KKN: Selangkah Lebih Dekat pada Ibu Pertiwi

by - October 12, 2015

Dua bulan. Rentang waktu itu dikatakan lambat atau cepat adalah tergantung bagaimana kita menjalaninya, tergantung bagaimana kita memaknainya. Dua bulan di tanah rantau dalam rangka KKN adalah waktu yang cukup lama. Saya rasa semua sama, enam ribu mahasiswa yang berangkat KKN antar-semester tahun 2015 ini pasti memiliki begitu banyak cerita yang ingin diungkapkan. Karena itulah, tulisan kali ini cukup panjang, namun tetap hanya secuil dari sekian banyak kisah yang ingin dituliskan selama enam puluh hari mengabdi.



Universitas Gadjah Mada adalah perguruan tinggi yang merintis adanya KKN yang kemudian diikuti oleh perguruan tinggi lain baik negeri maupun swasta. Awalnya KKN UGM dilselenggarakan di sekitar kampus, seperti di Jogja, Klaten, Magelang, Kebumen, dan sekitarnya. Puluhan tahun berlalu, kini KKN UGM mulai menjangkau seluruh Nusantara, mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Mahasiswa diperkenankan memilih sendiri lokasi KKN atau dapat pula mengikuti plotting lokasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Asal usul sebuah lokasi KKN-PPM UGM dapat karena ditentukan oleh LPPM, atau bisa juga lokasi tersebut mengajukan proposal ke LPPM agar dijadikan lokasi KKN. Program utama KKN pun beragam, ada pertanian, pariwisata, pengelolaan air, dan sebagainya. Tahun 2015 ini, LPPM memberangkatkan sekitar 6.000 mahasiswa ke kurang lebih 200 unit lokasi KKN di seluruh Indonesia...dan saya adalah salah satu pesertanya.

Satu Juli 2015 akan menjadi hari bersejarah bagi kami. Hari itu, secara resmi seluruh tim KKN diterjunkan ke lokasi masing-masing. Berangkat ke lokasi baru, tinggal bersama orang-orang baru, dan harus menyesuaikan diri di lingkungan baru. Tidak mudah tentu saja, saya rasa konflik demi konflik pasti ada di setiap tim. Maklumlah, setiap tim terdiri atas beberapa orang dengan latar belakang berbeda, dengan cara pikir yang berbeda-beda pula. Semua itu sekuat hati kami redam, demi program berjalan lancar, demi tim, demi nama baik almamater.

Meski kuliah kerja nyata mengharuskan menjalankan program-program yang tidak sedikit, namun KKN lebih dari itu. KKN bukan sekedar membuat plang penunjuk jalan lalu pulang, bukan sekedar sosialisasi-sosialisasi lalu pergi, bukan sekedar pelatihan-pelatihan lalu lepas tangan. KKN lebih dari itu. Setiap tim memang terdiri atas mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, agar ilmu yang dibagikan pada masyarakat dapat lebih beragam. Tapi, alih-alih memberi ilmu, justru dari KKN kami mendapatkan begitu banyak ilmu.  Ya, kami memang memberikan apa yang kami tau, apa yang kami pelajari, tapi itu hanya sedikit sekali dibandingkan apa yang kami dapat. Dari KKN kami belajar tentang bermasyarakat, tentang berkomunikasi dengan anak kecil, tentang berbagai macam karakter orang, tentang toleransi, tentang memasak, bahkan mungkin lewat dua bulan yang tak akan terlupa itu kami jadi lebih mengenal diri sendiri.

Potret kebersamaan Tim KKN-PPM UGM Unit BBL-11 dengan para siswi SMP N 4 Membalong.

Selain semua itu, selain yang saya pelajari di tim dan lingkungan tempat KKN, saya merasa sangat bersyukur berada dalam salah satu dari ribuan mahasiswa KKN-PPM UGM yang tersebar di seluruh Nusantara. KKN membuat kami lebih mengenal Indonesia.  Saya KKN di Pulau Seliu, sebuah pulau kecil di Selatan Pulau Belitung, tapi saya memiliki teman-teman yang ber-KKN di tempat-tempat lain dan kami berada dalam satu chat group, entah WhatsApp atau Line. Teknologi benar-benar telah memudahkan komunikasi kami. Lewat chat group ini saya menyimak kisah dari kawan-kawan tentang kebiasaan dan kebudayaan di berbagai pelosok negeri. Tentang bagaimana sholat tarawih di Keciput, Belitung. Tentang bagaimana tadarusan di Mlandi, Wonosobo. Tentang bagaimana suasana Ramadhan di Tasikmalaya, Jawa Barat. Tentang seperti apa kain khas dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Tentang seperti apa tarian khas dari Selaru, Maluku. Tentang perayaan Galungan di Gianyar, Bali. Tentang pesta rakyat di Kebonsari, Pacitan. Tentang Upacara Tujuh Belas Agustus di Hulu Sungai Selatan, Kalimantan. Tentang Lebaran di Entikong, Kalimantan. Banyaaak. Begitu banyak.

Sebuah artikel yang dimuat di harian Kedaulatan Rakyat edisi 02 Juli 2015.

KKN-PPM UGM tak hanya membuat mahasiswa mengenal wilayah KKN masing-masing, tapi juga mengenal Indonesia sedikit lebih dekat. Dari cerita-cerita sesama kawan baik selama maupun sepulang KKN. Bagi saya, saya jadi lebih mengetahui lokasi-lokasi yang bahkan belum pernah saya dengar namanya, lengkap dengan gambaran kondisi sosial. Gambaran bentang alam Indonesia pun kami ketahui lewat foto KKN dari kawan-kawan. Indahnya Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Pegunungan Latimojong di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Sejuknya pagi lereng Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur. Senja di Kaimana, Papua Barat. Begitu indahnya Indonesia.

Namun, KKN juga membuat kami lebih membuka mata, bahwa di balik menawannya Indonesia ada banyak masalah yang masih harus diselesaikan. Bahwa masih ada daerah yang sulit dijangkau karena terbatasnya infrastruktur jalan. Bahwa masih ada daerah yang belum dua puluh empat jam dapat mengakses listrik. Bahwa masih ada masyarakat yang harus menempuh perjalanan begitu jauhnya untuk mendapat pertolongan medis, itupun dengan alat kesehatan yang terbatas. Bahwa masih ada anak-anak yang putus sekolah. Suatu kenyataan pahit yang nantinya harus diatasi oleh generasi penerus bangsa seperti kami.

KKN benar-benar telah mengajarkan banyak hal. Ia tak hanya suatu hal yang harus ditempuh sebagai syarat akademik. Ia adalah perjalanan, tak hanya raga tapi juga memperjalankan jiwa. Ia membawa kita pada pengalaman-pengalaman yang berharga. Ia memberi kita kisah-kisah yang akan kita kenang sepanjang masa. Ia menunjukkan potret negeri ini selangkah lebih dekat. Ia membuat kami lebih mencintai Indonesia. Semoga apa yang didapatkan selama dua bulan KKN menjadi pemicu semangat untuk terus berkarya, berkontribusi untuk Ibu Pertiwi. Seperti jargon yang dulu kami teriakkan di Lapangan Graha Sabha Pramana ketika Ospek mahasiswa baru:
Pancasila Jiwa Kami, Bakti untuk Negeri, UGM Bersatu, Bangkitlah Nusantaraku!!!


Perpustakaan Fisipol UGM, Yogyakarta
12 Oktober 2015


You May Also Like

2 comments