Instagram and Insecurity

by - December 31, 2018

Suatu hari ketika saya sedang dalam keadaan sangat down, saya tiduran sambil buka Instagram, liatin story orang-orang. Niatnya sih "refreshing" but...damn, everyone seems so good that day. Kalo kata Rihanna mah mereka keliatan shine bright like a diamond di story masing-masing. Alih-alih refreshing, saya justru berakhir dengan membandingkan apa yang ada di story-story itu dengan kondisi yang sedang saya alami dan ngerasa sangat miserable HAHAHA. Apakah kalian pernah mengalami hal yang sama?

Yorobun, membuka Instagram saat kamu down dan membandingkan insta-life dengan kondisimu adalah kesalahan hahaha, yang ada malah bikin tambah ngerasa sedih dan stress sendiri. Kerena menurut saya yang umumnya diupload orang di IG tuh yaa cuma bahagianya, sedih-sedihnya enggak...padahal everyone fights with their own battles. Saya pun gitu hahaha, yang saya upload ya yang pas bahagia, jarang banget upload penderitaan di IG, because...yha ngapain? Kan penderitaanku udah aku upload ke chat room sahabatku ehehehe. Foto-foto insta juga umumnya adalah momen terbaik yang udah dipoles filter jadi makin waow. Saya aja, kalau mau upload IG adalah kalo lagi dapet momen dan foto bagus, fotonya pun  diedit dulu pake VSCO sebelum diupload.  Orang lain juga mungkin melakukan hal yang sama. We only show our best, and so they do. Well, mungkin nggak semua tapi saya rasa mayoritas juga gitu. Dan yang kayak gitu dibandingin sama momen tersedih kita, yhaa gak mashokkk hehehe. Dulu mungkin saya sering lupa perkara itu, tapi alhamdulillah sekarang udah enggak lagi.

Nah, setelah kejadian itu saya jadi teringat pernah baca artikel yang menyebutkan bahwa ada penelitian yang mengungkapkan kalau Instagram itu adalah social media yang rawan bikin insecure, bahkan cenderung unhealthy. Kenapa? Ya salah satunya mungkin kaya saya tadi, tanpa sadar kita membandingkan kesedihan kita dengan kebahagiaan orang lain dan akhirnya sedih dewe. Pernah juga baca artikel tentang orang-orang yang rela mengeluarkan effort dan budget luar biasa (bahkan saya bilang sih gak wajar) demi sebuah konten Instagram. Ada juga artikel tentang selebgram yang mengubah kepsyen-kepsyen foto "flawless" yang pernah dia unggah dengan cerita di balik setiap foto yang sayangnya kebanyakan adalah kisah yang ironis. 

anxiety instagram
(pic source)
Tapi yang menarik, saya juga jadi inget beberapa statement teman terkait per-instagram-an yang sempet bikin saya kepikiran. Is instagram really unhealthy for your mental well-being? Ada beberapa pengalaman dan perbincangan yang bikin saya mikir setelah percakapan itu terjadi dan belajar dari kejadian itu. Beberapa hal yang mungkin ada kaitannya sama mental well-being. Itulah yang mau saya share disini. Sebenernya udah lama banget pengen share tentang Instagram tapi selalu bingung mau mulai darimana bahasnya. Maka inilah pembahasan hari ini. Maaf yaa kalau alurnya agak random hehehe.

Suatu hari, seorang teman berkata kepada saya yang intinya: "aku upload story dan upload foto (di feed), yang liat story-ku udah banyak tapi yang like fotoku cuma dikit dan aku lihat (di tab like following -red) mereka malah nge-like foto-foto lain yang biasa aja." Saat itu, saya yang bahkan belum update Instagram yang adanya story-nya (iya, saya tergolong telat banget update IG yang mendukung feature story hahaha) agak kaget dengan pernyataan itu. I thought...oh this is not good, why she thought something like that? She should know, that she still amazing and the number of likes didn't define her.

Iya, interaksi yang diharapkan (dan disediakan) di Instagram kalo kita upload foto, ya emang like atau komen, tapi...seriously don't let it stress us. Khawatir nggak di-like atau khawatir dapet komen nggak enak misalnya. Well, bukankah ada banyak alasan bagi seseorang buat nge-like foto? Foto bagus bukan satu-satunya alasan. Bisa jadi seseorang nge-like karena foto itu punya kekuatan emosional buat dia, karena kepsyen yang menyertai foto itu menarik, or simply karena yang upload temen satu circle, bahkan bisa jadi juga karena algoritma Instagram atau apalah itu, bikin foto kita jadi tenggelam dari pantauan timeline kawan kita. 

Saya juga jadi inget pembicaraan dengan Bapak Kormanit (yang kemarin baru saja menikah, selamat!), saat itu kami membahas tentang beberapa akun yang menurut kami punya konten bagus dan dimiliki oleh seorang yang menurut kami "berkualitas", tapi konten-konten dia nggak dapet like banyak dan dia juga gak punya follower sebanyak Park Chanyeol (oke, ini lebay) dan saat itu obrolan kami memutuskan kalau jumlah like yha memang bisa jadi mempengaruhi kualitas foto, tapi tidak selalu demikian. Lesson learned: the number of likes is not everything, well except your 'gram is for business or something that need that much likes to reach the target. No need much worry about likes and comments things. 


(pic source)
Di hari lain seorang kawan cerita kalau dia memutuskan buat delete akun Instagramnya karena dia ngerasa Instagram banyak "mudharatnya". He didn't tell me what the negativity on Instagram that he faced. Beberapa bulan kemudian, orang ini udah bikin akun lagi dan aktif aja sampe sekarang. Mmm..okay hehe. Ada juga yang bilang resolusi 2018 adalah buat gak main IG lagi. But...this person comes back in daily Instagram lyfe a few days later and are active on IG until now. Well, basically I wanna laugh SO HARD sama yg model begitu, Ya Allah maaf jahat banget...habis gimana lha udah koar-koar gitu eh taunya.... Eh tapi saya nggak sejahat itu kok, saya ketawa dulu tapi tetep bersimpati hahaha.

Kalau dipikir-pikir lagi hal-hal kayak keinginan buat deactivate Instagram itu saya temui nggak cuma satu dua kali, nggak cuma di real life teman sekitar tapi juga wira-wiri di TL twitter. Pernyataan yang mereka buat sebelumnya menurut saya pasti sempat didasari rasa insecure atau apapun namanya, yang dipicu sosial media bernama Instagram,  yang bikin mereka emosi sesaat dan bilang gitu......yet they can't stay away from Instagram. So sad actually. Lesson learned: emotional control takes strong part in social media lyfe. I hope you're all okay dan kalau ada yang kayak gitu jangan diketawain laah yaa, kan problematika hidup orang beda-beda yhaa, prosesnya juga beda-beda hmm. Biarin aja kalau misal ada kawan atau bahkan kita sendiri yang mau sejenak rehat dari kehidupan sosial media ini, mungkin cara itu bakal baik untuk kebahagiaan dia.

Saya juga pernah merasa dibikin sakit hati sama konten Instagram dari seorang ehem...my crush wlllekekek. Jadi dia unggah sesuatu yang bikin saya patah hati AHAHAHA padahal yaa sopo aku. And I decide to logout my Instagram for a few days, biar gak tau kisah hidupnya di story LoL. Tapi jangan lupa, ada feature mute di Instagram. You can mute everyone story and the posts if it doesn't match your style. Seperti misalnya kalau ada teman yang sering unggah perpolitikan, apalagi yang mengarah ke SARA, mute aja haha. I think it's okay, you do not unfriend them, you do  not hate them in real life, you just didn't match with their content. Eh tapi btw, si "crush" tadi nggak saya mute kok, karena alhamdulillah udah bisa noto ati jadi nggak "terganggu" sama unggahan semacam itu. Lesson learned: noto ati is so important, nggak cuma dalam hal main Instagram kalo ini mah, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Ngetik gampang, praktinya susah! Tentang mute-mute-an ini, juga perlu diingat: you can mute everyone, and so does everyone. They can mute you too. Nah, jangan sakit hati kalau pas tau begini. Coba introspeksi, bisa jadi kita di-mute kerena emang ada masa masalah personal, bisa juga konten kita yang annoying hayo...semoga jangan sampai yaa.


membandingkan gaya hidup di instagram
Source: Pinterest
Selanjutnya tentang unfriend, ada temen yang pernah curhat kalau dia pengen unfriend orang karena keberadaan akun tersebut wira-wiri di timeline dia bikin hatinya nggak nyaman. Wait...ini kenapa saya banyak menerima curhatan tentang hal-hal kayak gini di Instagram ya? Sementara saya malah mayan bahagia dengan memantau kehidupan para chingu EXO di platform social media yang satu itu. Meskipun saya nggak pernah sejauh unfriend orang karena emang gak seterganggu itu sama konten orang lain, tapi seandainya ada yang unfriend pun yaudah sih, mungkin dia mau membatasi circle dia di sosial media.  Misalnya aja nih, saya pernah nemu akun blogger yang memutuskan buat cuma follow akun-akun oppa dan noona karena dia emang lebih bahagia sama konten-konten para oppa dan noona ini. Kalo dibilang apa yang dia lakuin itu tergolong: ngapain bikin sosial media kalau nggak mau bersosialisai, kok saya kurang setuju ya. I mean...ya nggak apa-apa gitu kamu membatasi followingmu, asalkan tetep bergaul dengan baik di kehidupan nyata demi mewujudkan masyarakat madani (apasih ini bahasanya). Setting boundaries is pretty okay, isn't it? Ribet kadang memang dunia maya ini yhaa wkwkwk. 

Pernah juga baca sebuah artikel tentang orang yang mengalami anxiety tiap kali mau posting di Instagram, kalo nggak salah dia tuh model gitu. Btw, iya, saya memang sempet baca beberapa artikel tentang Instagram dan mental health karena udah dari jaman kapan kepikiran nulis, makanya baca-baca artikel yang terkait. Sayangnya saya nggak simpen link sumbernya dari dimana aja huhu maafkan. Oke, lanjut... Si orang ini tiap kali dia posting foto di Insta, dia bakal delete foto itu beberapa saat kemudian karena ngerasa kurang wow. Terus diedit lagi fotonya, abis itu di-posting lagi. Ngerasa ada yang kurang lagi - disunting lagi - diunggah lagi. Gitu aja terus, Ferguso hehe. Nah dia ini ngerasa takut kalau foto sekaligus kepsyen yang dia posting nggak "perform well" di hadapan masyarakat jagad maya. Padahal kalau dipikir lagi, yaa who care sih, siapa yang bener-bener memperhatikan postingan kita sampai sangat-sangat detail, kok selo banget hidupnya hehe. Orang kan rata-rata ngeliat foto yaa cuma beberapa detik nggak sih. Yuk, nggak usah terlalu khawatir sama perfotoan ini. Maksud saya, idol macam Kim Jongin aja posting foto blur di Instagramnya nggak apa-apa lho. Oh Sehun yang followernya di atas empat belas juta aja posting selfie kayak pake kamera Nokia 6600 (padahal doi pake aifon) aja nggak apa-apa lho. Yhaa tapi mereka Kim Jongin dan Oh Sehun from EXO siih yhaa HAHAHA. Tapi imperfect pictures itu malah menunjukkan kalo akunnya manusiawi kan hahaha.



88lovelife happiness quotes

Belum lagi nanti yang membandingkan kondisi fisik diri sendiri dengan kondisi fisiknya Kendall Jenner, atau membandingkan love life-nya sama cuople-couple fotogenik di Instagram. Yha, Instagram ini tanpa disadari memang memunculkan semacam standar yang disebut #bodygoals #relationshipgoals #weddinggoals dan goals lainnya. Kadang itu bisa memotivasi bikin kita jadi lebih baik, tapi ketika berlebihan bisa membawa pada satu titik anxiety tersendiri. Padahal siapa tahu kan di balik semua itu, apa yang orang-orang itu perjuangkan buat mencapai titik "goal" itu yang mungkin nggak dipublikasikan. Accept yourself, love yourself!

Itu baru beberapa dari mungkin sekian banyak yang kaitan antara Instagram sama mental well-being. Baru contoh kecil yang saya dapat dari pengalaman pribadi dan percakapan dengan beberapa kawan. Pengalaman dan  percakapan kayak gitulah yang justru bikin saya mikir kalau emang ada yang insekyur dalam bersosial media...dan saya bingung juga harus gimana. Share sini di kolom komentar boleh lho. Karena kondisi orang kan beda-beda ya, nggak bisa saya begitu saja minta dia buat selow aja maen IG mah, IG buat liatin oppa-oppa eqso aja dan niscaya kamu akan bahagia, tapi yha kan gak semua orang suka eqso LoL. Soalnya kayak gitu yaa jatuhnya kembali ke diri masing-masing, gimana kita mengontrol dan menata hati dan pikiran buat bijak bersosial media dan bijak menyikapi sosial media. Dan jangan lupa use our common sense tiap kali mau unggah di sosial media, jangan melulu insekyur dan nyalahin konten orang lain tapi diri sendiri nggak tahu diri hehe.

I don't say Instagram or other social media is all bad. Yha semua pasti ada plus minusnya, meski didapuk jadi sosial media paling toxic, tapi di sisi lain banyak juga lho orang yang sukses dari Instagram, entah karena mengelola bisnis yang dipromosikan lewat Instagram atau juga karena skill dia manage Instagram yang jadi nilai plus dan bisa jadi social media strategist. Nggak semua yang pakai Instagram juga pasti ngerasa insekyur juga, saya rasa banyak juga yang pake IG dan doi bahagia aja karena itu nggak ngaruh besar ke kehidupan dia. Orang-orang yang posting cuma buat mengekpresikan diri dan yhaa kadang sedkit pamer nggak apa apa, tanpa terobsesi dengan hal-hal yang sebenernya bikin diri ini stress. Karena dia lebih fokus ke real life daripada dunia maya. Sekali lagi semua balik lagi ke kita bagaimana manage diri kita.

Mari berbahagia di sosial media!!!


31 Desember 2018 | 21.24 KST
Sambil menyimak MBC Gayo di TL twitter
seneng melihat Yoona - Minho satu panggung
tapi nggak paham sama tempat duduk buat idolnya
WAEE?? (pake nada Jongdae)

You May Also Like

2 comments

  1. Saya termasuk orang yang pernah koar-koar di Instagram yang bilang 'good bye all this toxic IG world, I'm leaving' tapi setelah seminggu kemudian, saya muncul lagi. Jadi malu. XD kalau mau dipikir, bener sih. Sebenarnya yang toxic mungkin aja bukan IG nya, tapi pola pikir dan ekspetasi berlebih kita terhadap pengguna lainnya di IG. Kalau kita pintar mempergunakannya serta melihat Instagram sebagai hal positif untuk branding diri, untuk usaha (ehem bisnis online), menambah teman baru, melihat kondisi teman lama yang jauh di sana (udah ngga deket gitu maksudnya) pasti hidup kita akan lebih bermakna dengan adanya Instagram.

    It's all about perspective :D

    ReplyDelete
  2. Thank you for sharing your thoughts and knowledge on this topic. This is really helpful and informative, as this gave me more insight to create more ideas and solutions for my plan. I would love to see more updates from you.

    Social Media Services

    ReplyDelete