twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Beberapa hari lalu sebuah artikel yang saya tulis dimuat di situs Hipwee. Ide untuk menulis di portal online yang dekat dengan anak muda tersebut muncul secara tiba-tiba. Awalnya, saya hendak menulis untuk blog pribadi, sebuah tulisan yang bertema sageuk drama alias drama sejarah. Rencana untuk menulis tentang sageuk drama sebenarnya sudah ada sekitar sebulan yang lalu, tapi sengaja saya menundanya untuk bulan April: edisi per-korea-an. Berhubung saya begitu menggandrungi film yang mengambil latar kerajaan di abad pertengahan dan karena akhir-akhir ini saya sedang gemar nonton K-Drama, maka beberapa drama yang saya tonton adalah drama sejarah.  Saya kira bakal menarik kalau membahas sageuk drama yang menurut saya seru. Seriosuly, you can little bit learn about politics from those drama hahaha.


Email pemberitahuan kalau tulisan saya udah diunggah di Hipwee.

Membahas beberapa drama dalam satu artikel, hmm...saya kemudian berpikir sepertinya tulisan itu bakal cocok dengan tipe-tipe tulisan Hipwee. Saya pun browsing informasi tentang cara menulis di situs tersebut. Ternyata, siapa saja diizinkan untuk berpartisipasi 'menyumbang' tulisan di Hipwee dengan bergabung di Hipwee Community. Cukup mendaftar dengan alamat email. Nanti Hipwee bakal mengirim panduan menulis dalam format PDF ke email kita. Ada tiga pilihan tulisan yang dapat kita unggah di Hipwee: listicle (maybe stand from list article), narasi, dan opini.

Nah, member Hipwee Community bakal punya semacam laman dashboard kayak di blogger gitu, di situ kita bisa mengunggah tulisan yang kita inginkan sesuai jenisnya. Saya pilih yang listicle. Selain tulisan, kita juga dapat menyertakan gambar, tentu saja dengan menyertakan tautan sumbernya. Kita juga bisa menambah caption di gambar loh. Selain tulisan utama, kita juga dapat menambahkan tags yang sesuai dengan isi tulisan untuk memudahkan pembaca melacak tema tulisan yang diinginkan mereka. Kalau misal nulisnya belum kelar juga bisa disimpan dulu buat dilanjut kemudian hari. Kalau tulisan udah kelar, baru deh submit ke editor. Tulisan kita nggak bakal langsung terbit tapi nunggu approve editor dulu. Tulisan saya butuh waktu sekitar lima hari sejak diserahkan hingga diterbitkan. Kalau tulisan sudah terbit, kita bakal dapat email pemberitahuan yang juga memuat link artikel kita, kayak gambar yang saya unggah di bagian atas tulisan ini. Yay, finally my fun article is now on Hipwee. Just, in case you wanna read it, this is the link.

Tampilan artikel beberapa saat setelah dapat email pemberitahuan.
Itu adalah tampilan artikelnya beberapa saat setelah dapet email pemberitahuan. Awalnya gambar utamanya adalah foto behind the scene drama Moon Lovers yang bertabur some sooo tall princes. Namun, dua hari kemudian saya mendapat email lain dan ketika saya cek laman profil saya, artikelnya udah mengalami perubahan dari segi judul dan gambar utama. Jadi kayak gini nih:

Email pemberitahuan yang datang dua hari setelah artikel terbit.

Pasca notifikasi kedua, tampilannya berubah jadi kayak gini.

Having a fun article on Hipwee is not a big achievemnet but it makes my day
and I'm a happy about that. I watch something that I like,
I write it down passionately, and it's on public web
...and maybe being read by those who's interested in Korean-things too.
Nan haengbokhae! :)

By the way, ada pertanyaan yang ditanyakan beberapa temen ketika tahu saya nulis di Hipwee, yaitu: dibayar enggak? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut saya akan capture-kan sesuatu dari laman FAQ-nya Hipwee Community, semoga ini membantu :)



‎‎Sabtu, 28 ‎April ‎2018 | 21:16
Satu hari setelah deklarasi damai Korea Utara & Korea Selatan
April 29, 2018 3 comments
Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver. Sudah lama banget saya nonton film based on true story ini, yaitu sekitar akhir tahun 2017. Belakangan saya bahkan udah nonton lagi. Sudah lama pula pengen nulis (kalau bahasanya Mbak Teppy sih) review suka-suka. Awalnya yang bikin saya tertarik nonton adalah karena ada aktor Ryu Jun Yeol sebagai salah satu pemerannya dan karena tau film ini ada hubungan sama per-jerman-an. Berbeda dengan film One Way Trip yang juga saya tonton gara-gara Ryu Jun Yeol namun ceritanya menurut saya kurang apik, A Taxi Driver mengejutkan saya dengan jalan cerita yang sangat bagus. Maybe because basically I love the movie that based on true story.

Song Kang Ho, pemeran utama film A Taxi Driver. (pic source)
[SPOILER! ALERT!!]

Kondisi yang digambarkan pada adegan-adegan awal A Taxi Driver adalah kericuhan di Korea Selatan pada tahun 1980. Saat itu terjadi kudeta militer oleh seorang jenderal bernama Chun Doo Hwan dan pembunuhan terhadap presiden yang tengah berkuasa, Park Chung Hee. Jenderal Chun Doo Hwan adalah seorang diktator, ia menerapkan martial law yang sebenarnya ditentang oleh rakyat, banyak perguruan tinggi ditutup, dan ia juga menangkap para pimpinan oposisi. Para mahasiswa dan rakyat pro-demokrasi di kota Gwangju adalah yang paling frontal menentang Chun Doo Hwan. Militer bersenjata pun diturunkan untuk menghadapi perlawanan masyarakat sipil di Gwangju. Bahkan kota itu diblokade, orang tidak dapat dengan mudah keluar masuk Gwangju dan jaringan telepon juga diputus. Wartawan lokal dibatasi sementara wartawan asing dilarang masuk.

Di lain tempat, seorang supir taksi bernama Kim Man Soeb (Song Kang Ho) sedang galau karena harus membayar kontrakan seharga seratus ribu won tapi uangnya belum cukup. Ketika sedang makan siang, ia mendengar percakapan rekan sesama supir taksi, konon ada seorang penumpang WNA yang minta diantar pulang pergi dari Seoul ke Gwangju dan menawarkan upah seratus ribu won. Kim Man Seob langsung tancap gas menuju hotel yang diceritakan menjadi tempat WNA tersebut menanti taksi. Man Seob dan Peter (Thomas Kretschmann) pun berangkat ke Gwangju. Ternyata Jürgen Hinzpeter (alias Peter) adalah wartawan ARD Jerman yang berbasis di Tokyo, ia sengaja datang ke Korea Selatan setelah mendengar kabar tentang kudeta militer dan blokade di Gwangju dari rekan sesama wartawan. Dengan menyamar sebagai misionaris, ia berencana meliput demonstrasi di Gwangju.

Thomas Kretschmann yang memerankan Jürgen Hinzpeter. (pic source)
Benar saja, jalan utama dari Seoul menuju Gwangju ditutup dan dijaga tentara. Semula Kim Man Seob hendak menyerah dan membawa penumpangnya kembali ke Seoul. Didorong kebutuhan akan uang seratus ribu won, ia berusaha mencari jalan tikus menuju Gwangju. Ternyata, jalan tikus pun dijaga tentara, namun Kim Man Seob mengelabui para tentara dan berhasil masuk Gwangju. Taksi hijau Kim Man Seob berjalan menyusuri kota yang begitu sepi, toko-toko tutup, dan poster protes terpasang di seluruh penjuru kota. Tiba-tiba, sebuah truk yang ditumpangi para mahasiswa menyalip mereka dan berhenti. Peter pun turun karena ingin merekam kejadian itu. Para mahasiswa begitu senang mengetahui ada wartawan asing yang meliput, mereka berharap apa yang terjadi di Gwangju akan akan diberitakan dengan benar. Disinilah Peter bertemu seorang mahasiswa yang pandai bicara Bahasa Inggris bernama Jae Sik (Ryu Jun Yeol) yang selanjutnya bergabung dengan Kim Man Seob dan Peter, perannya adalah sebagai penerjemah Peter untuk Man Seob.

Demonstrasi di Gwangju digambarkan begitu mengerikan dalam film. Sebuah adegan di rumah sakit menampilkan banyak demonstran yang meninggal atau luka-luka akibat dihajar atau bahkan ditembak para tentara. Rumah sakit penuh sesak oleh para korban. Industri film Korsel ini bener-bener pada niat kalau bikin luka-luka terlihat mengerikan hmm. Para supir taksi di Gwangju berperan menjadi pengantar korban-korban dari lokasi demo ke rumah sakit, for free. Untuk menutupi kekerasan yang terjadi di Gwangju, pemerintah berkedok bahwa militer diturunkan demi keamanan banyak pihak untuk melawan mahasiswa yang memberontak dan pro-komunis. Berita itu pula yang tersebar di luar kota Gwangju, bahwa militer disana melawan pemberontak pro komunis. Hmm...kok jadi inget Indonesia sekarang ini yang kalau ada orang yang nggak sepaham sedikit-sedikit dikatain komunis yaa, ehehe.

Ryu Jun Yeol ketika memerankan Jae Sik.
Dari rumah sakit, Peter, Man Seob, dan Jae Sik beranjak ke sebuah jalan tempat demonstrasi besar sedang berlangsung. Disini ada tuh adegan ketika ibu-ibu membagikan makanan kepada para demonstran, sebuah bentuk dukungan dari kaum ibu. Peter, dkk kemudian naik ke atap sebuah gedung agar dapat merekam kejadian menyeluruh. Ternyata, disana ada seorang wartawan lokal juga yang sedang merekam. Ketika demonstrasi semakin panas dan tentara mulai menembakkan  gas air mata, bahkan beberapa tampak memukuli demonstran, Peter memutuskan untuk turun agar bisa mengambil gambar lebih dekat. Man Seob dan Jae Sik mau tak mau mengikuti. Tak beberapa lama, seorang tentara melihat Peter mengarahkan kamera dan mengejar Peter. Berhasil kabur dan mendapatkan gambar bagus, tiba saatnya bagi Peter untuk kembali ke Seoul. Sayangnya, taksi Man Seob justru mogok yang membuat mereka harus bermalam di rumah seorang supir taksi Gwangju bernama Tae Soo sembari menunggu taksi dibenahi.

Malam itu pula, terjadi pengeboman di sebuah stasiun televisi MBC di Gwangju. Peter memutuskan datang untuk merekam kejadian, malangnya mereka kembali dikejar pasukan keamanan. Penerjemah Jae Sik tertangkap sementara Man Seob dan Peter berhasil melarikan diri. Pasukan kemanan kini tahu ada wartawan asing di Gwangju yang menumpang taksi Seoul, merek pun memburu taksi ber-plat nomor Seoul. By the way, sound effect untuk suara-suara tembakan dan bom di film ini tuh mantap sekali. Sini nonton pake headset aja tetep kedengeran beningnya. Kerusuhan saat demonstrasi juga digambarkan apik sehingga sanggup bikin penontonnya ikutan tegang.

Keesokan harinya, berbekal peta jalan tikus dan plat nomor taksi Gwangju yang diberikan Tae Soo, Man Seob kembali ke Seoul tanpa sepengetahuan Peter dan tuan rumah. Ceritanya doi udah lelah ngurusin demo-demoan. Dalam perjalanan pulang, ia menyaksikan percakapan orang di luar Gwangju yang menyatakan bahwa demonstran Gwangju adalah komunis yang pantas dihajar tentara, sementara ia tahu kenyataanya orang-orang Gwangju justru pro-demokrasi. Hal itu memunculkan pergolakan batin dalam diri Man Seob, antara segera pulang ke rumah atau menjemput Peter dengan harapan rekaman yang dimiliki wartawan Jerman itu membawa kabar yang benar ke dunia internasional. Setelah mampir ke wartel terdekat dan mengabarkan pada putri semata wayangnya jika ia akan pulang terlambat, Man Seob memutuskan untuk kembali ke Gwangju menjemput Peter.

Sampai Gwangju ia mendapati kenyataan bahwa Jae Sik yang semalam tertangkap aparat, telah meninggal dunia dengan penuh luka. Peter dan Tae Soo sedang berada di rumah sakit menangisi kematian Jae Sik. Mereka sadar bahwa tak boleh larut dalam kesedihan karena harus menyelesaikan misi menyiarkan kabar ke seluruh dunia. Akhirnya, Man Seob mengantar Peter kembali ke Seoul. Kali ini mereka tak hanya berdua, beberapa supir taksi dari Gwangju mengantar kepulangan sekaligus mengawal mereka dari buruan tentara. Para supir taksi dari Gwangju ini rela mengorbankan diri menjadi umpan, terkena tembakan-tembakan dari mobil tentara yang mengejar hingga mengalami kecelakaan lalu lintas yang juga mencederai para tentara pengejar. Sehingga Man Seob dan Peter berhasil bebas menuju Seoul.

(pic source)
Di Bandara Internasional Gimpo, Man Seob membantu Peter menyembunyikan gulungan film dalam kaleng kue dan membungkusnya sedimikan cantik hingga petugas bandara segan membuka bungkusan yang dikira oleh-oleh tersebut. Jürgen Hinzpeter berhasil kembali ke Tokyo dan menyiarkan hasil rekamannya kepada dunia. Pemerintah Korea Selatan pun mendapatkan desakan dari warga dan dunia internasional untuk menghentikan kekerasan. Rekaman tersebut juga selanjutnya berperan dalam kebangkitan demokrasi Korea, karena tak lama setelah itu, pemilihan umum dilaksanakan. Hinzpeter juga selanjutnya diceritakan menerima penghargaan dari pemerintah Korsel atas jasanya. Bagian ending ketika Peter membacakan pidato dalam penghargaan ini benar-benar mengharukan, Thomas Kretschmann yang dari awal memerankan wartawan cuek terlihat berkaca-kaca ketika membacakan pidato. Ending-nya sungguh bikin mewek meskipun bukan love story.

Pak Jürgen Hinzpeter yang sebenarnya, muncul di akhir film.
Di akhir film, muncul rekaman Jürgen Hinzpeter yang asli menceritakan tentang keinginannya untuk bertemu kembali dengan supir taksi yang dulu membantunya meliput demonstrasi di Gwangju, namun hingga akhir hayat (meninggal tahun 2016), ia tak bisa bertemu lagi dengan supir taksi itu. Gwangju tahun 1980 tampaknya menjadi bagian paling membekas sepanjang karir jurnalistik Pak Hinzpeter, terbukti ia berwasiat agar jika ia meninggal untuk dimakamkan di Gwangju. Mungkin ia ingin dimakamkan bersama para pejuang demokrasi Republik Korea Selatan.

A Taxi Driver menyabet banyak penghargaan dan meraih 12 juta penonton selama masa penayangannya. Nggak heran sih, para pemainnya emang aktingnya top banget dan pesan yang dikandung film ini menurut saya bisa banget nyampek ke penonton. Dijamin nggak kecewa deh kalau nonton A Taxi Driver!! Kalau dari rentang nilai 1-10, saya pribadi bakal kasih nilai 8 untuk film berdurasi 137 menit yang disutradarai Pak Jang Hun ini. By the way, Pak Song Kang Ho kayaknya emang aktor kawakan di Korea Selatan, soalnya beberapa film beliau emang jalan ceritanya bagus dan nggak asal-asalan. Daebak!

‎29 ‎April ‎2018 13:32
The Duke & The Duchess of Cambridge's 7th Wedding Anniversary
April 29, 2018 No comments
Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seondeok pun menyisipkan kisah cinta diantara percaturan politik, perbutan tahta, dan peperangan. Kisah cinta utama yang disorot dalam QSD adalah antara tokoh utama, Deokman dengan Yushin, dan selanjutnya Deokman dengan Bidam. Mungkin karena berlatar di era Silla, kisah cinta tiga orang itu digambarkan manis and soo deep, tapi tidak berlebihan.

DEOKMAN & KIM YU SHIN
Kim Yu Shin adalah hwarang yang memimpin para nangdo dan Deokman menjadi salah satu nangdonya. Saat awal mereka bertemu, Deokman masih dalam penyamaran sebagai laki-laki. Lama kelamaan, Yu Shin mengetahui kalau Deokman sesungguhnya adalah seorang wanita. Witing tresno jalaran saka kulino, sering memimpin 'latihan militer' untuk Deokman dan nangdo lainnya, slow but sure, Yu Shin jatuh hati pada Deokman yang ceria dan gigih. Meskipun kadang memberi menu latihan militer yang keras untuk Deokman, Yu Shin sebenarnya selalu berusaha melindungi Deokman, apalagi ketika mereka sedang berada di medan perang.

Kim Yu Shin dan Deokman dalam salah satu adegan saat pelarian.
(pic source).
Ketika Mishil sang bangsawan jahat mengetahui jati diri Deokman yang sesungguhnya, yaitu bahwa Deokman adalah seorang wanita yang merupakan anak Raja Jinpyeong yang dibuang, Mishil ingin menangkap Deokman. Mendengar rencana jahat itu, Deokman lari istana dibantu Kim Yu Shin. Perasaan cinta kedua makhluk ini mulai ditunjukkan secara gamblang dalam masa-masa pelarian. Deokman bertanya kepada Yu Shin tentang apa yang membuat Yu Shin rela berjuang membantu Deokman kabur, padahal nyawa bisa jadi taruhannya. Alasan yang dikemukakan Yu Shin saat itu bagi Deokman terlalu mengada-ada, lalu Deokman to the point ke pertanyaan: "Apakah kamu membantuku karena kamu mencintaiku? Itu tidak mungkin kan?" lalu Deokman pergi setelah mengucapkan kalimat itu, tapi Yu Shin menahannya dan mengatakan: "Aku tidak pernah mengatakan aku tidak mencintaimu." Helah, Mas Yu Shin bikin para pemirsa jadi shy shy aja nih. Eh, tapi Deokman sempet bilang kalau "Semua dianggap teman, para nangdo lain dan Kim Yu Shin hanyalah sebatas teman buat Deokman." Duh, Mbak...I smell another bullshit here wkwkwk. Biasanya yang bilang kek gitu lama-lama bakal jatuh cinta loh sama temennya itu. Ye kan? Akhirnya Deokman nyadar juga kan kalo deep inside doi naksir Yu Shin ahelah, kayak anak kecil wae lho wkwk.

Dalam pelarian itu pula, Yu Shin menawarkan kepada Deokman untuk kabur aja dari Silla dan kembali hidup ke Gurun Taklamakan. Lari dari segala prahara di Silla, kembali hidup jauh dari keluarga (Raja Jinpyeong, Ratu Maya, dan Putri Cheonmyeong), lepas dari penyamaran sebagai pria, dan hidup bahagia sebagai wanita...bersama Yu Shin. Awalnya, Deokman menyetujui rencana itu, namun terbunuhnya Cheonmyeong di tangan seorang pasukan Mishil membuat Deokman ingin balas dendam dengan  cara menjadi yeowang (female king). Menjadi Yeowang berarti ia harus mendedikasikan hidupnya pada rakyat Silla dan mengesampingkan perasaan sebagai wanita. Ia bahkan memilih untuk tidak menikah demi menghindari konflik politik. Di saat Deokman memilih tahta dan mengurungkan niat untuk kabur bersama Yu Shin ke gurun itu, Yu Shin pun memilih mendukung Deokman dan menjadi orang yang bakal selalu bisa Deokman andalkan. OMG! This scene make me cry a lot.

This dialogue (pic source).
(pic source)
Ini nemu di blog orang tapi lupa alamatnya apa :(( Maafkan.
But thanks for you who write this.


Cinta Yu Shin dan Deokman lebih banyak digambarkan lewat tindakan atau percakapan-percakapan yang mengena. Misalnya ketika Yu Shin bertarung mati-matian untuk menjadi Komandan Hwarang (Pongwolju), karena hanya dengan cara memperoleh kekuasaan pongwolju itulah, Yu Shin bisa membantu Deokman mewujudkan cita-citanya. Yu Shin juga memimpin pasukan-pasukan untuk berperang melawan Baekje dan Goguryeo agar Silla tak kehilangan wilayahnya. Bahkan ketika ia dijebak Bidam dan dijebloskan ke penjara, ia tetap merancang strategi perang untuk menyelamatkan Silla. Ia rela segala kekuasaan atau idenya diambil Bidam, asal Silla selamat. Kebayang kan? Betapa itu adalah cinta yang level embuh meski tak bisa memiliki. Jangan harap akan menemukan banyak kontak fisik berlebihan pada cinta mereka. Tidak. Cinta Yu Shin dan Deokman adalah cinta yang bisa Anda rasakan ketulusannya meski tidak ditunjukkan secara gamblang. Kalau biasanya saya kena sindrom pada love story-nya second lead, kali ini saya lebih suka dengan jenis cintanya Yu Shin - Deokman.

Ketulusan, kesetiaan, dan kompetensi yang dimiliki Yu Shin dikagumi oleh Mishil dan sang tokoh antagonis ingin Yu Shin menjadi anak buahnya. Mishil mengancam pengungsi Gaya (Kim Yu Shin adalah keturunan Kerajaan Gaya yang sudah runtuh) yang berada di Silla agar Yu Shin mau bergabung dengan Mishil, tapi Kim Yu Shin menolak. Ia berlutut di hadapan Mishil, memohon agar Mishil menyelamatkan pengungsi Gaya dan merelakan dirinya tetap melayani Deokman. Mishil mengizinkan dengan satu syarat: Kim Yu Shin harus menikahi keponakan Mishil. Jaman dulu mah emang gitu, segala pernikahan untuk menguatkan kekuasaan semata. Yes, Yu Shin is kinda person who swallowing his pride for something called love. Gengsinya doi nggak lebih gede dari perasaan cintanya. Karena itu memang satu-satunya cara, menikahlah Yu Shin dengan keponakan Mishil. Betapa perih hati Deokman mendengarnya, namun di sisi lain, Deokman tetap menyadari bahwa meski Yu Shin menikah dengan wanita lain, hati Yu Shin tetap untuk Deokman seorang. This is so crazy and painful. Aku jadi inget sebuat kuwots berikut ini:

Ngeri, tapi bisa jadi begitulah realitanya (pic source).
Adegan percakapan Deokman dan Yu Shin sebelum Deokman meninggal (pic source).
Dan lagi, setelah Bidam yang sempat ingin dinikahi Deokman meninggal, sebuah percakapan terjadi antara Yu Shin dan Deokman menjelang akhir hayat Deokman. Inti percakapan itu adalah: "Yu Shin, dulu kita sempet mau kabur dari Silla kan? Tapi nggak jadi. Gimana kalau sekarang kita kabur aja?" What the h*ll, ini ratu padahal yaa udah sempet mau nikah sama Bidam dan tau kalo Yu Shin punya istri eh tetep aja yaa, deep inside hati tak bisa dibohongi. Entah kenapa cinta mereka ini begitu menyentuh hati saya.... That person who you can always trust and rely on~


DEOKMAN & BIDAM
Kalau cinta Yu Shin dan Deokman digambarkan dewasa, saling memahami, dan berlandaskan rasa percaya. Lain halnya dengan Bidam dan Deokman. Keduanya bertemu dalam masa pelarian dari Mishil dimana Bidam yang seorang pendekar pedang membantu Yu Shin melindungi Deokman. Benih-benih cinta mulai tumbuh dalam hati Bidam lewat percakapan-percakapan kecil dengan Deokman. Kalau kata guru pedangnya Bidam sih, Deokman itu berhasil mengeluarkan rasa kasih sayang dalam diri Bidam yang selama ini seolah tertutup rapat.

Awal pertemuan Bidam dengan Deokman (pic source).
Jika Yu Shin nggak pernah melakukan hal-hal cheesy sekehendak hati, maka Bidam adalah orang yang impulsively bakal menuruti kata hatinya. Ada tuh adegan dimana Bidam ngasih bunga ke Deokman yang bikin Deokman tersipu malu. Bidam nggak segan-segan melempar humor lucu kalau Deokman sedih, karena ia ingin lihat Deokman tersenyum. Di saat Deokman menyandang gelar gungju dan orang-orang berbicara sopan padanya, Bidam memilih tetep bicara santai layaknya teman kepada Deokman. Kalau Deokman lagi ragu atau khawatir dengan keputusan yang diambilnya, Bidam ini nggak ragu buat genggam tangan Deokman untuk menguatkan. Bidam tidak melihat orang yang dicintainya sebagai Ratu Silla melainkan seorang wanita bernama Deokman. Dan sikap inilah yang perlahan membuat Deokman jatuh hati.

Sebuah adegan antara Bidam dengan Deokman (pic source).
Sayangnya, Bidam ternyata merupakan anaknya Mishil alias rival politiknya Deokman. Inilah yang sering bikin Bidam galau, dia takut kalau Deokman tahu doi anaknya Mishil nanti bakal dijauhin. Dia juga gak bisa sepenuhnya mendukung Deokman, karena itu berarti melawan ibunya (yang telah menelantarkannya dan bahkan nggak mengakui Bidam sebagai anak hingga akhir hayat). Dalam hati Bidam yang terdalam, dia hanyalah seorang anak yang rindu kasih sayang ibunya tapi juga mencintai wanita yang ingin dijadikan kekasih hatinya. Namun, anxiety Bidam lama-lama makin memuncak, dia khawatir kalau-kalau Deokman suatu saat bakal membunuhnya. Bidam juga cemburu dengan kepercayaan yang diberikan Deokman pada Kim Yu Shin. Bahkan, meski jabatan-jabatan tertinggi negara diberikan Deokman pada Bidam, ia tetap merasa Deokman tak mempercayainya.

Mishil menyindir sifat Bidam (pic source).
Bidam selalu mencari cara agar Deokman melihatnya, dia selalu butuh approval dari Deokman atas segala pencapaiannya. Beragam cara dilakukan Bidam buat caper ke Deokman, mulai dari nangkepin koruptor, memenjarakan Yu Shin yang dituduh memberontak, bahkan membujuk Mishil agar bersedia menyerah kepada Deokman (dan bisa dibilang berhasil). Lama-lama Bidam caper level: pengen jadi raja biar tampak nasionalis dan patut dicintai. Padahal tuh ya, tanpa harus kakean polah, Deokman udah selalu percaya sama Bidam...sampai akhir. Deokman tahu kalau Bidam berusaha melemahkan Yu Shin, mengincar tahta, dsb...tapi dia selalu berusaha positive thinking, bahwa Bidam sebenernya nggak bermaksud jahat. Mungkin ada salah paham aja diantara mereka. Tapi Bidam sebaliknya, dia mudah dihasut orang lain untuk menjatuhkan Deokman, dia mudah kemakan omongan tanpa terlebih dahulu mengkonfirmasi ke Deokman. Aih, Mas Bidam yang terhormat, komunikasi itu pentin dalam cinta. Orang yang sering komunikasi aja bisa berakhir nggantung, apalagi kalau komunikasinya kurang sip.

Di tengah semua kejahatan (yang seolah tanpa sadar dilakukan) Bidam, ia masih sering mengunjungi Deokman, menanyakan kesehatannya, menghiburnya, mengkhawatirkannya. Disini Deokman seneng, ketika semua orang melihat dia sebagai Ratu yang didewakan, Bidam selalu melihatnya sebagai manusia. Mereka pun memutuskan menikah. Mendengar kabar itu, Yu Shin sedih oh ternyata tapi ia tetep mendukung pernikahan Deokman dan Bidam, karena dengan begitu ia lega bahwa Deokman akan mendapatkan sandaran hatinya, dan itu adalah Bidam yang begitu dikenalnya. Nah, ini agak bingungin sih...kayak di hati Deokman itu ada dua orang gitu. Cintanya terbagi, buat Yu Shin di sisi terdalam hati dan direlakannya plus buat Bidam yang disayanginya. Memang yha Mbak Deokman, realita cinnta kadang memang sepelik itu ahahaha.

Ini mereka berdua udah tukar cincin gitu ceritanya (pic source).
Sebelum menikah, Bidam dan Deokman bertukar perjanjian atas inisiatif Bidam. Isi perjanjian itu adalah bahwa Bidam akan menyerahkan segala jabatan politiknya saat ia menikahi Deokman kelak. Yah, namanya orang kasmaran emang suka seenaknya bikin janji, yang pastinya bakal dilanggar sendiri. Sounds familiar kan pemirsaa? Yes, karena terpengaruh omongan bawahannya, boro-boro turun dari jabatannya, Bidam malah menyusun pasukan buat mengkudeta Deokman. Seperti yang sudah saya tulis di artikel-artikel sebelumnya, Bidam ini kasihan, doi butuh psikiater buat nolong kesehatan emosionalnya tapi waktu itu belum ada profesi psikiater huhu.

Deokman tuh ya dalam hati sebenernya berniat bahwa dia bakal turun tahta dan hidup normal sebagai orang biasa setelah menikahi Bidam. Janji Deokman ini nggak sempet ia ucapkan kepada Bidam, karena Bidam keburu berbalik melancarkan aksi kudeta. Akhirnya Deokman sebagai Ratu nggak punya pilihan lain, pemberontak di Silla, siapapun itu harus dihukum mati. Maka ia memerintahkan Kim Yu Shin untuk menumpas pemberontakan dan membunuh Bidam sekaligus pengikut-pengikutnya. Dalam kondisi terdesak pasukan Yu Shin dan jelas-jelas udah kalah, Bidam ngotot ketemu ratu. Dengan kemampuan bela dirinya, ia meringsek masuk melewati blokade pengawal kerajaan. Tentu saja, pemberontak nggak boleh ketemu ratu. Akhirnya, di hadapan Sang Ratu, Kim Yu Shin menghunuskan pedang pada Bidam. Di hadapan wanita yang dicintainya, Bidam tumbang dan menghembuskan nafas terakhirnya. Doekman yang dalam hati masih cinta sama Bidam pun pingsan di lokasi karena tak kuat menahan sedih. Namun, sebagai ratu ia tak punya pilihan lain.

Bidam di hari pemberontakannya (pic source).
Itulah akhir hidup Bidam, he has no glory at all. Sejarah mengenangnya sebagai pemberontak, pun ia tak berhasil menikahi gadis yang dicintainya dan tak berhasil menjadi Raja Silla. Kalau biasanya kisah cinta second lead itu bikin nyesek nggak karuan, kali ini saya tidak. Saya sudah gemes sama inkonsistensi Bidam dari awal. Apa yang dilakukan Bidam juga banyak didasari pamrih yang justru membuat ia tak memperoleh apa-apa. Di sisi lain, saya kasihan juga sama sosok Bidam yang bisa dibilang sejak kecil nggak bahagia dan nggak mendapat kasih sayang sepenuh hati dari siapapun. 
April 08, 2018 9 comments
The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. Tentu saja banyak sekali perbedaan antara kisah yang ditayangkan dalam drama dengan kejadian sebenarnya yang tercatat dalam sejarah. Saya menemukan artikel menarik yang membahas perebedaan itu dan saya jadikan sumber utama dalam menuli ini. Setelah menonton film dan membaca artikel tersebut, saya jadi lebih mudah memahami sejarah Korea, khususnya pada era Kerajaan Silla. Ya, bayangkan aja dalam enam puluh dua episode, QSD menceritakan empat era pemimpin Silla (Raja Jinheung, Raja Jinji, Raja Jinpyeong, Ratu Deokman) jadi yaa...bisa sekalian banyak belajar sejarah kan hehe. Yasudah, ini nih perbedaan cerita dalam drama vs real history-nya:

Real painting of Queen Seondeok (pic source).
1. Putri Kembar
Dalam drama disebutkan bahwa ada ramalan yang menyatkan bahwa jika Ratu melahirkan putri kembar, maka pewaris tahta laki-laki akan berhenti dilahirkan. Lalu dari rahim Ratu Maya (istri Raja Jinheung) lahirlah putri kembar Cheonmyeong dan Deokman. Demi menutupi kelahiran anak kembar, Deokman dilarikan dari istana dan menghabiskan masa kecil di Gurun Taklamakan. Pada kenyataanya, tidak ada rekaman sejarah yang menyatakan bahwa keduanya kembar, melainkan adalah kakak beradik. Deokman juga tidak tumbuh besar di gurun melainkan di Seorabol (ibukota Silla). Selain itu, sebenarnya ada satu lagi putri Raja Jinpyeong yang terkenal yaitu Putri Sonhwa yang sama sekali tidak disinggung dalam drama (biar nggak terlalu kompleks kali ya).


2. Raja Jinpyeong yang Lemah
Drama-drama kolosal memang kerapkali menampilkan sosok raja yang meski cerdas dan berkeinginan kuat mensejahterakan rakyat, namun secara politik mereka lemah. Ini jugalah yang tampak pada Raja Jinpyeong dalam QSD. Raja Jinpyeong begitu powerless di bawah bayang-bayang Mishil. Kenyataannya, Raja Jinpyeong merupakan salah satu raja yang kuat selama 54 tahun era pemerintahannya. Bahkan disinyalir, Deokman bisa menjadi ratu juga karena kekuasaan ayah yang begitu besar. Mungkin Raja Jinpyeong sengaja diceritakan lemah agar bisa mendramatisir kemampuan Deokman yang lebih oke daripada ayahnya dalam hal melawan Mishil.


3. Ratu Seondeok Tidak Menikah
Hwarang Kim Yu Shin sempat terjebak friendzone dengan Deokman meski lama kelamaan cintanya berbalas. Lewat painful and deep conversation, kedua orang itu memutuskan untuk tidak bersama dalam ikatan pernikahan tapi tetap bekerja sama sebagai putri/ratu dan abdinya. (that famous dialougue by Yu Shin was: "I choose you, but you decide to choose the throne.") Yu Shin akhirnya menikah (demi sebuah alasan politis) dengan keponakan Mishil yang tentu saja break my heart and Deokman's heart. Selama menjadi ratu hingga akhir hayatnya, Deokman tidak menikah. Ia memutuskan mengabaikan perasaan sebagai wanita dan mendedikasikan hidupnya demi Silla semata. Namun, dalam catatan sejarah Hwarang Segi, Ratu Seondeok diperkirakan menikah dan memiliki tiga suami dimana salah satunya bahkan menjadi Sangdaedeung (semacam perdana menteri) demi memperkuat kekuasaannya.

Bidam - Deokman - Kim Yu Shin (pic source).
Kondisi Deokman yang dalam drama diceritakan nggak menikah mungkin adalah untuk memberikan efek kontras dengan rivalnya, Mishil yang dalam drama digambarkan memiliki tiga suami. Selain itu juga agar memungkinkan sang penulis menyisipkan kisah asmara Deokman dengan Bidam yang tentu saja tak terjadi di dunia nyata.


4. Makeup Hwarang
Ketika menuntut suatu perkara yang sangat penting kepada raja, para hwarang akan merias wajahnya, menyuarakan tuntutan di istana, dan biasanya diakhiri dengan aksi bunuh diri agar tuntutan dikabulkan. 'Ritual' itu dinamakan nanjang. Itulah yang diceritakan dalam drama, ada suatu adegan hwarang Alcheon merias wajah ketika menuntut penyelidikan kematian tragis Putri Cheonmyeong. Ia tau kalau Cheonmyeong dibunuh orang dari kubu Mishil, namun raja memutuskan bahwa kematian putrinya adalah murni kecelakaan. Alcheon sebagai pengawal sang putri tak terima dan ingin si pembunuh dihukum, maka ia melakukan nanjang.

Nanjang-nya hwarang Alcheon (pic source).
Sejarah tak pernah mencatat tentang adanya nanjang, namun hwarang memang dikisahkan merias wajah saat hendak perang. Sementara dalam drama, hwarang malah nggak merias wajah ketika perang. Merias wajah yang dimaksud adalah merias biar cantik gitu, bukan coreng-coreng buat penyamaran. Oh iya, selain itu, realitanya Cheonmyeong did not death tragically, dia hidup lama dan bahagia bersama suaminya.


5. Pertempuran Benteng Sokham
Pertempuran di Benteng Sokham antara pasukan Silla dengan Baekje menjadi peperangan pertama yang dilalui Deokman. Iya, doi literally terjun ke medang perang sebagai nangdo-nya Yu Shin. Pertempuran ini dipimpin oleh kaki tangan sekaligus suami Mishil, Jenderal Seolwon yang tak lain adalah Menteri Perang Silla. Di sini ditampakkan betapa Seolwon pandai merancang taktik perang untuk mengecoh dan menglahkan Baekje. Namun, yang sesungguhnya terjadi adalah Seolwon sudah meninggal ketika Sokham Fortress diserang Baekje dan Deokman sebagai gungju tentu saja tidak terjun ke medan perang.

Jenderal Seolwon (pic source).
6. Pemberontakan Bidam
Rasa tidak percaya kepada sosok yang dicinta telah menghancurkan pikiran Bidam. Ia memutuskan memberontak demi menjadi Raja, mencintai Silla, memiliki Deokman di sampingnya, dan dikenang sepanjang masa. Namun, akhirnya keserakahan itu menelannya, ia mati dalam pertempuran, dikenang sebagai pemberontak, dan tak bisa meraih cintanya. Itulah yang dilukiskan dalam drama. Sementara yang terjadi di dunia nyata tentu berbeda, Bidam memang pernah menjadi Perdana Menteri Silla dan memimpin pemberontakan terbesar yang pernah ada di Silla, namun alasan dibalik itu semua tak jelas. Ada yang menyatakan bahwa pemberontakan didasari ketidakrelaan Bidam karena selama kepemimpinan "female king", Silla terus menerus diserang Baekje dan Goguryeo. Bidam menganggap, invasi tetangga ini tidak teratasi karena wanita tidak kompeten memimpin. Ada pula yang menerangkan bahwa ketiadaan pewaris laki-laki setelah Seondeok, membuat Bidam yang menjabat PM semestinya naik tahta, bukan malah diwariskan kepada sepupu ratu yang juga seorang wanita (Queen Jindeok).

Bidam insecurity (pic source).
Dalam drama dijelaskan, bahwa setelah Bidam dibunuh Yu Shin dan pemberontakan berhasil dihentikan, Seondeok meninggal tiga hari setelahnya. Namun, sejarah mencatat Seondeok meninggal ketika pemberontakan berlangsung, dan Bidam meninggal beberapa hari setelahnya lewat sebuah eksekusi yang diperintahkan Ratu Jindeok (penerusnya Seondeok).


7. Kisah Terkenal
Sebuah catatan sejarah berjudul Samguk Yusa merekam sebuah kisah tentang Ratu Seondoek. Konon kisah ini terkenal dalam sejarah Korea. Dan dua kisah yang menggambarkan kepekaan Sang Ratu ini sama sekali tidak disinggung dalam drama.

Pertama: suatu hari Deokman menerima bingkisan dari Dinasti T'ang (China) yang berupa benih bunga dan lukisan tiga bunga berwarna merah, putih, dan ungu. Melihat lukisan itu, Deokman berkata bahwa benih bunga dari Dinasti T'ang tidak akan mimiliki aroma wangi. Ucapan itu terbukti ketika benih yang ditanam telah mekar. Saat ditanya, bagaimana ia bisa tahu  bahwa bunga tak beraroma sebelum melihat bibit tumbuh, Ratu Seondeok menjelaskan bahwa jika bibit itu wangi, mestinya ada kupu-kupu yang juga ditulis dalam lukisan yang dikirim. Selain itu, Ratu juga mengatakan bahwa hadiah itu sebenarnya adalah sindiran dari Dinasti T'ang karena dirinya tidak (atau mungkin belum) bersuami. Tiga bunga dalam lukisan juga dipercaya merupakan 'ramalan' Kaisar T'ai-tsung bahwa Silla kelak akan dipimpin tiga wanita dan ramalan itu terbukti benar karena selanjutnya, Silla dipimpin Seondeok, Jindeok, dan Chinseong.

Beautiful Lee Yo Won portrayed Deokman very well (pic source).
Kedua: pada musim dingin, para katak biasanya berhibernasi, namun suatu fenomena aneh terjadi di Silla, ketika musim dingin tiba, katak-katak di sebuah kolam dekat Gerbang Jade justru menampakkan diri dan berkotek selama kurang lebih tiga hari. Mendapat laporan tentang kejadian aneh itu, Ratu Seondeok tiba-tiba memerintahkan Hwarang Alcheon dan Piltan untuk membawa dua ribu pasukan ke sebuah lembah di arah barat Silla (dikenal dengan anam Women's Valley) dan mencari musuh yang bersembunyi di hutan. Ternyata, pasukan itu menemukan tentara Baekje yang hendak menyerang Silla sedang bersembunyi di hutan dan musuh berhasil dikalahkan.

Konon, Ratu Seondeok memahami hal itu dari mengintepretasikan fenomena alam. Katak yang berisik ia umpamakan para tentara yang marah, warna putih salju musim dingin menggambarkan arah barat (simbol astronomi mas itu), dan Gerbang Jade menggambarkan organ kewanitaan yang selanjutnya diasosiakan sebagai nama lembahnya. Yha gini nih hasilnya kalau orang sangat memahami tanda-tanda yang dikirimkan alam.

Ya, itulah beberapa perbedaan antara drama dan sejarah yang ada dalam The Great Queen Seondeok. Sebenernya, masih ada lagi beberapa perbedaan, tapi saya rasa sekian saja yang saya tuliskan. Semoga menambah pengetahuan dan menghibur  ya :D

Magelang | 08 April 2018 00:45 WIB
April 08, 2018 1 comments
Nonton K-Drama berjudul The Great Queen Seondeok (QSD) telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang paham. Ini tuh jenis perasaan yang pernah muncul pas habis nonton Amigos jaman saya SD dulu. Jalan cerita yang disuguhkan di QSD begitu memukau saya daripada beberapa drama sejarah Korea yang pernah saya tonton sebelumnya. Terima kasih kepada Tante Kim Young Hyun dan Om Park Sang Yeon yang telah menyajikan alur cerita dan karakter-karakter sekeren ini.
Baca Tulisan Sebelumnya:
Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok
Drama kolosal sepanjang enam puluh dua episode memiliki banyak tokoh cerita, berikut ini saya akan menuliskan tokoh dalam drama QSD yang paling memikat hati saya. Btw, semua tokoh yang saya tulis ini ada di dunia nyata dan hidup pada era Kerajaan Silla, kecuali Wol Ya (I'm not so sure is he real or not). Tapi di dalam drama QSD tentu saja karakter tokohnya udah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga ada beberapa hal yang beda dengan karakter aslinya (yaaa itu pasti sih). Nah, siapa saja tokoh yang telah merebut hati saya, monggo disimak:


Deokman a.k.a Queen Seondeok


Doekman diperankan oleh dua orang sebagai Doekman kecil (Nam Ji Hyun) dan Doekman dewasa (Lee Yo Woon). Saya sangat terpesona dengan kemampuan akting Nam Ji Hyun yang berhasil menunjukkan karakter Deokman kecil yang ceria, antusias belajar, tegas, dan pantang menyerah. Sungguh bocah (yang mungkin sekarang udah gede ini) main dengan sangat super di QSD.


Deokman adalah orang yang bersemangat meski dengan kisah hidup menyedihkan hahaha. Dia punya impian-impian besar yang didukung tekad kuat untuk mewujudkannya. Setiap menginginkan sesuatu, hampir selalu dia bilang, "bagaimanapun juga (akan meraih-nya)." Rival Deokman yaitu Mishil pun dalam hati kagum dengan impian-impian dan tekad si Doekman ini.

Dalam drama, Doekman dikisahkan tidak menikah demi menghindari konflik politik. Namun, di dunia nyata, konon Ratu Seondeok ini memiliki tiga orang suami. Balik ke drama, Doekman memilih hidup sebagai Ratu dan bukan sebagai wanita. Ia mengesampingkan perasaan cinta demi Silla. Meski demikian, jauh di lubuk hati, Deokman mencintai Kim Yu Shin, jenderal kepercayaannya. Deokman lebih memilih tahta daripada Yu Shin, dan sang panglima perang juga memilih mengabdi pada Ratu daripada menjadi suami. Namun, di akhir-akhir drama, Deokman justru melabuhkan hati pada Bidam, bahkan berniat menikahinya jika saja Bidam tidak melakukan pemberontakan.


Mishil




She is the best villain ever!! Dimainkan dengan cantik oleh Go Hyun Jung.  Mishil dulunya adalah Wonhwa (semacam militer wanita) yang berjuang bareng para hwarang dalam mempertahankan atau menaklukkan sejumlah wilayah Kerajaan Silla. Makanya Mishil juga punya rasa nasionalisme yang tinggi. Selain Wonhwa, Mishil juga merupakan selir raja-raja Silla. Tak hanya selir para raja, dia bahkan digambarkan melakukan poliandri dengan dua mantan rekan seper-hwarang-an. Zaman itu, poliandri adalah wajar-wajar saja. Dua orang suaminya yang non-raja inilah, yang kemudian menjadi dasar kekuatan politiknya, dimana yang satu ia jadikan Menteri Perang dan suami satunya dijadiin Perdana Menteri. Ditambah, doi memiliki adik yang merupakan Menteri Adat gitu. Memang Mishil ini 'arsitek' politik yang jago menempatkan orang di posisi strategis.

Sebagai politikus andal, Mishil selalu main cantik (sekaligus licik) untuk mendapatkan keinginannya, tentu saja dengan cara-cara yang nggak melanggar hukum Silla kala itu. Saking piawai-nya Deokman Gungju bahkan bilang kalau semakin banyak bertemu dan berbincang dengan lawan politiknya ini, dia akan semakin banyak belajar. Ketika Mishil meninggal pun, Deokman dalam hati berterima kasih karena ia memiliki musuh hebat yang membuatnya semakin kuat.


Yang khas dari sosok Mishil adalah senyum miringnya yang sinis, lebay, terkesan mendramatisir tapi menurut saya keren banget HAHAHAH. Lewat peran Mishil ini, aktris Gong Hyun Jung panen penghargaan di sekitar tahun  2009 itu bahkan meraih Daesang Award (semacam Grand Prize gitu kali ya).


Kim Yu Shin


He is my favorite! Kalau Deokman diibaratkan Tribhuana Tunggadewi, maka Kim Yu Shin ini semacam Patih Gadjah Mada gitu.  Dia ini keturunan bangsawan, Bapaknya dari Gaya (kerajaan kuno di Korea yang udah runtuh) dan ibunya adalah salah satu putri Raja Silla. Yu Shin adalah hwarang yang gigih, loyal, jujur, dan kompeten. Karakter itu membuat Putri Cheon Myeong percaya padanya, dan begitu pula Deokman. Mishil bahkan menginginkan Yu Shin buat jadi "orangnya", tapi Yu Shin tidak mau.

Kegigihan Yu Shin ini dibuktikan ketika kompetisi penentuan Pungwolju (komandan hwarang). Yu Shin benar-benar bertarung sepenuh hati dan sekuat tenaga melawan hwarang senior Chil Suk demi mendapatkan posisi Pungwolju. Bukan karena dia haus kekuasaan, tapi karena hanya dengan posisi itulah dia bisa membantu Deokman mewujudkan impiannya. Ketika akhirnya Yu Shin berhasil mengalahkan Chil Suk dengan pertarungan yang adil, hwarang-hwarang yang selama ini menjadi 'musuh'-nya bahkan sangat salut dengan semangat Yu Shin.

Posisi Yu Shin sebagai keturunan bangsawan Gaya seringkali 'menyulitkan' dirinya. Berkali-kali pengungsi Gaya (rakyat dari runtuhan kerajaan Gaya ini disebut pengungsi) diancam Mishil untuk menggoyahkan Yu Shin dan agar Yu Shin bersedia jadi pengikutnya. Tapi, Yu Shin lebih memilih mempertaruhkan harga dirinya dengan berlutut di hadapan Mishil memohon agar rakyat Gaya dan dirinya diselamatkan, dengan begitu ia bisa tetap menjadi "orangnya Deokman". Keberanian untuk melawan gengsi demi rakyat banyak inilah yang justru dipuji Munno (sang guru besar Hwarang).

Yu Shin juga merupakan penyusun siasat perang yang mumpuni. Dalam drama QSD, akan banyak disajikan peperangan yang dipimpin langsung oleh Kim Yu Shin. Aktor Uhm Tae Woong berhasil memerankan Yu Shin dengan sangat baik dan memberi kharisma pada sosok Yu Shin. Memang Kim Yu Shin ini bukan tampan rupawan gitu, but really in love with his character.


Bidam


Bidam muncul agak belakangan dalam drama. Waktu doi muncul dengan kemampuan pedanganya yang sangar sih, saya agak berekspektasi kalau si Bidam bakal jadi ksatria hebat dan saya selalu semangat setiap kali ada scene gelutnya Bidam. Tapi ternyata, Bidam ini kalau saya bilang sih bocah galau. Dia hidup dengan menuruti emosinya semata. Ini mungkin nggak lepas dari pengaruh masa kecilnya. Ya, dulu kan dia ditelantarkan Mishil dan Raja Jinji dari bayi kemudian dibesarkan oleh seorang guru hwarang bernama Munno. Munno sendiri karena mungkin belum pernah mengasuh anak dan karena Bidam bukan anaknya sendiri maka Bidam jadi kurang kasih sayang. Bidam menghabiskan hidupnya buat caper ke Munno kalo dirinya hebat, but still...Munno baru mau mengakui bahwa Bidam muridnya adalah di akhir hayat Munno. Sebagai anak, Mishil pun tetap tidak mengakui Bidam bahkan hingga akhir hayatnya. Hal itu mungkin memberi efek kurang baik ke kondisi mental Bidam. Sayangnya waktu itu belum ada campaign-nya Kate Middleton tentang pentingnya kesehatan mental.

Bidam cerdas dan apa adanya, tapi juga mengerikan apalagi kalau sudah marah. Dia mencintai Deokman sejak awal-awal mereka ketemu. Jadilah, dia sering melakukan sesuatu untuk Deokman dengan tujuan agar diakui Deokman. Bidam ini tukang seeking approval garis keras pokokmen. Dengan kecerdasan (dan kelicikan yang diturunkan Mishil) dia banyak membantu sekaligus menyulitkan Deokman.

Kim Nam Gil (yang awalnya saya kira Jang Hyuk Oppa) begitu bagus memerankan kepribadian Bidam yang labil. Saya bener-bener dapat merasakan kelabilan dan ke-isekyur-an Bidam dalam akting Kim Nam Gil.


Kim Chun Chu



Karakter ini diperankan oleh kawan sepantaran saya HAHAHA bernama Yoo Seung Hoo Oppa hahaha. Dia muncul di episode 34 kalo nggak salah. Awal munculnya doi udah bikin ngakak dengan polah tingkahnya. Jadi ceritanya, Kim Chun Chu adalah anak dari Princess Cheon Myeong yang dibesarkan jauh dari Gyerim (Korea) yaitu di Kerajaan Sui, tujuannya adalah untuk menghindarkan Chun Chu dari percaturan politik Silla. Doi balik ke Gyerim setelah ibuknya meninggal, dengan dijemput seorang Hwarang bernama Daenambo. Dia ini lemah, manja, dan nggak bisa berkuda sehingga Daenambo harus ekstra sabar menghadapi tuan mudanya. Adegan-adegan pas ini tuh sungguh mengocok perut saking lucunya hahaha.

Sampai di Silla, Chun Chu adalah anak yang malas belajar dan sukses bikin guru-gurunya ngelus dada plus geleng kepala, hingga akhirnya dia ketemu Bidam. Jadi, Chun Chu ketemu Bidam pas dia lagi nyobek2 bukunya Munno (buku itu penting banget ceritanya) dan kertasnya dilipat-lipat jadi kubus. Bidam jengkel banget dan amarah BIdam bikin Chun Chu takut. Ditungguin Bidam yang pegang pedang, dia disuruh membuka lipatan-lipatan yang dibuatnya dan menyusun kembali jadi buku. Meski tidak ditekankan di cerita-cerita selanjutnya, pada adegan inilah digambarkan kalau Chun Chu punya ingatan fotografi.

Di balik sosoknya yang kemayu dan lemah, ternyata Chun Chu juga piawai dalam dunia politik, cuma doi emang macak polos. Dia sangat cerdas dan visioner. Bahkan, dalam upayanya naik tahta, Chun Chu bukan berkubu dengan Deokman maupun dengan Mishil, melainkan bikin kubu baru yang tidak terduga dengan memanfaatkan Mishil dan menyeret salah satu 'orangnya' Deokman. Mishil sendiri bahkan tak sadar kalau dia dimanfaatkan. Jika Mishil dan Deokman lebih sering konfrontasi terang-terangan, Chun Chu memanfaatkan mulut manisnya untuk "menguasai" orang. Meski sempet ingin naik tahta melawan Deokman dan Mishil, pada akhirnya Chun Chu ini ikut ke kubu Deokman dan menjadi think-tank-nya Deokman dalam mengambil kebijakan. Kalau di dunia nyata, Kim Chun Chu ini kelak menjadi Raja Munmu dan Silla berhasil menyatukan tiga kerajaan yaa dibawah pimpinan Raja Munmu.

Yoo Seung Ho memerankan Chun Chu mungkin pas dia masih SMP atau awal masuk SMA kali ya. Di situ dia kelihatan soo young dan suaranya juga khas anak cowok lagi puber gitu. Pas banget memerankan tuan muda apalagi dengan senyum manisnya ehehe.

Hwarang Alcheon


Alcheon adalah hwarang yang lurus dan kaku yang hanya mau memberikan kesetiaannya kepada orang yang berbuat kebajikan #halah. Maka dilabuhkanlah kesetian dia untuk Deokman dan menjadi pengawal pribadi Deokman. Dia konsisten dari awal sampai akhir dan nggak ada perubahan berarti tentang kesetiannya. Kalau nanti kalian nonton, karakter ini pasti unik dan bikin gemes juga hahaha. Sebagai orang terdekat Deokman, dia adalah yang tau banyak tentang Deokman, bahkan hingga ke hal-hal yang seringkali Bidam sama Yu Shin belum sadari.

Oh iya, dalam drama disajikan hwarang yang ber-makeup beberapa kali dan salah satunya adalah scene Alcheon yang ber-makeup saat melakukan nanjang, yaitu upaya berani mati untuk menuntut suatu hal kepada Raja. Dalam sejarah aslinya, hwarang memang digambarkan merias wajah saat berperang, karena mereka ingin mati dalam kondisi terbaik. Tapi, nanjang ini nggak pernah dijelaskan dalam sejarah. Alcheon merias dirinya dan melakukan nanjang saat menuntut penyelidikan atas kematian Putri Cheon Myeong, tapi upayanya tidak berhasil mengubah pikiran Raja dan ia diselamatkan Deokman saat akan bunuh diri. So, enjoy the scene when Alcheon put maroon lipstick on her lips. He looks beautiful yet charming at the same time haha.

Sosok yang memerankan Alcheon ini namanya Lee Seung Hyo, saya sendiri nggak banyak menyaksikan beliau tampil di drama-drama lain. Cuma ngeh ya di QSD ini dan doi mainnya bagus kok.

Wol Ya


Meski bukan tokoh inti, Wol Ya (diperankan Joo Sang Wook) ini menarik perhatian saya karena doi ini yang paling...ehem bening di antara para hwarang hahahaha. Wol Ya ini adalah wangja (pangeran) dari runtuhan Kerajaan Gaya. Semula dia memimpin pasukan pemeberontak yang anggotanya adalah orang-orang Gaya, tapi Yu Shin sebagai sesama orang Gaya merangkulnya dan meminta organisasi pemberontak Gaya jangan diadain lagi. Sebagai gantinya, Yu Shin kasih Wol Ya dan pengikutnya tanah buat digarap. Yu Shin juga meminta agar Wol Ya dkk mempertahankan tradisi Gaya yang memadukan pertanian dengan militer dalam kehidupan sehari-hari. Wol Ya dan pasukannya ini selanjutnya memiliki andil besar dalam mendukung Deokman naik tahta.

Awalnya Wol Ya ini pun bertekad menjadikan Yu Shin raja agar nama orang Gaya terselamatkan, tapi Yu Shin tentu gak mau karena cita-citanya adalah membantu Deokman menyatukan tiga kerajaan di semenanjung Korea dalam Kerajaan Silla. Selanjutnya, perbedaan tujuan hidup ini sempet bikin Wol Ya dan Yu Shin crash. Tapi berhubung Wol Ya ini wangja jadi mungkin ada tuh pikiran mementingkan rakyat, maka Wol Ya memilih berdamai dengan Yu Shin demi kemaslahatan pengungsi Gaya. Nggak ada lagi pengungsi Gaya, yang ada hanyalah rakyat Silla karena para pengungsi ini "mendapat kewarganegaraan' dari Silla.



Yay, itu tadi deretan tokoh di QSD yang memikat hati saya. Kalau teman-teman kira-kira terpikat sama yang mana nih? Hihihi.


Maret 2018
April 03, 2018 1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • Jajan MakeUp yang Bikin Hepi
    Bulan Mei lalu, saya jajan tiga barang belanjaan yang bikin hepi. Ada eyeshadow, blush on , sama lipstick. Udah saya pake beberapa minggu, s...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • Bulan Istimewa di Tanah Istimewa
    Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semaca...
  • Surga di Negeri Liu-Liu
    Sekali lagi saya merasa bersyukur telah menjadi bagian dari Keluarga KKN-PPM UGM Unit BBL-11 di pertengahan tahun 2015 ini. Jika harus menu...
  • Dua Puluh Dua
    this lovely handlettering is created by my besties , Icha. Makasih chaak * hug * Bismillahirrahmanirrahiim :) So, here is my very f...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    Setelah puas menikmati pesona Taman Nasional Baluran di Situbondo (seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya), saya sholat kemudian ma...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ▼  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ▼  April (7)
      • Pengalaman Menulis di Hipwee
      • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dal...
      • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim...
      • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
      • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Que...
      • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok...
      • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ►  2016 (28)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose