Bulan Istimewa di Tanah Istimewa

by - November 16, 2015

Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semacam recount yang menceritakan pengalaman di hari lalu. Anggap saja sebagai sebuah cerita nostalgia tentang indahnya bulan istimewa di tanah istimewa. Selamat membaca :)

Tujuh belas Agustus adalah tanggal yang selalu istimewa di benak kami, Warga Negara Indonesia. Pada hari itu, tujuh puluh tahun yang lalu, bangsa ini memproklamirkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka, bebas dari belenggu penjajah. Ya, merdeka setelah tiga setengah abad dijajah bangsa asing. Sudah tujuh dekade dan pertanyaan masih sering singgah dalam benak kita adalah apakah kita sudah benar-benar merdeka? Bagaimana Anda atau..kita menjawab pertanyaan itu? Ah, tapi di sini saya tidak ingin berdebat soal apakah kita sudah merdeka atau belum, atau tentang apa itu merdeka. Terlepas dari semua itu, bangsa ini memiliki tradisi unik dalam merayakan kemerdakaan (yang dipertanyakan)-nya. Itulah yang akan saya bahas dalam tulisan ini.


Sang Merah Putih di langit Seliu
Fotografer: Gregorius Oktaviano

Entah bagaimana asal-usulnya, kemerdekaan negeri ini sering diperingati dengan adanya berbagai perlombaan. Ya, perlombaan di berbagai level, mulai dari tingkat kampung hingga tingkat nasional, dan berbagai instansi, mulai dari sekolah TK, perguruan tinggi, instansi pemerintahan, hingga swasta. Lomba yang diadakan pun beraneka ragam, tentu yang paling familiar di benak kita misalnya lomba makan kerupuk, lomba balap karung, lomba tarik tambang, dsb. Hingga kompetisi yang ‘kekinian’ seperti lomba fotografi, fashion show, dll. Selain itu, upacara bendera juga menjadi suatu hal yang pasti dilakukan di seluruh penjuru negeri. Adapula yang merayakannya dengan tirakatan atau semacam doa bersama demi kebaikan bangsa ini.

Agustusan di Seliu

Agustus tahun ini sungguh berbeda bagi saya. Kenapa demikian? Karena saya tidak merayakannya di Magelang atau di Jogja seperti tahun tahun sebelumnya, melainkan saya merayakannya di Pulau Seliu. Pulau kecil yang bahkan baru saya dengar namanya enam bulan terakhir. Dua bulan saya disini bersama bersama dua puluh sembilan orang lainnya dalam misi KKN, pengabdian masyarakat katanya.

Pulau Seliu merupakan pulau kecil, terdiri satu desa dengan dua dusun yang total memiliki sekitar 1.200 jiwa. Letaknya pun jauh dari pusat kota Belitung. Listrik belum dua puluh empat jam mengaliri pulau ini, begitu pula fasilitas jalan yang masih sangat biasa, tapi segala keterbatasan dan kurangnya perhatian dari pemerintah itu tak membuat masyarakatnya kehilangan rasa nasionalisme, rasa bangganya sebagai warga negara Indonesia. Hal itu terbukti dari meriahnya perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia di pulau ini. Jujur saja, bahkan di kampung saya yang jauh ‘lebih kota” daripada Seliu, beberapa tahun terakhir kemerdekaan tidak dirayakan sehebat ini. Namun, di sini tak tanggung-tanggung kemerdekaan dirayakan sebulan penuh. Begitu banyak macam perlombaan dan berbagai acara lainnya yang tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak, namun mencakup segala umur. Ada lomba joget, ada lomba karaoke, ada lomba panjat pinang, ada lomba tarik tambang, ada lomba balap karung, bahkan lomba tebak orang. Memang, aneka lomba itu merupakan kegiatan standar di tiap daerah, namun tentu saja bagi kami, tim KKN BBL-11 hal itu istimewa.

Tim BBL-11 sudah berada di Pulau Seliu sejak bulan Juli 2015, pertengahan bulan tersebut pihak pemerintah desa telah membentuk kepanitiaan perayaan kemerdekaan Indonesia. Kami pun dilibatkan dalam kepanitiaan. Aneka lomba yang saya sebutkan tadi sudah dimulai sejak awal bulan Agustus. Setiap akhir pekan, diadakan lomba joget untuk anak-anak hingga dewasa, juga lomba karaoke. Sepetak tanah kosong di samping kantor Badan Permusyawaratan Desa Pulau Seliu dijadikan panggung gembira. Seliu yang cenderung sepi saat malam menjadi ramai karena kegiatan ini. Penduduk terkonsentrasi menyaksikan peserta beraksi di panggung gembira. Lomba karaoke dan joget ini merupakan bentuk kerjasama yang baik antara warga dengan tim BBL-11.

Tim Voli BBL-11

Yang tak kalah seru adalah pertandingan voli, baik untuk putra maupun putri yang digelar setiap sore di Lapangan Voli Pulau Seliu. Tentu saja Tim KKN BBL-11 turut berpartisipasi dalam pertandingan ini. Dua tim putra dan satu tim putri kami kirimkan sebagai perwakilan. Namun, karena pada dasarnya kami bukan atlet voli, maka hampir bisa dipastikan kami akan kalah pada setiap pertandingan, dan itu justru menjadi hiburan tersendiri bagi kami hahah. Ya, warga Seliu memang jago bermain voli sehingga bisa dengan mudahnya mengalahkan kami. Apalagi tim voli putri yang seringkali harus menanggung kekalahan dengan skor yang sangat signifikan hahaha. Tapi, bagi Tim BBL-11, voli di Seliu bukan persoalan kalah dan menang, toh keduanya juga membuat kami merasa senang. Voli di Seliu merupakan salah satu cara kami menjalin kekeluargaan dengan warga. Sambil menunggu waktu bertanding atau sambil menyaksikan kawan berlaga, kami sering bercengkrama dengan anak-anak Seliu, atau juga jajan pempek sambil ngobrol dengan warga. Ketika senja datang, kami pun pulang. Berjalan kaki dari lapangan voli menuju pondokan sambil tertawa membahas pertandingan yang telah dilalui dan berbagi es dengan kawan. Atau kalau ada warga yang jok belakang motornya kosong, mereka akan dengan ramah menawarkan untuk membonceng beberapa dari kami. Sungguh menyenangkan.
Tim voli putra BBL-11 vs Tim Voli Putra SMP N 4 Membalong.
Fotografer: Yurika Gunawan


Tim voli putri BBL-11
Fotografer: Yurika Gunawan




Upacara di Padang Bol dan Paskibraka Istana Negara

Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, Seliu juga melaksanakan upacara bendera dalam rangka memperingati HUT ke-70 RI. Hari itu adalah hari besar kedua yang dialami Tim BBL-11 setelah perayaan Idul fitri di tanah rantau. Kami bangun pagi buta agar bisa antri mandi dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Pondokan putri sudah ramai sejak sebelum subuh, maklumlah namanya juga wanita kami sibuk mempersiapkan penampilan terbaik untuk menyambut hari istimewa itu. Seluruh anggota tim menjadi petugas upacara, ada yang menjadi komandan upacara, komandan peleton, pengibar bendera, petugas paduan suara bersama tim paduan suara SMP N 4 Membalong, dan petugas P3K.


Upacara peringatan HUT ke-70 Republik Indonesia di Padang Bol, Pulau Seliu
Fotografer: Gregorius Oktaviano
Anggota tim BBL-11 bersama warga dan anak-anak Pulau Seliu.
Anggota Tim BBL-11 bersama anak-anak Pulau Seliu.
Fotografer: Yurika Gunawan

Upacara pagi itu berlangsung khidmat. Seluruh elemen masyarakat hadir dalam upacara yang diselenggarakan di Lapangan Padang Bol, Pulau Seliu. Siswa SD hingga SMP, guru-guru, karang taruna, perangkat desa, perwakilan warga dan kami Tim KKN BBL-11 turut serta mengikuti upacara yang dipimpin Kepala Desa Seliu, Bapak Edyar. Hari spesial tak kami sia-siakan begitu saja, tentu saja berfoto bersama selepas KKN merupakan hal wajib bagi kami. Baik berfoto dengan sesame kawan KKN, dengan pemuda, dengan anak-anak, bahkan dengan Pak Kades. Hari itu yang ada hanya bahagia, dan kebahagiaan itu saya lihat dari tawa yang terukir di wajah-wajah orang yang hadir. Spirit kemerdekaan begitu terasa di pulau kecil ini.

Lalu, ingatan saya menuju pada rumah. Dahulu, selepas upacara di sekolah, saya sering menyaksikan upacara peringatan hari kemerdekaan RI yang digelar di Istana Negara. Acara yang ditayangkan seruh stasiun televise nasional. Saya merasa prihatin, ketika menyadari bahwa karena terbatasnya akses listrik, anak-anak disini jadi tidak dapat menyaksikan upacara yang dipimpin Presiden itu. Ya, Neiza, Yansa, Neila, Ridho, Sulton, Bagus, dll tidak bisa menyaksikan putra-putri terbaik bangsa ini berbaris rapi sebagai Petugas Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Mereka pun sama sekali tak tau tentang acara itu ketika saya Tanya. Padahal dulu saya senang sekali menyaksikan upacar di Istana Negara ada rasa bahagia dan semangat tersendiri kala itu yang saya rasa anak-anak disini pasti juga bahagia bila dapat menontonnya. Hhh, 70 tahun merdeka dan listrik belum 24jam di Seliu… Ah, tapi saya mencoba mengambil sisi positifnya. ra Anak-anak Seliu justru bisa bertemu dan bermain bersama selepas upacara di Padang Bol, sambil menyaksikan orang dewasa mempersiapkan aneka property untuk perlombaan nanti sore. Mereka jadi memiliki lebih banyak waktu untuk bercengkarama seraya bertatap muka daripada sekedar menyaksikan televisi di rumah masing-masing.

Tujuh belas Agustus tahun 2015, selepas dzuhur, Padang Bol Pulau Seliu kembali ramai didatangi warga. Ya, hari ini aneka perlombaan digelar. Ada panjat pinang, Tarik tambang, balap karung, dsb. Kami, Tim BBL-11 turut menyaksikan dan berpartisipasi dalam lomba sore itu. Seru sekali tak habis rasanya kebahagiaan menyaksikan orang dewasa mempersiapkan aneka property untuk perlombaan nanti sore. Mereka jadi memiliki lebih banyak waktu untuk bercengkarama seraya bertatap muka daripada sekedar menyaksikan televisi di rumah masing-masing.
Anggotta tim BBL-11 dalam lomba balap karung.
Fotografer: Gregorius Oktaviano
Anggota tim BBL-11 bersama warga dalam lomba tarik tambang.
Fotografer: Gregorius Oktaviano

Lomba panjat pinang di Dermaga Pulau Seliu.
Fotografer: Gregorius Oktaviano

Tujuh belas Agustus tahun 2015, selepas dzuhur, Padang Bol Pulau Seliu kembali ramai didatangi warga. Ya, hari ini aneka perlombaan digelar. Ada panjat pinang, Tarik tambang, balap karung, dsb. Kami, Tim BBL-11 turut menyaksikan dan berpartisipasi dalam lomba sore itu. Seru sekali tak habis rasanya kebahagiaan yang dianugerahkan Allah SWT sedari pagi. Begitu antusias warga datang ke arena perlombaan, untuk sekedar menyaksikan putra-putri mereka atau turut bermain.



Bagi warga Seliu, bulan Agustus adalah ladangnya hiburan, bulan dimana banyak kegiatan dilaksanakan. Tentu saja suatu hal yang tak bisa dengan mudah mereka dapatkan di bulan-bulan lainnya. Bahkan, seorang pemuda asli bernama Mula menuturkan, kalau bukan Agustus, Seliu cenderung sepi. Di Seliu, Agustus selalu istimewa. Di Seliu, kemerdekaan Republik Indonesia selalu disambut dan dinanti kedatangannya, meskipun di tengah keterbatasan fasilitas yang dialami warganya. Dan Agustus tahun ini pun istimewa bagi kami, Tim BBL-11, tentu saja tak lain adalah karena kami merayakannya bersama orang-orang istimewa, di tanah istimewa, Pulau Seliu. 

Dirgahayu Kemerdekaan ke-70 Republik Indonesia semoga pembangunan lekas merata dan jangan berhenti berkarya mengisi kemerdekaan kita.

You May Also Like

0 comments