Suatu hari, ketika aku belum cukup memahami hidup.
Seseorang bertanya padaku : Apa beda gelas setengah isi dengan gelas setengah kosong?
Aku tidak mengerti. Lalu, aku bertanya pada seseorang yang lain, seseorag yang lebih tua, lebih berpengalaman, dan lebh cerdas dariku. Aku bertanya : Apa beda gelas setengah isi dan gelas setengah kosong?
Orang yang aku tanyai, menjawab : Sama saja. Yang berbeda sudut pandangnya.
Aku merenunginya sejenak.
Suatu hari, ketika aku masih belum memahami.
Aku ngobrol sama teman. Lama-lama aku dekat dengannya. Lama-lama aku nyaman dengannya. Kami berbagi cerita, berbagi pengalaman. Membicarakan suatu masalah. Hmm...biasalah masalah-masalah remaja. Kadang juga, kami mencari jalan keluar bersama. . . .
Disinilah bermula, seiring mengenalnya lebih dalam, aku menyadari aku dan dia berbeda. Sering kudapati diriku tak sependapat dengannya. Padahal awalnya sejalan. Kadang cara berpikirnya yang membuatku berucap dalam hati : lho, ya nggak gitu! Kadang, itu terucap begitu saja. Tapi sering juga aku diam saja. Memikirkannya nanti. Karena, mungkin ada sesuatu yang luput dari perhatianku.
Lama-lama, perbedaan itu makin terasa. Membicarakan hal yang sama, menanggapi dengan berbeda. Dia tampak ngotot dengan pendapatnya. Terkesan menyalahkan pendapatku. Aku hanya tersenyum. Menyadari kalau kami berdua dibesarkan dengan cara yang berbeda, tak heran kalau pendapatnya berbeda. Tapi, semua masih terasa aneh. Aku kadang tak terima dengan pendapatnya. Namun, kuakui dari itu semua aku banyak mengambil pelajaran. Banyak, banyak dan tak ingin kuceritakan secara gamblang.
Suatu hari,
dalam perjalanan pulang sekolah. Melaju dengan motor matic-ku. Seperti biasa aku memikirkan banyak hal. Kegiatanku tadi, nanti. Pembicaraan-pembicaraan yang lalu. Berkhayal, dll.
Aku teringat pada penjalasan seseorang tentang gelas setengah isi dan gelas setengah kosong. Bahwa gelas itu sama-sama berisi sesuatu setengah. Hanya sudut pandang orang yang mengatakannya yang berbeda.
Aku teringat pada penjalasan seseorang tentang gelas setengah isi dan gelas setengah kosong. Bahwa gelas itu sama-sama berisi sesuatu setengah. Hanya sudut pandang orang yang mengatakannya yang berbeda.
Aku teringat kasusku dengan seorang teman yang aku ceritakan di atas.
Suatu hari, ketika aku mulai memahami.
Tentang kebenaran gelas setengah isi vs gelas setengah kosong. Aku mulai bisa meengambil hikmah :
Dalam menyikapi masalah yang sama. Beberapa orang mungkin berbeda caranya. Semua merasa dirinya benar. Tapi, jangan lantas keras kepala. Jangan lantas tak mau tau sudut pandang orang lain. Jangan lantas menyalahkan orang lain. Saling menghargai saja! Kita memang lahir berbeda-beda.Kalau perbedaan itu memang harus disamakan. Kita bisa bicarakan baik-baik. Ambil jalan tengah, dan mari kita hargai keputusan bersama. Jangan egois, sekehendak hati.
Aku tau, aku tidak sempurna. Tapi, itulah yang dapat kusimpulkan. Mungkin akan ada gelas setengah isi dan gelas setengah kosong lagi. Silakan kalau ingin bernagi pendapat/
Maaf kalau tidak gamblang, tidak jelas. Tidak sengaja, hehe.
Buat temanku, terima kasih. :) kau membuatku mengerti sedikit tentang hidup. :)))
0 comments