Ramadhan adalah tentang kesempatan dan harapan, kadang juga tentang...kenangan. Sebuah kalimat yang telah saya katakan pada posting sebelum ini. Ya, Ramadhan kadang adalah tentang kenangan, maka sangatlah wajar jika Ramadhan kali ini, saya atau mungkin juga kami, terkenang akan bulan puasa satu tahun yang lalu. Kali ini, izinkanlah saya mengenang bulan puasa tahun lalu yang tak terlupakan bagi kami.
Tiga puluh Juni, tahun 2015 adalah pertama kalinya saya bepergian dengan pesawat terbang. Penerbangan dari Jakarta itu membawa saya mendarat di Bandar Udara H.A.S. Hanandjoeddin Tanjung Pandan. Kesan pertama ketika keluar dari pesawat adalah: panas. Ya, bagi saya tempat itu cukup panas. Apalagi kala itu, adalah tengah hari di pertengahan bulan Ramadhan, cukup membuat kami makin haus dibuatnya haha. Tapi, saya harus mulai membiasakan diri, karena di tempat dengan suhu seperti inilah saya akan tinggal selama enam puluh hari mendatang untuk misi Kuliah Kerja Nyata.
Usai mengurus barang bawaan dan segala administrasi lainnya. Kami disambut kepala desa tempat kami akan melaksanakan KKN di halaman luar bandara, beliau adalah Pak Edyar yang telah menyiapkan satu unit bus milik Dinas Perhubungan dan mobil pribadi beliau untuk membawa kami ke lokasi KKN. Bus Dishub Kabupaten Belitung yang kami tumpangi jauh lebih kecil dari bus yang membawa kami dari Jogja ke Jakarta, jadilah dengan bus yang dijejali berbagai macam barang bawaan, kami berjalan meninggalkan bandara. Berjalan ke arah selatan, melewati jalan aspal yang tak terlalu lebar dan cenderung sepi, berbeda jauh dengan jalan raya yang kami temui di Jogja sana. Bahkan, kami sempat menemukan kera berlarian di salah satu sisi jalan, pemandangan unik yang jelas tidak akan kami temui di kota tempat kami menuntut ilmu. Perjalanan melaju ke arah selatan dan terus ke arah selatan hingga masuk Kecamatan Membalong, tepatnya di Desa Padang Kandis. Kami turun di sebuah dermaga yang begitu kecil dan sepi, tempat ini bernama Teluk Gembira, sebuah dermaga penghubung antara pulau yang akan kami tinggali dengan Pulau Belitung.
Pertama kali tiba di dermaga Teluk Gembira. |
Setelah sekitar setengah jam naik perahu, kami mulai melihat dermaga lain, sedikit lebih ramai daripada Teluk Gembira. Ada beberapa perahu nelayan merapat di dermaga itu. Ternyata, perahu kami pun turut merapat di situ. Kawan, sore itu adalah pertama kalinya saya dan teman-teman BBL-11 menginjakkan kaki di Pulau Seliu. Ketika berjalan dari dermaga memasuki gerbang selamat datang, kami tidak tahu masyarakat seperti apa yang akan kami hadapi, kami tidak tahu tempat seperti apa yang akan jadi rumah sementara kami, memang segala kegiatan dan kemungkinan telah coba kami persiapkan beberapa bulan terakhir, tapi tetap saja, kami tidak memiliki bayangan yang jelas tentang pulau kecil ini. Kami hanya tahu, apapun yang terjadi enam puluh hari nanti...harus kami hadapi. Kami hanya tahu, lima belas hari Ramadhan yang masih tersisa, akan begitu berbeda.