mungkin karena saya banyak dosa kali ya jadi
ilmunya susah nyantel, juga karena saya sering bolos buat pulang Magelang (kata
Mbak Aini, mondok nggak boleh sering-sering pulang karena nanti bikin ilmunya
tercecer di jalanan hehe).
Suatu pagi dari lantai tiga Komplek Q. |
Sebagian orang (termasuk teman-teman kuliah saya) masih berpikir bahwa pesantren adalah tempatnya anak-anak nakal (mengarah ke kriminal) yang orang tuanya desparate tidak sanggup lagi mengasuh mereka lalu dipasrahkan kepada Kyai agar bisa berubah lebih baik. Hal yang tentu saja tidak saya lihat di pesantren tempat saya tinggal. Hampir semua santri di sini merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jogja atau pelajar SMA/SMK yang 'normal' dan penuh kreativitas. Kreativitas para santri dapat dilihat dari kegiatan rutin malam jumat ketika setiap rayon (sebutan untuk gabungan beberapa kamar) menyajikan drama atau hiburan lain untuk another santri. Saya
Wear sarung in our daily life. Tapi ini konsepnya tetap stylish in sarung sih haha. |
Tak hanya suasana dalam
pesantren yang hampir setiap saat
dipenuhi lantunan orang membaca
Al Quran dengan tajwid dan makhorijul huruf bagus yang membuat saya merasa
adem, lingkungan sekitar 'asrama' atau lebih sering kami sebut pondok tempat
saya tinggal juga memiliki suasana yang hangat. Sore hari di sepanjang jalan
dari Lapangan Ali Maksum hingga Kandang Menjangan selalu dipenuhi human-human
bersarung baik putra maupun putri, karena pada sore hari itulah biasanya kami
membeli aneka sayur, lauk, atau jajan untuk kemudian kami makan bersama
teman-teman di kamar masing-masing. FYI, satu kamar di pondok tuh isinya bisa
belasan orang dan makan bersama sebelum maghrib selalu menjadi agenda rutin
harian kami. Sebenarnya dari 'ndalem' atau dari rumah Bu Nyai, kami mendapatkan
nasi dan lauk/sayur, tapi biasanya kami tetap jajan makanan non-nasi dari luar
hehe. Dari segala makanan di Jogja yang pernah saya coba selama bertahun-tahun
di sana, makanan sekitaran Krapyak-lah yang selalu membuat saya kangen.
Jika hari cerah, senja selalu tampak indah dari lantai dua atau lantai tiga pondok. |
Krapyak akan semakin
semarak jika puasa tiba, ketika kerumunan orang jualan jajan dan beli jajan tak
hanya ke arah selatan menuju Kandang Menjangan, tapi juga ke arah timur dari
Lapangan Ali Maksum menuju Masjid Jogokaryan. Ketika ada acara haul atau
khataman, Krapyak juga akan ramai pada malam hari. Dalam kesempatan itu
biasanya dihadiri oleh kyai-kyai sepuh dan ramai orang berdatangan untuk
mendengarkan pengajian beliau-beliau. Oh, that's so beautiful, I miss that
moment so bad.
Suatu hari habis kondangan, mampir ziarah ke Kudus bersama teman-teman. |
Rasanya akan sangat
panjang jika saya meneruskan nostalgia ini. Meski diawali dengan 'terpaksa',
pada akhirnya Krapyak menjadi hal yang tak pernah saya sesali, bahkan sangat
sangat sangat beryukur pernah hidup di sana. Bagi saya, kenangan tentang Jogja adalah tentang indah dan syahdunya Krapyak. Terima kasih kepada Ibuk yang
mendorong saya tinggal di pondok. Terima kasih kepada guru-guru yang
mengajarkan kebaikan kepada saya, maaf saya sering bolos huhu. Terima kasih
juga kepada teman-teman, akan sangat banyak jika saya sebutkan satu per satu,
tapi kalian semua (yang saya kenal dan mungkin sebagian mengenal saya dan sebagian
lagi bisa jadi tidak) adalah guru kehidupan saya. Terima kasih telah bersedia
berbagi banyak hal dengan saya, terima kasih telah selalu mengingatkan tanpa
menyinggung saat saya bersalah, terima kasih telah menyimak bacaan Al Quran
saya yang masih jauh dari sempurna dan berkenan membenarkan saat saya salah,
terima kasih atas begitu ilmu dan hikmah yang secara kalian sadari atau tidak
telah kalian berikan kepada saya, terima kasih atas persahabatannya, terima
kasih atas kenangan-kenangan indahnya. Semoga kalian selalu dikaruniai
kesehatan dan kehidupan yang penuh berkah serta ketenteraman. Krapyak dan
segala vibes-nya akan selalu saya rindukan.
Last but not least, cherish every moment, enjoy the present
cause we never know how long it will
last.
Cherish every moment, be grateful.
PS. Sorry if the photos here aren't in good resolution. Most of them were taken long time ago when I didn't have good phone camera. Aku bahkan nggak sempet ngeditnya karena keburu harus tayang ini tulisannya, gaes huhu.
Magelang, 20 September
2020 | 20.02 WIB
after a month
0 comments