twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Tahun 2018 tiba-tiba aja udah sampai di bulan terakhirnya, nggak kerasa ya. Sedih banget aku tu, tau-tau udah mau ganti tahun aja. Lewat tulisan ini, saya ingin sejenak melihat perjalanan blogging selama satu tahun terakhir. Iya, perjalanan blogging aja yang ditulis. perjalanan hidup mah biar jadi cerita pribadi aja.

Selama tahun 2018 (atau setidaknya sampai saat saya menulis ini) ada 26 tulisan yang berhasil saya unggah. Jumlah yang kalah jauh kalau dibandingkan dengan tulisan yang berhasil diunggah tahun lalu sebanyak 32 tulisan. Masuk akal sih, karena Januari tahun lalu, saya memaksa diri saya sok-sokan bikin proyek #10HariMenulis jadi di bulan awalnya aja udah ada sepuluh tulisan nangkring di blog. Dari segi kuantitas, proyek semacam itu sangat membantu buat nambah entry di blog. Namun dari segi isi materi tulisan, menurut saya tulisan tahun 2018 lebih tertata dan lebih pake effort daripada tahun-tahun sebelumnya hahaha.



Beberapa postingan emang saya bikin cukup niat hahaha, mulai dari take foto-foto buat pelengkap, edit foto atau cari foto di internet kalau butuh sumber eksternal). Ngurusin foto aja udah makan waktu. Trus, setiap tulisan pasti saya bikin draft kasarnya dulu di WordPad (biar irit kuota dong yaa) lalu baca...edit. Dipindah ke laman entry blogspot, setting, edit, insert foto-foto baru posting hehehe, makanya jarang banget tulisan bisa jadi sehari. Paling-paling dua sampai tiga hari-an laah bisa fix sampai diupload.

Tantangan berat nulis blog bagi saya, selain menemukan materi buat ditulis adalah untuk konsisten dan melawan segala mood kalau misal lagi nggak ada hasrat nulis sama sekali. Saya sudah pernah bahas kan kalau saya ikut proyek bareng temen yang namanya INKspiration, sebuah proyek yang membuat para membernya setor minimal satu tulisan dalam periode dua minggu. Alhamdulillah, saya berhasil memenuhinya selama setahun ini. Well, kadang ada bolongnya juga sih, tapi saya berusaha “bayar” pakai tulisan tambahan di lain waktu biar kalau dirata-rata yaa tetep setahun bisa skitar 24 tulisan hehe. Alhamdulillah, setiap bulannya bisa paling enggak satu tulisan, kecuali bulan Juni yang nggak nulis sama sekali huhu. Paling produktif yaa di bulan April karena saya hype banget abis nonton The Great Queen Seondeok dan harus saya lampiaskan di blog hahaha. Proyek INKspiration sangat membantu buat semangat nulis, meski saya juga tidak lantas menulis semata-mata untuk proyek ini. Saya menulis karena saya ingin dan saya butuh melampiaskan apa yang ada di kepala.


Dari 26 tulisan yang saya unggah tahun 2018, tulisan favorit saya adalah Friendship in Twenty Something (klik di sini untuk membaca), karena tulisan ini saya tulis sepenuh hati. Bukan berarti tulisan lain nggak saya tulis sepenuh hati ya, tapi materi tulisan ini tuh rasanya lebih personal. Jujur. Curhatan. Manusiawi. Hehehe apa sih. Tapi yaa memang gitu. Itulah yang saya rasakan dua-tiga tahun belakangan. Yang mungkin juga dirasakan temen-temen seumuran saya. Ketika teman-teman yang dulu biasa bareng-bareng kita sudah sibuk dengan jalan hidup masing-masing, pun diri kita. Nggak bisa dihindari lagi, yaudah emang suatu saat bakal sampai ke saat ini. Saat kita mulai menghargai betapa berharganya kenangan-kenangan indah bareng temen-temen dahulu. Saat yang pada akhirnya jadi teman perjalanan, yaa teman hidup kita nantinya. Eciyeeehhh....


Friendship. Sometimes, what I love about boy group is their friendship.
They became friend since trainee, work together, receive award together,
and maybe sad together. They growing old, together :') (pic source)

Saya seneng dan puas bisa nulis Friendship in Twenty Something itu. Saya bahkan rindu bisa nulis jujur kayak gitu. Buat saya, nggak mudah mengungkapkan isi hati dan pikiran di tempat umum, seperti di blog. Saya lebih pede mengungkapkan perasaan tentang oppa-oppa koriya daripada tentang hal-hal kayak gitu hehehe.

Sementara itu, tulisan yang paling banyak dikunjungi tahun ini adalah ketika saya bercerita tentang itinerary perjalanan saya ke Banyuwangi pada Februari lalu (klik di sini untuk membaca). Saat itu, saya membagi pengalaman jalan-jalan saya dalam tiga tulisan: gambaran umum (itinerary, dll), pendakian Gunung Ijen, dan Taman Nasional Baluran. Nggak nyangka, ternyata yang paling banyak dikunjungi adalah yang tentang gambaran umumnya, bahkan banyak yang minta itinerary yang sudah saya bikin vie email, dan mereka juga berlanjut tanya-tanya via email. Well, senang bisa membantu meski cuma tahu lewat blog. Semoga apa yang saya tulis itu cukup membantu.


[NEW BLOG POST]
Jalan-jalan ke #Banyuwangi (1): Itinerary, Transportasi, dan Biaya

Setelah sekian lama, akhirnya keturutan juga main kesini. Truly amazing place! ♥️

✏️ Link: https://t.co/W9uzeKVEXo @sobatblogger#BloggerPerempuan @BPerempuan pic.twitter.com/IvF86kZiFM
— Nurul Latifah (@nurullatif21) March 17, 2018

Hmm...ngomongin tentang jalan-jalan jadi inget kalau tahun ini tuh saya pengen banget jalan-jalan ke Taman Kyai Langgeng dan Gembira Loka Zoo hahaha random banget kan saya? Tapi emang, itu cita-cita yang bahkan saya ungkapkan ke temen-temen saya, tapi kayaknya temen saya yang sudah pada dewasa itu nggak mau maen ke tempat-tempat random kayak gitu haha. Sebenernya udah rencana mau ke Gembira Loka Zoo bareng Nana sih, tapi kami cuma bisa ketemu weekend...dan weekend udah sama-sama capek pengennya gegoleran aja wkwkwwk. Pengen sih, aku kesana sama kamu tapi ya gitu hmm.


Di tahun 2018 ini, saya banyak bikin konten tentang per-korea-an. Saya yang semakin ter-hallyu ini bahkan bikin "menu" yang saya dedikasikan khusus untuk K-Drama di bagian menu bar blog saya. Iya, saya semakin suka Koreyaan dan saya butuh wadah untuk menyalurkan itu. Temen saya bahkan bilang, sekalinya masuk ke koreyaan: there's no way back! Hahahahaha. Belakangan, saya bikin blog khusus buat koreyaan dan postingan pertama saya (klik di sini untuk membaca) isinya curhatan tentang saya dan koreya.


Saya adalah fans Kate Middleton garis keras, tapi ternyata suka koreyaan tentu saja tidak bisa dipahami semua orang. Kate Middleton is Kate Middleton, sementara Koreya terlanjur dipandang gimana gitu haha. Suatu hari, saya pernah mengunggah review film Korea di Instagram dan seseorang berkomentar: "seleramu lho" *emoticon bola mata lihat ke atas yang item2 matanya ke atas semua* Film yang dikatain "seleramu lho" itu adalah The Throne, flag bearer-nya Korea di Oscar padahal :') Tapi yaa tentu beda banget genre-nya sama film selera dia (film-film Marvel). Sempet kzl sih saya hahaha, kenapa ini bocah nggak memahami kalo selera orang beda-beda? Tapi yowis sih, saya males debat. This person is the one who also commented about "plastic"-thing when I posted about Song Heung Min in World Cup 2018, jadi yowis.... Nggak cuma itu sih, pernah juga dikomentarin "kamu sekarang beda" pas saya posting review film lain di IG. Yaudah, di-read wae haha. Bahkan temen-temen deket pun be like rolling their eyeball knowing about me and this korean thingy hahah, jadi yowis...blog (dan twitter) memang terbaik buat koreyaan hahahaha.

(pic soruce)
Konten-konten Koreya di blog ini juga merupakan konten favorit saya karena saya juga bikinnya dengan perasaan yang bahagia hehehe. Artikel tentang Queen Seondeok bahkan saya bikin pake acara baca jurnal segala saking penasarannya sama sejarah salah satu ratu terkuat di era Silla itu, chingu. Micin emang aku tu kalo udah suka sama sesuatu, apalagi suka sama kamu. Dan saya juga nggak nyangka aja, tulisan tentang Queen Seondeok, yang merupakan drama lawas banget itu ternyata masuk dalam daftar tulisan yang paling banyak dikunjungi tahun ini. Heran tapi juga seneng berarti paling nggak di luar sana masih ada yang pensaran sama Seondeok hahaha. Padahal menurut saya tulisan pertama tentang Queen Seondeok (total saya bikin empat tulisan bahas satu drama doang hiks) tuh kurang tertata, karena saya terlalu hebih dan pengen menjejalkan enam puluh episode drama dalam satu materi tulisan hahaha.

Selain Korea-an, "menu" yang saya tambahkan di menu bar blog adalah Postcrossing, sebuah proyek bertukar kartu pos yang saya mulai awal tahun 2018 ini. Sebuah proyek yang agak kuno dan tampak unfaedah tapi menyenangkan. Seru juga loh ternyata, ketika pulang kerja lalu tiba-tiba dapet kartu pos lucu dan pesan menyenangkan dari si pengirim. Atau ketika dapat ucapan terima kasih via email ketika kartu pos yang kita kirim sudah sampai ke tujuan. Iya sih, memang bisa aja kita cari gambar suatu negara di internet di era digital ini, tapi mendapatkan dari negaranya langsung dengan gambar-gambar yang nggak terduga is really something. Bahkan saya dapat beberapa DM dari temen yang tertarik juga dengan proyek ini dan memutuskan bergabung. Seorang blogger yang suka nulis per-postcrossing-an dari Kanada bahkan DM saya via Instagram karena lihat hasil foto-foto saya terkait postcrossing yang menurut dia menarik dan doi minta izin untuk me-repost-nya di blog dia, pakai nama saya tentu saja. Yay, so glad!!

Dalam setahun, belum banyak kartu pos yang saya kirim maupun saya dapatkan, karena saya cuma ngirim kalo lagi selo dan lagi ada duit hahaha. Stock postcard di rumah masih banyak sih sebenernya, perangko juga tapi lagi kurang mood aja ngurusin per-postcrossing-an. Semoga tahun depan bisa lebih banyak kirim kartu pos dan dapet beragam kisah seru dari kartu pos berbagai negara. Aamiin. Oh iya, silakan klik di sini kalau tertarik untuk join Postcrossing, saya sudah bahas caranya di artikel itu.

Just bought some stamps for my next Postcrossing project. This is the Indonesian Postcrossing Stamp Series, issued on July 2017. Indonesia is the first Asian country which realease Postcrossing stamp 🇲🇨😊#Postcrossing #stamp pic.twitter.com/mdUbOcnzjX
— Nurul Latifah (@nurullatif21) April 26, 2018

Eh iya, di akhir saya mau cerita terkait style nge-blog. Saya memutuskan untuk konsisten menggunakan kata "saya" di blog sejak 2015 kayaknya, alasannya waktu itu yaa karena lebih nyaman nulis pake "saya" aja. Tapi, di beberapa postingan terkahir, saya selalu otomatis nulis kata "aku" setiap kali bikin postingan dan baru nyadar setelah ngetik beberapa kalimat, lalu barulah saya ganti kata "aku" dengan "saya". Kadang, ngerasa beda aja gitu feel-nya ketika yang otomatis saya tulis dengan "aku" saya ganti dengan "saya" atas nama konsistensi. Tapi rasanya kayak jadi nggak alami. Tapi yaudah sih, bukan masalah besar juga kan ya? Atau mungkin suatu saat harus dicoba posting tulisan pake "aku" kali yaa, biar bisa dibedakan feel-nya. Yaa, sepertinya hanya "aku" dan "saya" yang bakal saya pakai, karena kalau saya pakai "gue" jatuhnya geli membayangkan logat saya dipake ngomong "gue" hahaha.


Itu tadi sedikit catatan tentang garis besar perjalanan saya nge-blog selama tahun 2018, semoga tahun depan bisa lebih banyak menghasilkan konten yang lebih bermanfaat dan lebih menyenangkan untuk dibaca hehehe. Jangan lupa mampir ke blog saya lho ya! Hihihi.

Jumat, 07 Desember 2018 | 22:03
Alhamdulillah teaser-nya Chan-Baek lebih menutup aurat
daripada Se-Kai kemaren malem hahaha 
December 07, 2018 No comments
Setelah kemarin menulis tentang rincian teknis jalan-jalan ke Banyuwangi, kali ini saya hendak menuliskan cerita tentang tempat wisatanya. Seperti yang sudah saya bahas di artikel sebelumnya, jalan-jalan kali ini bisa dibilang punya tujuan mainstream yaitu Taman Nasional Baluran dan Kawah Ijen. Nah, artikel ini bakal membahas that iconic Africa van Java a.k.a Baluran National Park. Here we go! Btw, sesungguhnya TN Baluran ini tidak di Banyuwangi sih, melainkan di wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Baca Tulisan Lainnya:
Jalan-jalan ke Banyuwangi (1): Itinerary, Transportasi, dan Biaya
Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen 


backpacker baluran


Perjalanan

Sebenernya, mengunjungi Taman Nasional Baluran lebih disarankan ketika siang setelah dhuhur, karena pada saat itulah hewan-hewannya muncul hahaha. Berhubung jalan-jalan saya kali ini bertepatan dengan musim hujan, maka saya memutuskan untuk mengunjungi Baluran pagi hari, biar nggak kehujanan hahaha. Mohon maaf ini traveler-nya emang males kehujanan LOL. Saya, berangkat dari penginapan di depan Stasiun Karangasem itu pagi jam 08.00 dengan mengandalkan sepenuhnya pada Google Map. 

Dari Stasiun Karangasem, kami ikuti petunjuk Google Map ke arah Pelabuhan Ketapang, abis itu lurus aja ikuti jalan gede ke arah utara. Sekitar satu jam perjalanan, Anda akan menemukan batu besar yang berdiri di tengah jalan, itulah yang disebut dengan Watu Dodol. Kalau udah nemu batu ini, insyaallah TN Baluran sudah dekat. Nanti, di kanan jalan Anda akan menemukan gapura TN Baluran and...welcome to Baluran.


Inilah yang saya maksud dengan batu besar di tengah jalan.

Tiket

Sebelum menjamah Baluran lebih dalam, tentu saja saya harus membeli tiket. Kantor tempat membeli tiket berbentuk rumah panggung, resepsionis akan melayani Anda dan memberi brosur wisata Baluran. Tak lupa, dengan ramah ia akan menjelaskan ada apa aja di Baluran, titik mana aja yang bagus buat foto, dan yang paling penting: bagaimana mengatasi monyet-monyet yang berpotensi 'mengganggu'. Jadi tips dari Mbak resepsionis untuk mengatasi masalah permonyetan ini adalah: Jangan ninggalin barang di motor, jangan ngeluarin makanan, dan sok-sok-an mau ngelempar sesuatu aja kalo doi mau nyerang, (asal jangan dianiaya ya-red).


fasilitas taman nasional baluran
Baluran National Park's starter pack.

Selesai urusan tiket, saya memilih untuk melihat Baluran dari gardu pandang di samping kantor tempat saya beli tiket. Dari situ, kita bisa melihat hutan dan savana dari ketinggian (entah berapa meter). Nggak lama di gardu pandang, saya melanjutkan perjalanan.


Savana Bekol

Tempat iconic di Baluran adalah Savana Bekol. Jarak padang rumput ini dari tempat pembelian tiket adalah 12 kilometer (kata Mbak-nya). Tapi, tolong jangan remehkan 12 kilometer itu, karena jalan yang harus dilalui penuh rintangan dan cobaan. Jalannya berupa aspal sih, tapi udah berlubang dimana-mana dan tersisa butiran-butiran kerikil. Nggak kebayang kalau hujan deras, jalan ini mungkin bisa kayak sungai berbatu hiks. Sebagai pengguna motor (matic pula) maka kami sangat berhati-hati menempuh jalan ini (ditambah sesekali berhenti buat foto) maka sampailah kami di savana sekitar 45 menit kemudian. Sepanjang jalan menuju savana, kanan kiri adalah hutan dan saya banyak menjumpai kera, kupu-kupu, ayam hutan, aneka burung, musang, dan bahkan merak.


Kondisi jalan di dalam area TN Baluran.

Lubang dan genangan ini gak cuma ada satu, gaes!
Mohon untuk tetap semangat HAHAHA

Finally, yaay!!

Sampai di Savana Bekol, tentu saja kami sejenak memarkir kendaraan dan take a lot of photos. Pemandangan di sini sunggah membahagiakan. Musim hujan membuat savana ini tidak gersang kekuningan melainkan hijau sejauh mata memandang berlatar Gunung Baluran yang tampak biru gagah di kejauhan sana. So beautiful! Di dekat spot foto favorit Savana Bekol, ada warung makan dan semacam pondok kayu yang saya pikir bisa digunakan untuk menginap. Sepertinya lain kali harus merasakan menginap di tengah padang sabana dan bangun pagi untuk menikmati sunrise dari pondok kayu. So tranquil, right? (Meskipun saya nggak yakin, ini pondoknya hadap timur apa enggak sebenernya haha).





Ini yang saya maksud dengan pondok kayu,
namanya "pesanggrahan" sih sebenernya.

Ini tempat parkirnya, tapi orang-orang jarang parkir di sini
dan hanya parkir di pinggiran-pinggiran savana.

Ini ada peta habitat hewan-hewan.

Sejauh mata memandang. Nggak kebayang,
kalau hujan jalan ini pasti becek yaa huhu
NB. Itu bukan mobil saya, tapi mobil rombongan pengunjung lain.

Pantai Bama

Puas di Savana Bekol, saatnya kami melanjutnya perjalanan ke Pantai Bama yang jaraknya 3 km dari savana. Nggak usah takut kesasar, karena jalan di taman nasional ini ya cuma ada satu, jadi ikuti jalan saja. TN Baluran ini emang lengkap, abis liat hutan, liat sabana, saatnya disuguhi pemandangan pantai. Ombak di pantainya tenang, bikin kangen ombak di Seliu #halah. Ada beberapa ayunan yang bisa digunakan untuk melamunkan rindu, ada juga fasilitas mushola dan toilet, sama ada bangunan-bangunan tak berdinding yang entah fungsinya apa. Oh iya, perhatian saudara: monyet disini lebih banyak dan lebih usil daripada di Savana Bekol. Jadi, waspadalah! Di Pantai Bama, nggak cuma ada pantai aja, tapi juga ada zona buat liat burung, mangrove trail, dan sebuah tempat yang didefinisikan Mbak Resepsionis tadi sebagai "batu hitam yang bagus buat selfie" (aku langsung kabayang Batu Satam di Tanjung Pandang dong pas denger itu). Dari tiga tempat itu, saya cuma ke mangrove trail-nya. Nggak jauh kok, jalan kaki bentar doang (nggak nyampe lima menit) udah sampai. Ini pertama kalinya sih saya menyaksikan mangrove-mangrove raksasa dari dekat. Ngeri tapi menawan.


Pantai Bama.

Rasanya ingin lebih lama di tempat ini :(((

Ada musholanya, seberang mushola nanti juga ada toiletnya.

Oh iya, sepanjang perjalanan menuju savana, kami hampir tidak berpapasan ataupun disalip sama pengunjung lain, selain petugas TN Baluran yang kebanyakan naik semacam KLX. Kami baru bertemu pengunjung lain ketika berada di savana, ada dua rombongan keluarga dan satu rombongan wisatawan asing yang kami temui. Di Pantai Bama, kami juga bertemu rombongan keluarga yang ternyata adalah orang Magelang. Seriously, I meet Magelangers everywhere! Tapi beliau sudah lama tinggal di Jakarta jadi cuma sesekali mengunjungi Magelang. 


Jalan menuju mangrove-nya.

Mangrove Trail Pantai Bama, TN Baluran.

Mangrove Trail Pantai Bama, TN Baluran.
Sooo beautiful!!
Dari mangrove trail, saya memutuskan untuk pulang karena mulai mendung. Saya ngeri aja kalau harus lewat jalan balik ke pos pembelian tiket pas hujan, hmm... ngeri banget pasti itu aspal rusak, kerikil, campur air. NO! Di sepanjang perjalanan kembali ke pos saya banyak berpapasan dengan rombongan-rombongan yang mau berangkat. Mungkin mereka mengikuti yang disarankan orang-orang: mengunjungi TN Baluran selepas dhuhur. Namun, benar saja ketika saya tinggal beberapa meter menuju pos pembelian tiket, tiba-tiba hujan datang begitu derasnya yang membuat kami memutuskan berteduh dahulu di pos pembelian tiket sebelum melanjutkan perjalanan.

Curhat
[Mohon maaf, saudara-saudara...tiba-tiba ada sub-judul kayak gini HEHEHE]

Kemarin ada teman saya yang melihat foto Savana Bekol ini bilang: "Wah, sejuk sekali!" Let me tell you, gaes (sok-sok'an) meskipun musim hujan, jangan harap di sini sejuk, apalagi di Savana Bekol. Emang sih, pas lewat hutan lumayan sejuk, tapi di sabana sudah panas dong. Saya yang jarang minum aja selama pulang-pergi Baluran hampir ngabisin air mineral kemasan 1,5 liter. Nggak kebayang, kalau pas kemarau kayak apa panasnya. So, jangan lupa bawa minum dan oleskan sunblock untuk melindungi kulit :)

Trus, sepanjang lewat 12 kilometer hutan-hutan di TN Baluran, saya tuh pikirannya random kemana-mana. Mikirin jaman kerajaan dulu, transportasinya gimana ya? Randomly teringat Dyah Pitaloka yang dateng jauh-jauh dari Kerajaan Sunda ke Kerajaan Majapahit. Waktu itu Princess Dyah Pitaloka naik apa ya? Iya sih, awalnya bisa aja lewat laut, tapi pas jalur daratnya? Kan belum ada aspal tuh, pasti lewat hutan-hutan juga kan ya? Apakah Dyah Pitaloka naik kereta kencana seperti GKR Hayu pas royal wedding kemarin? Atau naik kuda sendiri didampingi orang-orangnya? Atau ditandu kayang gungju-gungju di Korea? Ah entahlah, kenapa tiba-tiba saya penasaran sekali wkwkwk. Mungkin ini efek kebanyakan nonton sageuk drama Korea ya HAHAHA. Ya sudah, mari diakhiri saja agar tak melebar kemana-mana :D


Ya, itulah perjalanan saya ke TN Baluran. Saya tidak bertemu hewan besar semacam rusa, banteng, gajah, apalagi panthera pardus. Konon, kalau musim hujan, hewannya memang tidak banyak menampakkan diri. Ya sudah tidak apa-apa, terbayar kok sama pemandangan tak biasa yang saya lihat sejak dari pintu masuk TN Baluran. Besok ke bonbin aja sekalian kalau mau lihat hewan-hewan ehehe. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya yang akan membahas Kawah Ijen :)

If you wanna share about your trip or have any question,
please kindly left the comments below! :D
HAPPY WEEKEND!!!
March 23, 2018 9 comments
Banyuwangi adalah sebuah tempat yang ingin saya kunjungi sejak sebelum KKN. Saya bahkan sudah menggali informasi dari teman kuliah yang sudah pernah kesana. Targetnya, setelah KKN selesai saya bisa berangkat ke Banyuwangi. Niatan itu tak kunjung terlaksana, tapi keinginan untuk berkunjung kesana tak pernah padam. Setelah sidang skripsi, alhamdulillah ada rezeki yang bisa digunakan untuk ke Banyuwangi, tapi wisudaan ternyata butuh duit yang nggak sedikit maka tabungan saya dialihkan buat perkara wisudaan ini, because saya nggak mau minta duit Ibuk heheh. Sekian lama berlalu, November 2017 saya sudah pesan tiket kereta dan bikin itinerary buat main ke Banyuwangi-Bali. Sayangnya, menjelang hari keberangkatan, ada banjir di Sidoarjo yang membuat kereta yang saya pesan tidak bisa lewat. Ya sudah, mungkin belum rejekinya.

Backpacker Banyuwangi

Sekian lama saya nggak pernah main yang jauh dan cuma mengandalkan Drama Korea sebagai hiburan akhirnya Februari 2018, ketika saya rasa ada kesempatan untuk mengunjungi Banyuwangi, saya tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Maybe, this is it, time for it. Emang sih cuacanya lagi sering hujan gini, but I take the risk! Makanya saya banyak berdoa supaya pas disana dapat cuaca cerah hehe. Berbekal itinerary yang sudah saya susun berdasarkan baca banyak artikel di blog dan menyimak cerita teman-teman (itinerary ini sebenernya adalah untuk jalan-jalan November tahun lalu) saya berangkat ke Banyuwangi. Tujuan utama saya hanya dua: Taman Nasional Baluran dan Kawah Ijen. Sebenernya Banyuwangi hanyalah tempat transit sih, karena pada dasarnya Taman Nasional itu di Situbondo dan Gunung Ijen di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso. Kurang lebih seperti inilah gambaran wisata Banyuwangi (yang saya susun ala kadarnya).


Baca artikel selanjutnya:

Jalan-Jalan ke Banyuwangi (2): Wisata Taman Nasional 

Jalan-Jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen

Banyuwangi Tourism Map
Peta dari Google Map, lalu diolah sendiri sama saya.
Yaa, kira-kira di situlah lokasi-lokasi wisatanya hahaha.

Here, I share the journey that I experinced in Banyuwangi. Saya akan membagi cerita saya dalam tiga bagian, yaitu: tulisan ini (yang akan membahas hal-hal teknis selama perjalanan) dan dua tulisan yang membahas tempat wisatanya. Yuk, mari dimulai.


1. Itinerary

Saya siapkan itinerary-nya kayak gini meskipun pada kenyataanya tentu saja ada pergeseran jam, meski nggak jauh-jauh amat. Detail dan perubahannya, nanti saya ceritakan di postingan berikutnya yaa. Sekali lagi intinya saya ke TN Baluran dan Kawah Ijen. Sempat terpikir mau ke Teluk Hijau atau ke Pantai Pulau Merah, tapi mempertimbangkan fisik yang abis naik Ijen saya akhirnya nggak kesana. Kesehatan adalah hal yang utama dan saya begitu mengenal fisik saya hahaha. Jadi, kalau mau dikata sayang nggak ke Teluk Hijau bla bla bla. No! Saya punya dua hari disini and this is how I manage the time I have. Btw, jika ingin itinerary versi lengkap, silakan tinggalkan alamat email di kolom komentar, saya akan dengan senang hati mengirim ke teman-teman hehe. 

Tolong abaikan poin pertama karena itu dulu dibikin pas mau trip Bali-Banyuwangi.
Tapi poin selanjutnya nggak beda jauh kok heheh.





2. Transportasi

Saya berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta naik Kereta Api Sri Tanjung dengan tujuan Stasiun Karangasem (Banyuwangi). Tiket kelas ekonomi ini cukup murah yaitu Rp94.000,-/orang, namun lamanya perjalanan yang harus ditempuh juga lumayan bikin sabar yaitu empat belas jam. KA Sri Tanjung ini berangkatnya pagi-pagi sekitar pukul 07.00 dari Jogja dan sampai di Karangasem sekitar pukul 21.30. Oh iya, nantinya sekitar jam 13.00, KA Sri Tanjung ini bakalan berhenti cukup lama di Stasiun Surabaya Gubeng karena bakal putar lokomotif (atau papaunlah itu istilahnya). Nah, di Surabaya Gubeng inilah ada waktu yang bisa dimanfaatkan untuk menunaikan sholat dhuhur (dijamak sholat ashar sekalian aja hehe). KA Sri Tanjung ini juga saya gunakan buat pulang kembali ke Jogja. Berangkat pagi juga dari Banyuwangi dan berhenti di Surabaya Gubeng juga sehingga waktunya bisa buat sholat.


Sewa Motor Banyuwangi
Seperti inilah motor yang saya gunakan untuk mobilisasi di Banyuwangi dan sekitarnya.

Nah, kalau selama di Banyuwangi, transportasi yang saya gunakan adalah motor Honda Vario 125. Saya menyewa motor di Rumah Singgah Banyuwangi seharga Rp75.000,-/hari. Tanpa deposit, dan cuma ninggal KTP doang. Fasilitas yang kita dapatakan hanya motor dan helm ya, jadi kalau misal perlu jas hujan harus bawa sendiri. Bisa aja tuh pakai jas hujan plastik yang murah. Kalau saya sih emang bawa jas hujan dari rumah, soalnya saya juga pengen naik ke Kawah Ijen, jadi siap-siap jas hujan. Selain itu bensin tentunya harus keluarin duit sendiri. Selama dua hari di sana, saya isi bensin (Pertalite) dua kali doang. Pertama isi Rp19.000,- lalu isi Rp25.000,-. Tapi pas kami pulang itu lumayan sisa bensinnya. Bensin segitu bisa ke Karangasem - Baluran - Karangasem - Ijen - Jagir - Karangasem -Jawatan Benculuk - Watu Dodol - Taman Sri Tanjung - Karangasem. Berapa kilo ya itu haha. Lumayan irit laah ini Vario 125.


3. Penginapan

Seorang teman pernah menyarankan bahwa jika ke Banyuwangi, bisa menginap di Rumah Singgah Banyuwangi yang letaknya tepat di depan Stasiun Karangasem. Silakan kepo instagramnya di @rumahsinggahbwi. Saya pun memilih tempat ini dengan sebelumnya sudah mengubungi nomor yang tertera di bio instagram. Ada beragam penginapan yang ditawarkan:
  • Penginapan bagus dengan kamar mandi dalam seharga Rp100.000,-/malam (bisa dihuni dua orang).
  • Penginapan yang semacam buat kelompok seharga Rp60.000,-/orang per malam.
  • Penginapan standar dengan kamar mandi luar (bisa dihuni dua orang juga). Saya memilih yang ini saja yang paling murah. Waktu itu ditawarkan dengan harga Rp50.000,-/malam. Tapi tiba-tiba si Mbah yang jaga bilang Rp40.000,-/malam. Saya nggak nawar sih, cuma udah dikasih segitu dan males nawar haha.

But, what do you expect from those price? Is it worth-it?
Buat saya sebenernya lumayan, setidaknnya ada tempat buat istirahat dan lepas jilbab. Karena kalau pakai yang buat berkelompok saya takutnya banyak orang dan jadi harus stay wearing hijab haha. Tapi, pas hari pertama di sana air di kamar mandi itu kecil sekali (sampai harus nampung air lama, baru mandi) dan kamar mandinya kotor. Untungnya, pas hari kedua, airnya sudah normal, kamar mandi sudah ada tempat sampah, dan gantungan bajunya.  Selain itu saya merasa pelayan di sini kadang slow respond. Bukan, bukan dalam hal membalas pesan haha. Tapi ketika kita bertanya atau membutuhkan sesuatu they need a little bit longer time to respond :(( Semoga ke depan pelayanannya bisa lebih baik lagi yaa, hiks.

Jadi saran saya, pastikan dulu aja penginapannya sesuai dengan yang kalian harapkan ya. FYI, di sekitar Karangasem juga ada beberapa homestay kok. Tapi yaa memang lebih jauh dari tempat saya menginap. Tapi bisalah dijangkau dengan jalan kaki lima menit. Oh ya, di sekitar tempat saya menginap ini ada beberapa warung makan juga. Tapi bukanya nggak sampai malem banget dan pagi banget juga belum buka. Mmmm mungkin buka jam 9 pagi dan tutup sekitar jam 10 malam kali ya. Kalau untuk minimarket, di sekitar stasiun ini nggak ada, tapi jalan kaki sepuluh menit ke arah berlawanan dengan stasiun (nggak tau arah mana), nanti bakal ditemui toko kecil di kanan jalan, bisa tuh kalau buat beli minum, cemilan, alat mandi, dsb. hehe.


4. Makan

Atas nama ngirit, saya bawa bekal nugget matang dan nasi dari rumah. Nugget ini setidaknya bisa dipakai makan satu hari (selama perjalanan di kereta) dan sarapan pagi (lauk doang, nasi tetep beli) berikutnya. Nah, tapi perkara makan ini saya terselamatkan. Randomly, ketika mau berangkat ke TN Baluran, nemu orang gelar dagangan di pinggir jalan. Jualan nasi bungkus model kayak yang dijualin di Koperasi Kantin Fisipol. Belilah kami buat sarapan dan makan siang, seharga Rp5.000,- per bungkus. Oh bahagia sekali nemu makanan harga segini wkwk. Rasanya juga lumayan loh, ada nasi telur sama sambal, nasi uduk sama ayam suwir, nasi suwir ayam+mie+sambel, dll. Cuma porsinya emang nggak terlalu banyak. Tapi worth-it dengan harga segitu. Hari berikutnya, saya pun kembali ke tempat ini buat njajan hahaha. Jadi, saran saya kalau masalah makan ini pinter-pinter aja ngakalinnya. Cari tempat makan murah atau bawa bekal abon misalnya. Yaa kecuali liburan Anda adalah jenis liburan yang bergelimang harta, maka bebas laah yaa hahaha.


5. Biaya

Terakhir,biaya. Ini adalah estimasi biaya yang saya susun setelah saya main ke Banyuwangi, jadi sudah berdasarkan kenyataan hahaha. Namun, ini saya hitung ala solo travel, jadi motor saya hitung Rp75.000,-/hari. Kalau teman-teman mau trip bareng temen, mungkin biaya sewa motor, bensin, dan penginapan, bisa dibagi dua dengan rekan seperjalanan biar jatuhnya lebih murah.

Oh iya, jangan lupa keperluan setiap orang beda-beda jadi bisa saja kalian akan menemukan rincian biaya yang lebih murah maupun lebih mahal dari yang saya susun ini. Semoga ini setidaknya bisa memperjelas gambaran kebutuhan biaya selama jalan-jalan, terutama jika berangkatnya dari Jogja hehe.

Estimasi biaya jalan-jalan ke Banyuwangi dan sekitarnya, dari Jogjakarta.
Disusun Februari 2018.

Baiklah, sekian dulu yang dapat saya bagikan terkait jalan-jalan ke Banyuwangi kali ini. Alhamdulillah setelah sekian lama tertunda, setelah sekian lama nggak jalan-jalan, akhirnya kesampaian juga ke Banyuwangi :) Semoga apa yang kalian cita-citakan juga bisa segera terwujud <3 span="">

Btw, I got some cynical comments about this trip :) which is I do not give any respond about that. I even don't know why they said something like that. But, I wanna say thank you for everyone who also happy for me :D
See you in the next articles!!
March 17, 2018 30 comments
Postcrossing adalah sebuah proyek online yang memfasilitasi para anggotanya untuk mengirim dan menerima kartu pos dari dan ke seluruh penjuru dunia secara acak. Jadi para anggotanya akan mendapat alamat secara online kemudian harus mengirim kartu pos ke alamat tersebut. Sebaliknya, ia juga akan menerima kartu pos dari pengirim lain. Acak dan...penuh kejutan, karena sebelum kartu pos sampai ke penerima, dia nggak tau bakal menerima kartu pos dari mana. Keep it surprise! Para anggota situs postcrossing.com ini disebut postcrosser, saya adalah seorang postcrosser yang baru bergabung beberapa bulan yang lalu :)

bertukar kartu pos
Kartu pos yang saya beli online dan perangko.
Saya baru tahu kalau ada komunitas online yang seru ini berdasarkan informasi dari Mbak Martha Octavia, salah seorang narasumber dalam workshop yang saya dapat ketika saya magang di Tim Media Fisipol tahun 2016 lalu. Mbak Martha yang telah lebih dahulu bergabung dengan Postcrossing menceritakan serunya menjadi postcrosser. Terima kasih, Mbak Martha. Saat itu saya sudah tertarik untuk bergabung, namun ketika browsing-browsing artikel saya temukan cerita kalau kirim kartu pos ke luar negeri itu mahal, maka urunglah saya bergabung. Namun suatu hari, ketika saya begitu bahagia mendapat kartu pos dari Jerman, maka saya memberanikan diri untuk bergabung ke proyek online yang didirikan oleh seorang warga negara Portugal bernama Pak Paulo Magalhaes ini. Setelah saya bergabung, mengirim kartu pos, dan tanya-tanya ke kantor pos, ternyata menjadi postcrosser itu tidak mahal. Apakah kalian tertarik bergabung dengan Postcrossing juga? Di sini, saya akan menuliskan tentang Postcrossing dalam bentuk sub-judul dan keterangannya, silakan disimak :)

 
Bergabung dengan Postcrossing
Hahaha...mungkin jawaban untuk pertanyaan ini teman-teman pun sudah tahu yaa, yaitu dengan mendaftar lewat website-nya postcrossing.com. Yaa, ikuti saja petunjuknya di situ. Setelah sign up, kita bisa mengisi profil singkat, biasanya diisi dengan nama, hobi, dan cantumkan sekiranya kita ingin kartu pos yang seperti apa, misal ingin kartu pos gambar makanan tradisional, bangunan iconic, pemandangan, dll (semuanya harus dalam Bahasa Inggris yaa). Informasi ini akan memudahkan pengirim nantinya dalam memilih kartu pos untuk kita. Nah, di tahap awal ini kita juga bakal diminta menyetorkan alamat, tapi jangan khawatir, Postcrossing tidak akan menampilkan alamat kita di profil, hanya si pengirim-lah yang dapat melihat alamat kita setelah "diberi" oleh Postcrossing. Kita bisa juga membaca FAQ di website tersebut untuk mengetahui lebih dalam tentang Postcrossing hehe. Pokoknya, di tahap awal ini kepoin aja websitenya hehe.

 
Mendapatkan Alamat Pengiriman
Langkah selanjutnya adalah mengirim kartu pos. Jadi, kita baru akan mendapat kartu pos setelah mengirim kartu pos. Cari dan klik "Send Post Card" yang ada di laman situsnya, setelah itu kalian akan mendapatkan alamat dan profil kepada siapa kartu pos dikirim. Silakan klik profilnya dan cari tau apa kegemaran atau kartu pos kesukaannya. Biasanya sih, para anggota mencantumkan kalau mereka menerima segala jenis kartu pos, tapi akan lebih membahagiakan lagi kalau kita bisa bikin dia seneng dengan memberi kartu pos tertentu yang sekiranya kesukaannya bukan?

Selain mendapat alamat via website, Postcrossing juga akan mengirim alamat via email, bahkan alamat ini bisa dicetak jika dikhawatirkan tulisan tangan kita tidak terbaca. Alamat yang kita dapat ini benar-benar random bisa kita diminta kirim kartu pos ke Jerman, Amerika Serikat, China, dll. Seru kan? Being kind to random person thath have the same hobby with us :)

 
Logo resmi Postcrossing yang bersumber dari situs resminya: postcrossing.com
 
Identitas (ID) Kartu Pos
Selain mendapat alamat ketika klik "Send Post Crad", kita juga akan mendapat nomor identitas yang harus kita cantumkan di kartu pos yang hendak dikirim. Nomor ID nantinya juga akan dikirimkan via email bersamaan dengan alamat penerima. Nomor ID diawali dengan dua huruf kode negara (ID, DE, JP, KR, dsb.) dan dilanjutkan dengan angka serinya. Pastikan tulisannya jelas dan jangan cuma nulis sekali, tulislah dua kali di dua tempat berbeda, sehingga jika salah satu tulisan ID tidak terbaca atau rusak, masih ada tulisan yang lain. ID ini penting banget untuk registrasi kartu pos kita. 

 
Membeli Kartu Pos
Nah, dimana membeli kartu pos? Saya membelinya online dari toko online di Instagram dengan harga bervariasi antara Rp3.500,00-Rp5.000,00, tapi harus nambah ongkos kirim tentunya. Kalau mau beli di toko, Toko Buku Togamas dan Periplus (Malioboro Mall) Jogja juga ada. Di dua tempat tersebut, satu lembar kartu pos dijual seharga Rp5.000,00. Apakah kalian pernah melihat kartu pos di toko lain? Mungkin bisa berbagi di kolom komentar :) Maaf ya saya hanya cerita soal Jogja karena yaa saya hidup di Jogja dan sekitarnya heheh.

kartu pos togamas
Kartu pos yang saya beli di Togamas, tema-nya foto jadul gitu.

Menulis di Kartu Pos
Sebenarnya ini juga sudah ada di FAQ-nya Postcrossing, tapi biar lebih mudah saya tulis di sini saja nggak apa-apa. Dari awal, pastikan pulpen yang kita gunakan tidak mudah luntur tintanya dan tidak smudge kalau bergesekan dengan tangan atau benda lain. Kalau saya sih pakai pulpen Pilot biasa, ini aman kok hehehe. Nah, yang harus kita tulis di kartu pos adalah pesan bagi si penerima. Bisa ceritakan hobi atau aktivitas harian kita, bisa ceritakan hal-hal unik tentang Indonesia, kutipan kata mutiara, dan sejenisnya. Pastikan tidak terlalu privat dan tidak mengandung SARA yaa! Sebisa mungkin, tulislah dengan huruf Roman dan dalam Bahasa Inggris. Menurut saya, pesan ini penting, karena yang dinanti para penerima selain kartu pos-nya pastilah kejutan pesan yang tertulis bersamanya. Maybe, a small message from us can make the recipient's day :) Curhat aja nih, saya pernah dapat kartu pos dari Thailand yang tidak ditulisi apa-apa selain ID kartu pos, alamat, dan sebuah cap bertuliskan huruf Thailand yang tentu saja tidak bisa saya baca. So sad :(

contoh menulis di kartu pos
Bagian belakang kartu pos.

Mengunggah kartu pos ke situs.
Selain pesan tentu saja wajib hukumnya menuliskan ID kartu pos dan menuliskan alamat dengan jelas. Beri ruang juga untuk menempel perangko ya :) Oh iya, kita juga bisa mengunggah bagian depan kartu pos yang kita kirim sehingga fotonya terdokumentasikan di situs Postcrossing. Nantinya, si penerima atau bahkan anggota lainnya dapat melihat gambar ini dan dapat memberi "favorite" pada kartu pos kita jika mereka tertarik, seru kan?

 
Membeli Perangko dan Mengirim Kartu Pos
Setelah kita mengantongi alamat, menuliskan pesan, ID, dan alamat di kartu pos, maka tinggal kirim kartu pos-nya dong. Kirim kartu pos ke luar negeri itu ternyata murah lho, cukup dengan perangko dengan harga bervariasi tergantung negaranya. Kalau mengirim ke Eropa itu Rp7.000,00, ke Amerika Rp8.000,00 sedangkan ke Asia itu terbagi atas tiga zona negara, Zona I Rp.
6.000,00, zona dua Rp7.000,00, dan zona tiga Rp8.000,00. Murah kaaan? Bayangkan dengan perangko segitu, kartu pos kita udah bisa sampai ke Belanda, Taiwan, Rusia, Amerika, dll.

biaya kartu pos
Ini tarif kirim yang dikirim admin Instagram PT. Pos Indonesia pas saya DM mereka. Maaf kalau agak pecah, mungkin karena dikirimnya via Instagram jadi resolusinya nggak bagus.

Beli perangkonya dimana? Datang saja ke kantor pos, nanti akan ditunjukkan perangkonya. Selama ini saya kirim lewat kantor pos di Jogja atau di Magelang yang deket rumah. Kalau di Jogja, misal kalian ingin memilih perangko dengan seri yang variatif katanya bisa datang ke Kantor Pos di Nol Kilometer, kata petugas di Kantor Pos Bulaksumur, koleksi perangko di Kantor Pos Nol Kilometer adalah yang paling lengkap. Tapi, saya sendiri juga belum pernah kesana hehehe.

Saya baru dua periode mengirim kartu pos (sebelas kartu pos), sejauh ini aman-aman saja dikirim hanya mengunakan perangko. Hanya saja, sampai ke lokasinya bervariasi. Dua kali mengirim ke Jerman, ada yang sampai sana dua puluh hari lebih, satunya lagi sampai sana sekitar dua minggu saja. Kartu pos yang dikirim ke negara yang sama saja bisa sampai dalam waktu berbeda, apalagi kartu pos yang dikirim ke negara berbeda dengan sistem pos yang berbeda-beda, bahkan risiko hilang tetap ada. Namun menurut situs Postcrossing, biasanya kartu pos sampai dalam kurun waktu tidak lebih dari enam puluh hari.

Bagian belakang kartu pos yang saya dapat dari luar negeri.
Oh iya, saya pernah baca kalau ada yang mengirim via EMS, salah satu layanan PT. Pos Indonesia yang memungkinkan kita mengirim surat dalam waktu singkat, bisa dilacak keberadaannya, dan jaminan ganti rugi kalau kiriman terlambat/rusak. Ya, jadi kartu pos-nya dikirim dalam bentuk surat, bukan lembaran kartu pos biasa. Tentu saja, dana yang dikeluarkan untuk fasilitas keren tersebut juga mahal sekali hehehe. Eh, tapi kalau teman-teman mungkin bergelimang harta, layanan pos ini bisa dicoba. Kalau saya sih, sayang di ongkos hahaha.

 
Menerima dan Mendaftarkan Kartu Pos
Kalau kartu pos sudah dipercayakan pada Pak Pos, saatnya kita menunggu kartu pos datang. Bersiaplah menerima kejutan kartu pos dan pesan yang dibawanya. Itu menyenangkan sekali rasanya hahahaha. Jika, kartu pos sudah di tangan, jangan terlarut dalam kebahagiaan hingga lupa mendaftarkan kartu pos kita ya! Kita harus mendaftarkan ID kartu pos yang kita dapat ke website Postcrossing. Lewat ID inilah, kartu pos kita dilacak. Setelah mendaftarkan kartu pos pada laman "Register a post card", kita juga bisa menyisipkan pesan ucapan terima kasih kepada pengirim. Nantinya, si pengirim akan mendapatkan pemberitahuan via email kalau kartu pos dengan ID tertentu yang dikirimnya telah sampai ke penerima plus menerima pesan ucapan dari penerimanya juga.  Sebaliknya, penerima kartu pos kita juga harus mendaftarkan ID kartu pos kita agar kita tahu apakah  kartu pos kita sudah sampai atau belum. Inilah mengapa pentingnya ID ditulis jelas, karena ID adalah pelacak Postcrossing.

Atas: kartu pos dari Thailand. Bawah: kartu pos dari Jepang.
Jika saat mengirim kartu pos kita dapat mengunggah foto kartu pos yang kita kirim, hal itu berlaku juga saat kita menerima kartu pos. Kita juga dapat mengunggah foto kartu pos yang kita terima ke situs Postcrossing, tapi sepertinya hal ini hanya berlaku jika si pengirim belum mengunggah kartu pos yang dikirimnya. Saya pernah mendaftarkan ID kartu pos yang sudah menampilkan foto kartu pos-nya sebelum saya mengunggah. Mungkin hal itu dikarenakan si pengirim telah mengunggah foto kartu pos sebelum mengirimkan.

 
Yap, itulah cerita saya tentang Postcrossing, sementara menulis artikel ini, masih ada empat kartu pos saya yang masih dalam perjalanan menuju Kanada, Amerika Serikat, Rusia, dan Belarus. Ini adalah periode kedua saya mengirim kartu pos. Periode pertama, saya mengirim lima kartu pos dan enam kartu pos di periode kedua. Jumlah maksimum pengiriman di setiap periode telah ditentukan oleh Postcrossing. Saat ini, saya sedang menunggu kartu pos dari luar negeri datang, hmm...can't wait yaa. Oh iya, karena 2018 adalah tahunnya pesta sepak bola dunia, harapan saya sih, di tahun ini saya mendapat kartu pos edisi Piala Dunia 2018 di Rusia. Semoga saja yaa, amiin :)
Bagaimana? Apakah kalian tertarik bergabung dengan Postcrossing?



Happy Postcrossing!
Nurul | 08 Januri 2018
January 21, 2018 11 comments
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • Kenangan Masa Kecil
    Berkumpul bersama keluarga KKN Seliu selalu menjadi kebahagiaan tersendiri dan ajang mengisi ulang semangat. Senin lalu, kami memutuskan un...
  • Perkara Memasak
    Seminggu lebih berlalu setelah Hari Raya Idul Adha dan baru hari ini saya sempat memasak daging kurban. Tak lain, adalah karena pada Hari R...
  • Tepat Waktu
    Suatu sore di Masjid Pogung Dalangan, sambil menunggu waktu sholat Maghrib, saya berbincang-bincang dengan seorang kawan. Kami membahas kes...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • Tell Them!
    Karena menyampaikan satu kalimat pujian yang tulus dari hati itu tak mengurangi apapun darimu, and...see that bright smile in their fac...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • A Drama that So Much Impress Me
    Saya tidak banyak menonton drama Korea, beberapa drama yang pernah saya tonton hanyalah Boys Over Flower , The Moon That Embraces The Sun ...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  June (1)
      • Jajan MakeUp yang Bikin Hepi
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (7)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ►  2016 (28)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose