A Drama that So Much Impress Me
Saya tidak banyak menonton drama Korea, beberapa drama yang pernah saya tonton hanyalah Boys Over Flower, The Moon That Embraces The Sun (yang udah saya tonton berkali-kali), dan Dae Jang Geum (yang saya bahkan udah lupa ceritanya saking lamanya). Namun, beberapa waktu lalu dari seorang sepupu yang penggemar per-korea-an, saya diberi drama berjudul Hwarang: The Poet of Warrior, tentu saja hal ini dikarenakan kakak saya itu paham kalo saya suka kisah-kisah zaman kerajaan hehehe. Meski rating drama ini kalah jauh dengan rating The Moon That Embraces The Sun (disingkat TMTETS aja ya biar gak capek ngetiknya haha), saya tetap jatuh cinta dengan drama ini. Bukan karena kisah cintanya, tapi drama ini bikin saya jadi penasaran akan sejarah Korea dan mengkepo sejarahnya.
(pict source) |
Hwarang berarti 'flower boys', mas-mas cantik begitu istilahnya. Mereka ngapain? Bakal saya bahas di paragraf selanjutnya. Berbeda dengan TMTETS yang mengisahkan era Kerajaan Joseon, Hwarang mengambil latar pada masa Kerajaan Silla, abad ke-6 dan ke-7 Masehi. Kira-kira hampir berbarengan dengan masa Kerajaan Tarumanegara di Indonesia. Hwarang lahir pada masa pemerintahan Raja Jinheung. Meski demikian konon yang membentuk Hwarang adalah raja sebelum Jinheung, karena pada saat naik tahta Jinheung masih cukup muda berusia lima belas tahun. Makanya pemerintahan Jinheung juga dibantu ibunya, Ratu Jisoo. Kalau di drama sih, Jinheung ini disuruh Ibunya hidup sembunyi-sembunyi sebelum cukup umur dan cukup strong buat naik tahta dan dikenal dengan Raja Tak Berwajah. Tapi di kejadian nyata, sepertinya tidak demikian. Raja Jinheung bahkan dikenal sebagai salah satu raja terbaik di Silla. Oh iya, ibu kota Kerajaan Silla waktu it bernama Seorabeol yang diucapkan cepat, konon Seorabeol ini jadi 'Seoul' di masa sekarang.
Karakter Raja Jinheung dalam drama Hwarang. (pict source) |
Alasan pembentukan Hwarang di dunia nyata konon nggak terlalu jelas untuk apa, tapi kalau di drama sih pembentukan Hwarang ini bertujuan untuk 'mengikat' anak-anak bangsawan untuk mengabdi pada Raja Jinheung. Kalimat ini juga mungkin masuk akal untuk menerangkan alasan adanya Hwarang: "The establishment of to Hwarang took place as the royal court tightened control of the people, a complement to golpum (bone rank/social hierarchy-red) system and a symbol of harmony and compromise between the king and the aristocracy." Orang-orang yang terpilih dalam Hwarang baik dalam drama maupun di dunia nyata digambarkan haruslah mereka yang merupakan anak bangsawan dan memiliki penampilan fisik yang bagus. Mereka ini dididik beragam pengetahuan seperti tentang kebudayaan, kepercayaan (Buddha, Taoism, Confusius), dan ilmu beladiri. Sehingga tak hanya memiliki penampilan yang menawan, Hwarang juga pandai, memiliki sisi spiritual yang kuat, dan jago bela diri. Makanya ada sumber yang mengatakan bahwa dalam beberapa hal, karakter Hwarang agak mirip dengan Ksatria Templar jaman Perang Salib. Pada mulanya, Hwarang dibentuk bukan untuk sebuah kekuatan militer, tapi lama kelamaan Hwarang dikenal sebagai angkatan perang yang cukup berpengaruh bagi Kerajaan Silla. Sebagai 'flower boys', konon mereka akan merias wajahnya saat berperang. Dalam drama sih, Hwarang tidak digambarkan merias wajahnya berlebihan, namun tetap diperankan oleh mas-mas cantik berambut panjang tapi berbadan gagah hahaha. Nah, saya jadi ber-cocoklogi, jangan-jangan karena ada sejarah dan 'darah' Hwarang ini, maka nggak heran oppa-oppa Korea itu cantik tapi badannya six pack dan sangat memperhatikan penampilan hehe :B
Ada beberapa nilai-nilai yang menurut saya menarik ditanamkan pada para Hwarang di kehidupan nyata. Sebelum dilantik jadi Hwarang, mereka juga punya sumpah setia yang terdiri atas lima poin: kesetiaan kepada Raja, mencintai dan menghormati orangtua, kepercayaan di antara teman, pantang mundur di setiap pertempuran, dan pantang mengambil nyawa tanpa alasan. Kalau dalam drama digambarkan, bahwa setelah belajar dan meresapi nilai-nilai yang ditanamkan, para Hwarang jadi berbeda kepribadiannya, dari yang semula egois dan serakah, bahkan haus kekuasaan, jadi lebih mementingkan rakyat dan loyal sama temennya. Mungkin inilah alasan kenapa dibentuk Hwarang, agar para pemuda terbaik itu tidak hanya mementingkan kekuasaan tapi juga memikirkan kesejahteraan rakyat lewat aksi bersama kawan-kawannya. Di salah satu riwayat yang saya baca bahkan dijelaskan bahwa setelah melewati masa pendidikan, para Hwarang dikirim ke daerah-daerah, yah mungkin semacam bali ndeso, mbagun deso hehe. Jadi, Hwarang nggak cuma punya kekuatan militer tapi juga mumpuni dalam bidang pemerintahan. Gitu yang saya tangkep.
Dari sekian banyak Hwarang, ada tokoh yang terkenal bernama Kim Yu Shin yang hidup beberapa puluh tahun setelah pemerintahan Jinheung (raja ke-24 Silla), dia adalah jenderal kepercayaan pada masa pemerintahan Ratu Seondeok (ratu ke-27 Silla. Btw, Silla ini dipercaya sebagai negara yang mengakui kesetaraan gender karena pernah memiliki tiga ratu sebagai pemimpinnya. Balik ke Kim Yu Shin, karena dia ini Hwarang yang terlahir dari keturunan Tulang Suci (atau Seonggol, tingkatan tertinggi dalam hierarki masyarakat Silla). Dia juga pandai dalam hal akademis dan pandai berperang, bahkan menjadi Pongwolju (pemimpin Hwarang) di usia kurang dari 20 tahun. Kim Yu Shin ini berperan besar dalam menaklukkan kerajaan tetanga Silla, Baekje dan Goguryeo. Hingga akhirnya Silla menyatukan tiga kerajaan dan menjadi Unified Silla. Dalam drama sih memang digambarin dari awal impian Raja Jinheung memang menyatukan tiga kerajaan di bawah pemerintahan Silla, meski akhirnya impian itu terwujud beberapa tahun kemudian di masa pemerintahan Raja Munmu (raja Silla ke-30).
'Cantiknya' hwarang bernama So Hoo. (pict source) |
Wah, panjang juga ya cerita tentang sejarah Hwarang. Balik ke drama aja deh kalau gitu. Hwarang: The Poet of Warrior diperankan oleh enam aktor tampan. Saya suka aktingnya pemeran Raja Jinheung, menurut saya, meskipun sifatnya second lead, but he can portray King Jinheung of Silla very well. Auranya dapet laah haha. Trus, Hwarang juga banyak mengisahkan konflik antara keluarga kerajaan dan pejabat, bagi banyak orang mungkin membosankan tapi bagi saya justru menarik. Mungkin karena background saya adalah alumni sospol kali ya hahaha. Persahabatan yang ditampilkan antar para Hwarang juga menarik diikuti yang tadinya angkuh dan nggak akur bisa jadi saling peduli gitu.
Sebagai drama Korea, percintaan tentu hadir di sini, tapi menurut saya cinta-cintaannya malah sebagai sampingan. Atau at least, saya melihatnya sebagai sampingan karena saya lebih tertarik pada upaya Jinheung naik tahta.Cinta yang ditampilkan ada cinta segitiga, antara Jinheung, temen seper-hwarang-an (pemeran utamanya), dan mbak-mbak tabib bernama Ah Ro. Ada juga kisah cinta seorang Hwarang (namanya Ban Ryu) yang jatuh cinta sama adik perempuan teman seper-hwarang-an yang terhalang perbedaan afiliasi politik orang tua kedua belah pihak. Dan yang agak geli-geli sedih adalah cintanya seorang Hwarang bernama So Hoo untuk Ratu Jisoo yang tentu saja bertepuk sebelah tangah. Di saat-saat terakhir sebelum kematian Ratu Jisoo, So Hoo meminta tabib terbaik di Silla untuk menemani sang ratu. Tabib itu adalah cintanya Ratu Jisoo yang tak pernah bisa dimilikinya. Disini saya kurang paham, yang dilakukan So Hoo itu adalah level tertinggi dari mecintai sehingga mengikhlaskan Jisoo bersama orang lain, atau...level terbodoh dari mencintai hahaha.
Enam aktor utama dalam drama Hwarang. (pict source) |
Saya biasanya kalo nonton film-film atau drama gitu ya nonton aja, gak mau pusing-pusing mikirin di balik layarnya. Tapi, lewat Hwarang ini saya jadi memikirkan perkaran setting lokasi kerajaannya, properti-properti yang digunakan dan usaha para aktornya. Kayak saya mikirin gimana mereka latihan pedang, latihan naik kuda, dsb. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah Hanbok (pakaian adat) yang dipakai para pemerannya yang menurut saya bagus-bagus. Desain atau karakter bajunya beda sama yang ada di TMETS, yaa mungkin karena beda era kerajaan juga makanya budaya bajunya juga beda. Saya bahkan kepo desainer hanbok-nya Hwarang hehe. Klik disini deh kalau mau lihat Hanbok karyanya heheh. Disini saya mikir kalau drama ini bener-bener dibikin sepenuh hati dangan effort yang lumayan mantap.
Sungguhlah, Hwarang ini bikin saya kepo sampe kemana-mana. Yaa gitu, kalau udah tertarik sama sesuatu bawaanya kepo hahaha. Even the rating is not so high in Korea, moreover if it's compared with The Moon That Embraces the Sun that I've watched before (Hwarang highest rating is 11,1% and TMETS highest rating is 42,3%...big difference, right?) but this drama impress me so well. Konon ada lagi drama yang mengangkat tema Hwarang, judulnya The Great Queen Seondeok. Drama jadul tahun 2000an yang kalau nggak salah pernah diputar di televisi nasional Indonesia. Nah, saya jadi tertarik nonton juga. Di The Great Queen Seondeok, hwarang digambarkan benar-benar sebagai pria bersolek, bedanya dengan Hwarang adalah era pemerintahannya. Saya jadi pengen nonton drama ini juga, apalagi disini pemimpinnya seoarng wanita tapi ternyata ini cukup panjang mencapai 60 episode. Hmmm....
Sekian deh, cerita saya tentang Hwarang. Nggak nyangka ya jadi panjang banget. Ya gitu, kalau cerita tentang hal yang kita suka, sering lepas kontrol haha. Apakah di antara kalian ada penggemar drama/film bertema kerajaan-kerajaan juga? Mungkin kita bisa sharing hehe :)
21 September 2017
NB. Btw, ini tulisan saya bikin murni untuk sharing apa yang telah saya kepo. Bukan tulisan akademis yaa. Jadi, mohon maaf kalau sumber-nya nano-nano hehe. CMIIW :)
Source:
- Hung-gyu, Kim. 2012. Defenders and Conquerors: The Rhetoric of Royal Power in Korean Inscriptions from the Fifth to Seventh Centuries. Cross-Currents: East Asian History and Culture Review Journal No. 2 (March 2012). Korea University
- McBride, Richard D. 2007. Silla Buddhism and the "Hwarang segi" Manuscripts. Korean Studies, Vol. 31 (2007), pp. 19-38. University of Hawai'i Press.
- Riotto, Maurizio. 2012. The Place of Hwarang Among the Special Military Corps of Antiquity. The Journal of Northeast Asian History Vol. 9 Number 2 (Winter 2012), 99-155.Universita
- Te-Hung, Ha. 1972. Samguk Yusa: Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Korea. Yonsei University Press.
- Source lainnya tercantum pada link-link yang saya sisipkan di artikel di atas yaa hehe.
6 comments
Tulisan yang menarik sekali, Rul!
ReplyDeleteThank You, Voila :D
DeleteKutunggu tulisan-tulisanmu ttg space <3
Ruls, itu di gif kamu dapet potongan dari dramanya? Omiyaung.. kenapa syantik sekali.. aku mau nangis takut liatnya :'
ReplyDeleteDari gugel, Did HAHAHAHA.
DeleteMales laah kalo harus bikin dari dramanya hihihi.
Habis ini deh aku cantumin pict-source sekalian :D
Terimakasih, lupa nggak nyantumin pict-source heheh
super! bukan tulisan akademis aja sumbernya jurnal. saluuut ;)
ReplyDeleteHahahaha....abis penasaran sama cerita sesungguhnya hahaha :D
Delete