Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semacam recount yang menceritakan pengalaman di hari lalu. Anggap saja sebagai sebuah cerita nostalgia tentang indahnya bulan istimewa di tanah istimewa. Selamat membaca :)
Tujuh
belas Agustus adalah tanggal yang selalu istimewa di benak kami, Warga Negara
Indonesia. Pada hari itu, tujuh puluh tahun yang lalu, bangsa ini
memproklamirkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka, bebas dari belenggu
penjajah. Ya, merdeka setelah tiga setengah abad dijajah bangsa asing. Sudah
tujuh dekade dan pertanyaan masih sering singgah dalam benak kita adalah apakah
kita sudah benar-benar merdeka? Bagaimana Anda atau..kita menjawab pertanyaan
itu? Ah, tapi di sini saya tidak ingin berdebat soal apakah kita sudah merdeka
atau belum, atau tentang apa itu merdeka. Terlepas dari semua itu, bangsa ini
memiliki tradisi unik dalam merayakan kemerdakaan (yang dipertanyakan)-nya.
Itulah yang akan saya bahas dalam tulisan ini.
Entah bagaimana asal-usulnya, kemerdekaan negeri
ini sering diperingati dengan adanya berbagai perlombaan. Ya, perlombaan di
berbagai level, mulai dari tingkat kampung hingga tingkat nasional, dan
berbagai instansi, mulai dari sekolah TK, perguruan tinggi, instansi
pemerintahan, hingga swasta. Lomba yang diadakan pun beraneka ragam, tentu yang
paling familiar di benak kita misalnya lomba makan kerupuk,
lomba balap karung, lomba tarik tambang, dsb. Hingga kompetisi yang ‘kekinian’
seperti lomba fotografi, fashion show, dll.
Selain itu, upacara bendera juga menjadi suatu hal yang pasti dilakukan di
seluruh penjuru negeri. Adapula yang merayakannya dengan tirakatan atau semacam
doa bersama demi kebaikan bangsa ini.
Agustusan di Seliu
Agustus
tahun ini sungguh berbeda bagi saya. Kenapa demikian? Karena saya tidak
merayakannya di Magelang atau di Jogja seperti tahun tahun sebelumnya,
melainkan saya merayakannya di Pulau Seliu. Pulau kecil yang bahkan baru saya
dengar namanya enam bulan terakhir. Dua bulan saya disini bersama bersama dua
puluh sembilan orang lainnya dalam misi KKN, pengabdian masyarakat katanya.
Pulau Seliu merupakan pulau kecil, terdiri satu desa
dengan dua dusun yang total memiliki sekitar 1.200 jiwa. Letaknya pun jauh dari
pusat kota Belitung. Listrik belum dua puluh empat jam mengaliri pulau ini,
begitu pula fasilitas jalan yang masih sangat biasa, tapi segala keterbatasan
dan kurangnya perhatian dari pemerintah itu tak membuat masyarakatnya
kehilangan rasa nasionalisme, rasa bangganya sebagai warga negara Indonesia.
Hal itu terbukti dari meriahnya perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia di
pulau ini. Jujur saja, bahkan
di kampung saya yang jauh ‘lebih kota” daripada Seliu, beberapa tahun terakhir
kemerdekaan tidak dirayakan sehebat ini. Namun, di sini tak tanggung-tanggung kemerdekaan
dirayakan sebulan penuh. Begitu banyak macam perlombaan dan berbagai acara
lainnya yang tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak, namun mencakup segala
umur. Ada lomba joget, ada lomba karaoke, ada lomba panjat pinang, ada lomba tarik
tambang, ada lomba balap karung, bahkan lomba tebak orang. Memang, aneka lomba
itu merupakan kegiatan standar di tiap daerah, namun tentu saja bagi kami, tim
KKN BBL-11 hal itu istimewa.
Tim BBL-11 sudah berada di Pulau Seliu sejak bulan
Juli 2015, pertengahan bulan tersebut pihak pemerintah desa telah membentuk
kepanitiaan perayaan kemerdekaan Indonesia. Kami pun dilibatkan dalam
kepanitiaan. Aneka lomba yang saya sebutkan tadi sudah dimulai sejak awal bulan
Agustus. Setiap akhir pekan, diadakan lomba joget untuk anak-anak hingga
dewasa, juga lomba karaoke. Sepetak tanah kosong di samping kantor Badan
Permusyawaratan Desa Pulau Seliu dijadikan panggung gembira. Seliu yang
cenderung sepi saat malam menjadi ramai karena kegiatan ini. Penduduk
terkonsentrasi menyaksikan peserta beraksi di panggung gembira. Lomba karaoke
dan joget ini merupakan
bentuk kerjasama yang baik antara warga dengan tim BBL-11.
Tim Voli BBL-11
Yang tak kalah seru adalah pertandingan voli, baik
untuk putra maupun putri yang digelar setiap sore di Lapangan Voli Pulau Seliu.
Tentu saja Tim KKN BBL-11 turut berpartisipasi dalam pertandingan ini. Dua tim
putra dan satu tim putri kami kirimkan sebagai perwakilan. Namun, karena pada
dasarnya kami bukan atlet voli, maka hampir bisa dipastikan kami akan kalah
pada setiap pertandingan, dan itu justru menjadi hiburan tersendiri bagi kami
hahah. Ya, warga Seliu memang jago bermain voli sehingga bisa dengan mudahnya
mengalahkan kami. Apalagi tim voli putri yang seringkali harus menanggung
kekalahan dengan skor yang sangat signifikan hahaha. Tapi, bagi Tim BBL-11,
voli di Seliu bukan persoalan kalah dan menang, toh keduanya juga membuat kami
merasa senang. Voli di Seliu merupakan salah satu cara kami menjalin
kekeluargaan dengan warga. Sambil menunggu waktu bertanding atau sambil
menyaksikan kawan berlaga, kami sering bercengkrama dengan anak-anak Seliu,
atau juga jajan pempek sambil ngobrol dengan warga. Ketika senja datang, kami
pun pulang. Berjalan kaki dari lapangan voli menuju pondokan sambil tertawa
membahas pertandingan yang telah dilalui dan berbagi es dengan kawan. Atau
kalau ada warga yang jok belakang motornya kosong, mereka akan dengan ramah
menawarkan untuk membonceng beberapa dari kami. Sungguh menyenangkan.
Tim voli putra BBL-11 vs Tim Voli Putra SMP N 4 Membalong. Fotografer: Yurika Gunawan |
Tim voli putri BBL-11 Fotografer: Yurika Gunawan |
Upacara di Padang Bol dan Paskibraka Istana Negara
Seperti
daerah-daerah lain di Indonesia, Seliu juga melaksanakan upacara bendera dalam
rangka memperingati HUT ke-70 RI. Hari itu adalah hari besar kedua yang dialami
Tim BBL-11 setelah perayaan Idul fitri di tanah rantau. Kami bangun pagi buta
agar bisa antri mandi dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Pondokan putri
sudah ramai sejak sebelum subuh, maklumlah namanya juga wanita kami sibuk
mempersiapkan penampilan terbaik untuk menyambut hari istimewa itu. Seluruh
anggota tim menjadi petugas upacara, ada yang menjadi komandan upacara,
komandan peleton, pengibar bendera, petugas paduan suara bersama tim paduan
suara SMP N 4 Membalong, dan petugas P3K.
Upacara peringatan HUT ke-70 Republik Indonesia di Padang Bol, Pulau Seliu Fotografer: Gregorius Oktaviano |
Anggota tim BBL-11 bersama warga dan anak-anak Pulau Seliu. |
Anggota Tim BBL-11 bersama anak-anak Pulau Seliu. Fotografer: Yurika Gunawan |
Upacara pagi itu berlangsung khidmat. Seluruh elemen
masyarakat hadir dalam upacara yang diselenggarakan di Lapangan Padang Bol,
Pulau Seliu. Siswa SD hingga SMP, guru-guru, karang taruna, perangkat desa,
perwakilan warga dan kami Tim KKN BBL-11 turut serta mengikuti upacara yang
dipimpin Kepala Desa Seliu, Bapak Edyar. Hari spesial tak kami sia-siakan
begitu saja,
tentu saja berfoto bersama selepas KKN merupakan hal wajib bagi kami. Baik
berfoto dengan sesame kawan KKN, dengan pemuda, dengan anak-anak, bahkan dengan
Pak Kades. Hari itu yang ada hanya bahagia, dan kebahagiaan itu saya lihat dari
tawa yang terukir di wajah-wajah orang yang hadir. Spirit kemerdekaan begitu
terasa di pulau kecil ini.
Lalu,
ingatan saya menuju pada rumah. Dahulu, selepas upacara di sekolah, saya sering
menyaksikan upacara peringatan hari kemerdekaan RI yang digelar di Istana
Negara. Acara yang ditayangkan seruh stasiun televise nasional. Saya merasa
prihatin, ketika menyadari bahwa karena terbatasnya akses listrik, anak-anak
disini jadi tidak dapat menyaksikan upacara yang dipimpin Presiden itu. Ya,
Neiza, Yansa, Neila, Ridho, Sulton, Bagus, dll tidak bisa menyaksikan
putra-putri terbaik bangsa ini berbaris rapi sebagai Petugas Pengibar Bendera
Pusaka (Paskibraka). Mereka pun sama sekali tak tau tentang acara itu ketika
saya Tanya. Padahal dulu saya senang sekali menyaksikan upacar di Istana Negara
ada rasa bahagia dan semangat tersendiri kala itu yang saya rasa anak-anak
disini pasti juga bahagia bila dapat menontonnya. Hhh, 70 tahun merdeka dan
listrik belum 24jam di Seliu… Ah, tapi saya mencoba mengambil sisi positifnya.
ra Anak-anak Seliu justru bisa bertemu dan bermain bersama selepas upacara di
Padang Bol, sambil menyaksikan orang dewasa mempersiapkan aneka property untuk
perlombaan nanti sore. Mereka jadi memiliki lebih banyak waktu untuk
bercengkarama seraya bertatap muka daripada sekedar menyaksikan televisi di
rumah masing-masing.
Tujuh belas Agustus tahun 2015, selepas dzuhur, Padang
Bol Pulau Seliu kembali ramai didatangi warga. Ya, hari ini aneka perlombaan
digelar. Ada panjat pinang, Tarik tambang, balap karung, dsb. Kami, Tim BBL-11
turut menyaksikan dan berpartisipasi dalam lomba sore itu. Seru sekali tak
habis rasanya kebahagiaan menyaksikan
orang dewasa mempersiapkan aneka property untuk perlombaan nanti sore. Mereka
jadi memiliki lebih banyak waktu untuk bercengkarama seraya bertatap muka
daripada sekedar menyaksikan televisi di rumah masing-masing.
Anggotta tim BBL-11 dalam lomba balap karung. Fotografer: Gregorius Oktaviano |
Anggota tim BBL-11 bersama warga dalam lomba tarik tambang. Fotografer: Gregorius Oktaviano |
Tujuh
belas Agustus tahun 2015, selepas dzuhur, Padang Bol Pulau Seliu kembali ramai
didatangi warga. Ya, hari ini aneka perlombaan digelar. Ada panjat pinang,
Tarik tambang, balap karung, dsb. Kami, Tim BBL-11 turut menyaksikan dan
berpartisipasi dalam lomba sore itu. Seru sekali tak habis rasanya kebahagiaan
yang dianugerahkan Allah SWT sedari pagi. Begitu antusias warga datang ke arena
perlombaan, untuk sekedar menyaksikan putra-putri mereka atau turut bermain.
Bagi warga Seliu, bulan Agustus adalah ladangnya
hiburan, bulan dimana banyak kegiatan dilaksanakan. Tentu saja suatu hal yang
tak bisa dengan mudah mereka dapatkan di bulan-bulan lainnya. Bahkan, seorang
pemuda asli bernama Mula menuturkan, kalau bukan Agustus, Seliu cenderung sepi.
Di Seliu, Agustus selalu istimewa. Di Seliu, kemerdekaan Republik Indonesia
selalu disambut dan dinanti kedatangannya, meskipun di tengah keterbatasan fasilitas
yang dialami warganya. Dan
Agustus tahun ini pun istimewa bagi kami, Tim BBL-11, tentu saja tak lain adalah
karena kami merayakannya bersama orang-orang istimewa, di tanah istimewa, Pulau
Seliu.
Dirgahayu
Kemerdekaan ke-70 Republik Indonesia semoga
pembangunan lekas merata dan
jangan berhenti berkarya mengisi kemerdekaan kita.