A Memorable and Meaningful Place

by - September 20, 2020

"We need happy memories to remember them as you live the life
and open them up from time to time,
when life gets hard and so when you need something to rely on."

Kalimat itu adalah kutipan dialog yang diucapkan Wang Rin (Hong Jong Yun) dalam drama The King in Love dan saya setuju dengan Wang Rin. Meski memori tak selalu harus indah, I decide to write the good one, the happy memories. Cause maybe, just like what Wang Rin said, at this very moment I need something to rely on.

program khusus ramdahan komplek q al munawwir
Setahun setelah memutuskan 'pulang' dari mondok,
saya datang lagi ke Krapyak sebagai santri Program Khusus Ramadhan (PKR).

Ingatan di kepala membawa saya pada sebuah daerah di sisi selatan Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang bernama Krapyak. Di daerah ini terdapat sebuah pesantren besar dimana saya pernah sejenak mengenyam pendidikan di sana selama kuliah. Awalnya tidak pernah terpikir dalam benak saya untuk masuk pesantren, Ibu-lah yang 'memaksa' saya untuk masuk pesantren selepas SMA. Jujur, bagi saya sangat berat dan awalnya saya menjalani dengan setengah hati. Lama-kelamaan saya justru merasa nyaman berada di tempat ini, bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah yang rata-rata sudah pernah mengenyam pendidikan pesantren sebelumnya. Saya selalu senang mendengar cerita-cerita mereka tentang pesantren mereka terdahulu, tentang orang alim yang mereka temui, atau tentang ilmu-ilmu keagamaan yang belum pernah saya ketahui. Interaksi dengan mereka adalah pengalaman berharga sekaligus ladang ilmu. Seringkali kalau sedang suntuk, berbincang dengan mereka akan membuat saya mendapat sebuah pencerahan, maka benar sekali kalau salah satu tombo ati adalah berkumpul dengan orang sholih(ah) haha. Saya juga sempat belajar sejenak dari guru-guru di Krapyak, meski demikian tentu saja ilmu agama saya tergolong masih sangat awam. Mungkin karena saya banyak dosa kali ya jadi ilmunya susah nyantel, juga karena saya sering bolos buat pulang Magelang (kata Mbak Aini, mondok nggak boleh sering-sering pulang karena nanti bikin ilmunya tercecer di jalanan hehe).

Suatu pagi dari lantai tiga Komplek Q.

Sebagian orang (termasuk teman-teman kuliah saya) masih berpikir bahwa pesantren adalah tempatnya anak-anak nakal (mengarah ke kriminal) yang orang tuanya desparate tidak sanggup lagi mengasuh mereka lalu dipasrahkan kepada Kyai agar bisa berubah lebih baik. Hal yang tentu saja tidak saya lihat di pesantren tempat saya tinggal. Hampir semua santri di sini merupakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jogja atau pelajar SMA/SMK yang 'normal' dan penuh kreativitas. Kreativitas para santri dapat dilihat dari kegiatan rutin malam jumat ketika setiap rayon (sebutan untuk gabungan beberapa kamar) menyajikan drama atau hiburan lain untuk another santri. Saya (yang cenderung apatis) selalu terkagum-kagum dengan kreativitas yang mereka tampilkan, mulai dari jalan cerita hingga kostum-kostum yang digunakan. Nggak cuma itu sih sebenarnya, banyak sekali kreativitas mereka yang selalu membuat saya takjub. I cannot mention it all here. Malam Jumat juga menjadi malam yang saya nanti karena biasanya akan ada sholawatan di Mushola Barat, pesantren saya punya vokalis-vokalis hadroh bersuara merdu yang fasih melafalkan bahasa arab, membuat sholawatan terasa makin syahdu.

Wear sarung in our daily life.
Tapi ini konsepnya tetap stylish in sarung sih haha.

Tak hanya suasana dalam pesantren yang hampir setiap saat  dipenuhi lantunan orang  membaca Al Quran dengan tajwid dan makhorijul huruf bagus yang membuat saya merasa adem, lingkungan sekitar 'asrama' atau lebih sering kami sebut pondok tempat saya tinggal juga memiliki suasana yang hangat. Sore hari di sepanjang jalan dari Lapangan Ali Maksum hingga Kandang Menjangan selalu dipenuhi human-human bersarung baik putra maupun putri, karena pada sore hari itulah biasanya kami membeli aneka sayur, lauk, atau jajan untuk kemudian kami makan bersama teman-teman di kamar masing-masing. FYI, satu kamar di pondok tuh isinya bisa belasan orang dan makan bersama sebelum maghrib selalu menjadi agenda rutin harian kami. Sebenarnya dari 'ndalem' atau dari rumah Bu Nyai, kami mendapatkan nasi dan lauk/sayur, tapi biasanya kami tetap jajan makanan non-nasi dari luar hehe. Dari segala makanan di Jogja yang pernah saya coba selama bertahun-tahun di sana, makanan sekitaran Krapyak-lah yang selalu membuat saya kangen.

Jika hari cerah, senja selalu tampak indah dari lantai dua atau lantai tiga pondok. 

Krapyak akan semakin semarak jika puasa tiba, ketika kerumunan orang jualan jajan dan beli jajan tak hanya ke arah selatan menuju Kandang Menjangan, tapi juga ke arah timur dari Lapangan Ali Maksum menuju Masjid Jogokaryan. Ketika ada acara haul atau khataman, Krapyak juga akan ramai pada malam hari. Dalam kesempatan itu biasanya dihadiri oleh kyai-kyai sepuh dan ramai orang berdatangan untuk mendengarkan pengajian beliau-beliau. Oh, that's so beautiful, I miss that moment so bad.

Suatu hari habis kondangan, mampir ziarah ke Kudus bersama teman-teman.

Rasanya akan sangat panjang jika saya meneruskan nostalgia ini. Meski diawali dengan 'terpaksa', pada akhirnya Krapyak menjadi hal yang tak pernah saya sesali, bahkan sangat sangat sangat beryukur pernah hidup di sana. Bagi saya, kenangan tentang Jogja adalah tentang indah dan syahdunya Krapyak. Terima kasih kepada Ibuk yang mendorong saya tinggal di pondok. Terima kasih kepada guru-guru yang mengajarkan kebaikan kepada saya, maaf saya sering bolos huhu. Terima kasih juga kepada teman-teman, akan sangat banyak jika saya sebutkan satu per satu, tapi kalian semua (yang saya kenal dan mungkin sebagian mengenal saya dan sebagian lagi bisa jadi tidak) adalah guru kehidupan saya. Terima kasih telah bersedia berbagi banyak hal dengan saya, terima kasih telah selalu mengingatkan tanpa menyinggung saat saya bersalah, terima kasih telah menyimak bacaan Al Quran saya yang masih jauh dari sempurna dan berkenan membenarkan saat saya salah, terima kasih atas begitu ilmu dan hikmah yang secara kalian sadari atau tidak telah kalian berikan kepada saya, terima kasih atas persahabatannya, terima kasih atas kenangan-kenangan indahnya. Semoga kalian selalu dikaruniai kesehatan dan kehidupan yang penuh berkah serta ketenteraman. Krapyak dan segala vibes-nya akan selalu saya rindukan.

Last but not least, cherish every moment, enjoy the present
cause we never know how long it will last.
Cherish every moment, be grateful.

PS. Sorry if the photos here aren't in good resolution. Most of them were taken long time ago when I didn't have good phone camera. Aku bahkan nggak sempet ngeditnya karena keburu harus tayang ini tulisannya, gaes huhu.

Magelang, 20 September 2020 | 20.02 WIB
after a month

 


You May Also Like

0 comments