Dua Puluh Lima dan Pertemuan

by - January 01, 2020

Saya adalah orang yang percaya bahwa tidak pernah ada pertemuan yang hanya kebetulan. Sesederhana dan sesingkat apapun, sebuah pertemuan antara manusia terjadi tak lepas dari kuasa-Nya. Pertemuan adalah jembatan menuju pengalaman dan pembelajaran yang entah bisa pahit, manis, atau perpaduan keduanya. Yang jelas tak pernah ada yang sia-sia dari sebuah pembelajaran. Di usia seperempat abad, saya bertemu dengan banyak sekali orang baru. Dan tulisan ini saya persembahkan untuk mereka.


Matahari terbit KRI Tanjung Kambani

Mengawali dua puluh lima dengan kejadian kurang mengenakkan, saya mengalami kecelakaan yang menyebabkan patah kaki. Butuh beberapa bulan hingga saya bisa berdiri dengan dua kaki tanpa alat bantu. Tapi masih banyak sisi baik yang bisa disyukuri. Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa berjalan seperti semula. Selama pemulihan yang membutuhkan waktu sekitar tujuh setengah bulan, entah berapa kali saya bolak-balik ke RST Magelang. Di rumah sakit lah, saya bertemu orang-orang baru. Dokter, perawat, fisioterapis dengan segala kebaikan dan keramahannya, yang menghibur saya bahkan ketika saya sudah berada di ruang operasi. Saya berkesempatan untuk berbincang dengan sesama pasien yang seringkali kesabaran dan keikhlasan mereka menerima cobaan membuat saya takjub. Saya juga tak menyangka ketika kawan dari jauh datang menyempatkan waktu untuk menjenguk saya, begitu pula dengan kawan-kawan lama yang bahkan sudah tidak pernah bertemu yang datang ke rumah memberikan semangat dan dukungan.

Mungkin patah kaki adalah cara Allah untuk memberi waktu 'istirahat' kepada saya dari nglaju Jogja-Magelang setiap hari. Ya, kala itu saya tahu saya tidak akan bisa berjalan untuk beberapa lama dan tidak akan bisa nglaju Jogja-Magelang seperti biasa, maka saya memutuskan resign dari tempat kerja lama. Saat itu saya sedang proses dengan dua seleksi kerja lain dan salah satunya membuahkan hasil. Alhamdulillah saya berkesempatan bekerja di tempat baru pada usia dua puluh lima. Rekan kerja saya adalah teman-teman sebaya yang sungguh friendly, bagi saya rekan kerja yang seperti ini adalah bagian dari doa yang dikabulkan Tuhan, alhamdulillah. Saat saya masih harus berjalan menggunakan tongkat penyangga, teman-teman kerja banyak membantu. Seringkali saya merasa tidak enak harus merepotkan mereka, saya juga merasa tidak enak harus sering izin untuk pengobatan. Terima kasih teman-teman, dan mohon maaf ya telah merepotkan kalian.

Bekerja di kantor pelayanan juga membuat kami bertemu dengan beraneka jenis karakter manusia setiap harinya. Kadang ada klien mengajarkan untuk bersabar dan tetap tenang, tak jarang juga ada klien yang mungkin tanpa mereka sadari kalimat sederhana yang diucapkannya begitu bermakna di hati kami. Beberapa dari klien di kantor tak hanya datang satu dua kali, sehingga kami memiliki "teman-teman baru" dari berkenalan di kantor selama setahun belakangan.

Kemudian tanpa saya sangka, di dua puluh lima saya mengenal sosok seperti...kamu. Saya tak pernah menyangka sosok seperti kamu akan masuk dalam circle saya. Awalnya, saya begitu asing dengan duniamu, tapi kamu dengan segala kesabaranmu, perlahan-lahan membantu saya memahami duniamu. Dengan senang hati, saya pun mulai menyesuaikan diri pelan-pelan. We also share our vulnerabilities till we see each other as a...human. Pertemuan-pertemuan kita pada suatu purnama, senja, dan matahari terbit, bagi saya terasa begitu bermakna. Hmm...apakah kamu membaca ini? Sempat dengan lugunya saya berpikir, kau adalah kabar bahagia di penghujung dua puluh lima, ternyata kau adalah bagian dari jatuh dan bangun sepanjang tahun. Mungkin, langkah saya kurang cepat untuk menyejajarkan dengan langkah-langkahmu. Atau mungkin...kita sama-sama kesulitan untuk melangkah bersisian, seirama. Ah, entahlah. Tidak apa-apa, semua juga pasti bagian dari rencana dan rahasia-Nya. Bagi saya, mengenalmu juga berarti perjuangan. Mengenalmu tetaplah bagian dari pelajaran hidup yang patut disyukuri...sekaligus direlakan.

Beberapa bulan terakhir di dua puluh lima saya memulai aktivitas baru: nge-gym. Olahraga ini saya pilih selain untuk mengembalikan otot kaki setelah patah tulang juga biar sehat dan badan tetap oke hehehe. Sebelum fraktur, saya senang olahraga lari. Sekarang, saya masih merasa belum cukup kuat untuk berlari, maka gym menjadi pilihan selain renang. Maklum, di usia segini kalo nggak olahraga yaa badan rasanya nggak enak banget. Sebagai anak newbie di gym yang belum banyak pasang target ini itu, saya senang punya circle pertemanan sehat seperti ini. 

Pada akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang saya temui dan baru saya kenal di dua puluh lima. Baik yang singgah cukup lama, yang bertahan, atau yang hanya sebentar, yang bertemu sekali atau berulang kali, yang membuat saya merasa bahagia, pahit, terharu, dan sebagainya. Terima kasih telah datang, kehadiran kalian sungguh berarti. Terima kasih atas segala kebaikan yang disadari atau tidak disadari telah kalian bagikan kepada saya. Semoga di tahun kabisat ini, Allah senantiasa melimpahi kalian dengan kebahagiaan. Semoga kalian senantiasa dipertemukan dengan orang-orang baik yang membuat hari kalian menyenangkan. Sampai jumpa!


Magelang, 1 Januari 2020 - 22.09 WIB
"Sitou Timou Tumou Tou"
(Manusia baru dapat disebut sebagai manusia,
jika sudah dapat memanusiakan manusia.)

You May Also Like

0 comments