A Journey to be Experienced (Mt.Lawu, 3265 masl)

by - October 11, 2014


Setiap perjalanan selalu punya ceritanya sendiri.
Tak peduli meski jalan yang dilewati sama,
tapi perjalanan pasti menyajikan cerita berbeda.
Seperti ketika kita berulang kali melewati jalan pulang yang sama,
namun meninggalkan jejak yang berbeda,
kisah yang berbeda, bertemu orang yang berbeda,
dan memetik pelajaran yang tak pernah sama.

Kisah ini adalah tentang perjalanan di Gunung Lawu, 26-27 September 2014

Prinsip mendaki mungkin tak jauh berbeda dengan prinsip dasar menyelam, never dive alone. Mendaki (setidaknya bagiku) bisa juga berprinsip never hike alone. Karena itulah pendakian ini adalah koalisi mahasiswa perguruan tinggi di dua kota, UNS dan UGM. Dari UNS ada Harry sebagai team leader, kemudian Danny, Rahman, dan Fahmi. Sedangkan dari UGM ada aku dan Ajik. Sebenarnya perjalanan ini sama sekali tidak mewakili almamater dalam hal apapun. Sengaja aku menyebut demikian, sekedar untuk memudahkan. Ya, pendakian ini adalah atas nama pertemanan, dengan Harry sehbagai benang merahnya. Kalian tentu tahu, kalau dia sudah berkawan denganku dan Ajik sejak SMP, sedangkan Danny, Rahman, dan Fahmi adalah kawan sekampusnya.

Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta
Jumat, 26 September 2014 - 15.30 WIB

Aku dan Ajik sudah berada di stasiun, menunggu KA Prameks tujuan Stasiun Solo-Balapan yang akan tiba pukul 16.05 nanti. Muka pria di sampingku masih lelah, maklum baru saja kelar kuliah seharian. Makanya dia diam selama tiga puluh lima menit menunggu kereta tiba, mungkin lapar :p dan dalam tiga puluh lima menit itu pulalah mau tak mau aku mematung dengan anggunnya.

Ketika kereta tiba, penumpang berebut masuk dalam kereta. Wajar saja, tiket di tanganku tak menjamin dapat tempat duduk. Walhasil, aku lesehan di lantai kereta. Ajik? Tentu saja tetap stay cool dengan berdiri sepanjang perjalanan.

Kami tiba di Stasiun Solo-Balapan sekitar setengah enam sore. Kemudian menunggu Harry di masjid dekat stasiun. Ah, aku lupa apa nama masjid kecil bercat hijau di dekat palang perlintasan kerta api itu. Harry datang setengah jam kemudian bersama seorang kawan yang dia kenalkan sebagai Rahman. Hai Rahman! Kami pun dibawa ke rumah Danny untuk transit sejenak dan melakukan final checking.

Terlalu lama rasanya kalau aku harus menceritakan apa saja yang kami lakukan di rumah Danny, yang jelas di rumah itu ada sesosok makhluk menggemaskan bernama Sofi, keponakan Danny dan kami disuguhi makan malam disana. Terimakasih keluarga Danny. Oh iya, ada satu lagi anggota rombongan yang menunggu di sana, namanya Fahmi. Singkat cerita, kami berangkat menuju Cemoro Sewu sekitar setengah delapan malam mengendarai motor. Yaps, touring dulu sebelum muntjak XD

Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur
Jumat, 26 September 2014 - 22.00 WIB

Yang pertama ingin kukatakan padamu adalah: dingin! Sebelum naik, kami menyesuaikan dengan suhu sekitar terlebih dahulu dan melakukan pemanasan. Tentu saja nggak lupa buat lapor ke penjaga di basecamp Cemoro Sewu bahwa enam anak manusia ini ingin mencoba menaklukkan Gunung Lawu. Setelah berdoa bersama, pendakian dimulai. Bismillahirrahmanirrahiim :)

Aku adalah satu-satunya wanita dalam rombongan ini. Sebenarnya ada dua wanita lagi yang mestinya ikut, namun dua kawan Harry itu membatalkan ikut. Aku juga sempat hendak mengajak seorang kawan wanita, tapi urung karena nanti pasti kesulitan menyesuaikan jadwal senggang dengan dia. Jadi, aku memutuskan ikut pendakian karena percaya sama dua sahabatku sejak SMP itu dan karena aku merasa yakin. Ya, keyakinan pada perjalanan ini, pada kemampuanku (sebagai Wolverine :p). Aah, aku juga sudah merapal mantra-mantra agar para pria ini tak menngusiliku hahah :P
FYI, tim dalam pendakian ini sengaja dibuat 'ramping', biar mudah meng-handle-nya. Maklum, sebagai mahasiswa Administrasi Publik yang belajar Reformasi Birokrasi pasti sangat suka dengan tim-tim yang 'ramping' hahah. #lupakan


the lady in rest-point

Setelah tiga jam berjalan, kami sampai di Pos II. Karena lelah, dingin (dan ngantuk). Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos II. Selama perjalanan kami tak banyak bertemu pendaki. Lumayan sepi malam itu, tapi di pos ini ada tiga tenda termasuk kami yang memutuskan beristirahat. 

Kawan, biar kuceritakan padamu yang aku suka dari pendakian saat malam. Adalah suasananya. Suara hembusan angin, gesekan pohon, dan ribuan bintang yang tampak begitu jelas terhampar di pekatnya langit malam. Kadang juga rembulan yang sesekali tertutup awan tipis. Menenangkan! Subhanallah, saat-saat seperti itulah rasanya pikiran bisa sejenak tenang, bisa merenung dan berpikir lebih jernih. Aku menikmati suasana itu pada setiap titik istirahat, karena ketika berjalan kita harus fokus pada apa yang kita lewati, pada apa di sekitar kita, pada tujuan kita.

Pukul dua dini hari, satu persatu dari kami mulai lelap. Tak bisa nyenyak tentu saja, karena hawa dingin yang begitu menusuk. Oh ya, kami memang tidak menargetkan sunrise di puncak, perjalanan ini sengaja dibuat santai. Esok pagi usai shalat subuh, kami hendak melanjutkan perjalanan. Good night~ ^^

Pos II Gunung Lawu
Sabtu, 27 September 2014 - 06.00 WIB

Selamat Pagi Indonesia~ Kami sudah shalat subuh dan sarapan, siap melanjutkan perjalanan :D Agar lebih nyaman, barang-barang sengaja kami tinggalkan  di tenda. Harry membawa ranselnya untuk memuat persediaan makanan, minuman, dan obat-obatan. Aku hanya membawa tas kecil berisi tisu dan sebuah benda kecil yang oleh Ajik disebut 'pusaka' yaitu...kaca! It's very important thing, isn' it ladies? XD

Karena sudah lebih bugar daripada semalam, ditambah pagi membuat kami bisa leluasa menikmati pemandangan sekitar, perjalanan dilanjutkan dengan ceria, sesekali bercanda. Kami sempat istirahat sejenak di Pos III. FYI, atap seng di Pos III nampaknya baru saja diganti loh. Ciyeeh, hebat yaa yang ngangkut seng sampai Pos III :3

Ketika hampir sampai di Pos IV, kami nemu spot yang bagus buat foto-foto. Maka di zaman dimana jiwa narsistik sangat didukung dengan melimpahruahnya jejaring sosial, kami pun berfoto ceriaaaaa syalalala~

Yaayyyy full team :))

Saya dan dua pria yang tak henti mem-bully saya sepanjang perjalanan
(tapi juga sahabat-sahabat terbaik) B)

Ajik - 21 thn - mahasiswa Teknik Sipil UGM - Jomblo.
Koordinator CIVILION!! (katanya)

Istirahat di Pos V
Selama perjalanan dari Pos IV ke Pos V dan beberapa menit setelahnya, kami melihat bekas-bekas kebakaran di kanan kiri track pendakian. Ya, Lawu memang sempat terbakar pada 16 Agustus 2014 lalu, yang menyebabkan sekitar 700-an pendaki tertahan. Kala itu para pendaki tersebut berencana mengadakan upacara Hari Kemerdekaan ke-69 RI di Puncak Lawu. Bekas kebakarannya lumayan gede lo gaiss. Penyebab Kebakaran Lawu itu konon adalah para pendaki yang menyalakan api unggun dan tidak benar-benar mematikan apinya :3

Nah tuh, jadi pelajaran banget buat kami para pendaki selanjutnya. Bahwa mendaki gunung nggak boleh seenaknya sendiri. Harus ikuti rule dan bener-bener didasari menghormati alam. Jangan malah ngerusak atau nyampah. Ingat dan patuhi betul tiga hal ini >> Take nothing but picture, left nothing but footprint, kill nothing but time :) Tuh bagi yang masih suka metik edelweiss buat sang kekasih jangan lagi yaa. Nggak cuma kamu yang mau menikmati indahnya perlambang cinta abadi itu, semua pendaki juga pengen. Makanya biarkan edelweiss hidup di habitatnya dengan tenang. Daripada metik dan merusak alam, mending kekasihmu aja yang diajak naik gunung..lihat edelweiss bareng setelah melewati perjuangan-perjuangan seru :')

Yak, balik ke perjalanan kami.
Setelah Pos V, jalan yang ditempuh sudah bukan tatanan batu lagi. Melainkan lebih banyak melintasi sabana. Karena musim kemarau, debunya lho rek :3 Tapi tak apa-apa, untuk mendapatakan sesuatu yang indah dan berharga emang harus ada perjuangannya kan yaa? :') Sudah terasa lelah sebenernya, di tanjakan terkhir menuju puncak. Perjalanan terasa lamaa sekali. Tapi kami masih semangat untuk menyentuh Tugu Puncak Lawu :)

Akhirnyaaa....

Hargo Dumilah, 3265mdpl
Sabtu, 27 September 2014 - 10.00 WIB

Sampai juga kami di Puncak Lawu :')
Kami saling menyalami satu sama lain dan tentu saja tak lupa mengucap syukur pada-Nya. Tanpa kuasa-Nya, kami nggak akan bisa menginjakkan kaki jangankan di Hargo Dumilah. Alhamdulillahi rabbil'alamin. Juga tak henti memuji kebesaran-Nya, Sang Pencipta dan Pemilik segala keindahan yang kami saksikan dari 3265mdpl :')

Pada menit-menit awal, hanya kami lah yang ada di puncak ini. Kami berlindung dari cahaya matahari di bawah bayang-bayang Tugu Puncak Lawu yang disponsori oleh KiKy ini. Iya, Kiky merek buku tulis yang ada gambarnya lucu itu :3 Yaa sampai sekarang aku belum menemukan korelasi antara Kiky dan pendakian siih. Padahal aku udah tanya sama my everything, si Google. Tapi dia nggak tahu, ya kalau kalian tahu sini bisa share. Meskipun rasanya lebih masuk akal kalo yang mensponsori pembangunan Tugu Puncak Lawu itu adalah merek barang-barang outdoor, tapi kita tetep kudu berterimakasih sama Kiky yang udah bikin Puncak Lawu makin keren. Terimakasih Kiky ^^

Tugu Puncak Lawu yang jadi chaos oleh barang-barang kami.

Mr. Sudhief's beloved prince in 3265 masl.

Kalau Dek Novi udah bawa jersey Jurusan MKP ke Sindoro,
kalau Diyon udah bawa jersey biru dongker itu ke Rinjani,
saatnya aku bawa jersey itu ke Lawu :D

Rahman - Fahmi - Harry - Danny
Akuntansi UNS 2012


Gaiss, dari kelima makhluk berjenis kelamin laki-laki yang mendaki bersamaku hari itu, Rahman-lah yang paling vokal diantara mereka. Di tengah perjalanan tadi, dia sempat membuat semacam 'kategori' untuk setiap pencapainnya. Maksudnya gimana? Jadi gini, si Rahman ini bilang bahwa ketika mendaki Gunung Lawu, ketika berhasil mencapai Pos I, maka ia dikatakan  "cowok", sampai di Pos II = Laki-laki, sampai di Pos III = Pria, sampai di Pos IV = (aku lupa apa), sampai di Pos V = (lupa juga -_-), dan ketika sampai Puncak Lawu, barulah mendapat kategori "Layak Meminang". Yaahhh...begitulah ide cemerlang Rahman untuk memotivasi dalam perjuangan menaklukkan Lawu. Dan inilaaaah "Pria yang Layak Meminang Wanita Idaman" ituuuuu....



Rahman di Puncak Lawu!


Setelah satu jam puas menikmati pemandangan di puncak, istirahat sejenak, dan foto-foto dengan kerennya, kami memulai perjalanan turun. Membawa serta sampah-sampah yang kami 'produksi' selama perjalanan. Turun dengan penuh rasa syukur dan bahagia bahwa kami telah bersama-sama menginjakkan kaki di Hargo Dumilah :)



Aku pribadi berkali-kali menarik nafas dalam-dalam, puas! Juga tak henti menggores senyum di wajah yang entah sudah sekucel apa. Bahagia sekali :') Andai kau bisa merasakannya. Ah, dapatkah kau merasakannya lewat sinar mataku? #halah Benar-benar sulit mendeskripsikannya dengan kata-kata. Aku bahagia. Terimakasih, Yaa Allah :')



Pendaki Bersorban~

Kami kembali di Pos II sekitar pukul setengah dua siang. Menyempatkan tidur sejenak untuk membayar hutang tidur semalam dan melepas lelah. Tak lama, kami segera berkemas, membersihkan tempat sekitar kami nge-camp, dan meneruskan perjalanan sekitar pukul tiga sore. Hmmm...sisa perbekalan kami masih cukup banyak lho ini :3

Tidak seperti perjalanan naik semalam, ketika turun, kami bertemu dengan banyak rombongan pendaki. Mungkin karena ini malam minggu, jadi banyak pendaki yang nanjak. Bahkan, kami bertemu Mapala UPN yang berjumlah empat puluh orang. Yang unik aku melihat seorang pendaki tanpa alas kaki. Ketika kutanya mengapa ia tak memakai alas kaki, ternyata ia adalah seorang Suku Badui. "Kalau pakai alas kaki malah sakit, Mbak." begitu katanya. Inilah indahnya Indonesia dengan segala keberagamannya. Wonderful! ^^

Danny, yang diam-diam punya bakat fotografi.
Hasil-hasil jepretannya lumayan juga ternyata hehe

Tuhan Maha Adil. Tak dapat sunrise selama pendakian, Dia memberikan kami matahari terbenam yang memukau ketika finish. Subhanallah :') Begitu singkat hingga kami tak sempat mengabadikannya lewat lensa kamera. Tuhan memberi kami hal yang lebih keren, lensa mata dan otak yang bisa menyimpan senja sore itu, juga kenangan-kenangan dalam perjalanan itu.


Ajik, Sang Sweeper dan Fahmi..dua orang terakhir yang tiba di Cemoro Sewu

FINISH! Cemoro Sewu *again*
Danny - Harry - Nurul - Ajik - Rahman - Fahmi

Nah, berikut ini adalah foto-foto pemandangan selama perjalanan. Mostly, adalah hasil jepretan Danny. Selamat menikmati :)

"Hidup bukan perkara berapa harga sepatumu
atau sesering apa kau memolesnya,
tetapi sejauh mana kau tinggalkan jejak."
_Adimas Immanuel

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.
Satu perjalanan telah ditempuh. Satu tujuan telah teraih. Sebenarnya, tujuan bukan semata-semata harga dari sebuah perjalanan. Perjalanan itu sendirilah yang berharga, juga seberapa banyak pembelajaran dan kenangan yang dapat kita petik darinya yang membuatnya lebih bermakna. Atau, akan tiba saatnya ketika perjalanan bukan lagi tentang kemana, tapi tentang dengan siapa. Terimakasih yaa kak, telah bersamaku selama perjalanan ini. :)


Satu kisah telah kita ukir untuk anak cucu kita. Satu impian telah kita wujudkan. Dan setiap kau selesai dengan satu impian, segeralah buat impian-impian baru! Pergilah! Wujudkan impian-impian barumu. 
Nice to have this journey with you all, guys. Thank you :')
Last, "Life is not a problem to be solved. 
It's a journey to be experienced."
See yaa~

Lantai Tiga Komplek Q, Krapyak
Jogjakarta, 10 Oktober 2014 - 12:52 AM



You May Also Like

2 comments

  1. aaaakkkkk aku ngirik banget sama kamu. aku juga pengen nanjak :(
    eh btw si Danny make kamera apaan bagus bagus gitu fotonyah :')

    ReplyDelete
  2. Kamera digital, Nis. Samsung kalo gak salah :)
    Efek pinternya si Danny juga tuh heheh

    ReplyDelete