twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Kuliah Kerja Nyata,
sebuah kegiatan wajib berbobot 3 SKS yang tidak akan pernah terlupa.

Official cocard KKN-PPM UGM 2015 at SMP N 4 Membalong.

Semua ini berawal dari kemunculan grup Facebook yang membahas KKN. Saat itu masih awal semester enam, seorang teman mengundang saya untuk bergabung dalam grup "Komunitas Bincang KKN UGM 2014/2015". Saya pun bergabung dalam yang ternyata berisi mayoritas mahasiswa angkatan 2012 yang dijadwalkan KKN antarsemester enam dan tujuh. Banyak posting yang berisi ajakan untuk membentuk Tim KKN, bahkan membuka open recruitment untuk masuk dalam tim yang sudah ada. Grup itu sempat 'menghebohkan' dan saya sendiri merasa aneh, "Itu grup resmi apa enggak yaa? Kalo iya, kenapa tidak ada pemberitahuan resmi dari pihak universitas tentang pembentukan Tim KKN?" pikir saya dalam hati. Cari aman, saya pun iseng menyetorkan nama dan nomor hape melalui kolom komentar di beberapa postingan. Ternyata, (meskipun tetap saja rasanya aneh) grup itu memang resmi dan mahasiswa dipersilakan membuat Tim KKN sendiri. Jadilah, saya mulai ikut berburu Tim KKN.

Perjuangan Mencari Tim KKN

Saya dan sahabat saya, Hani berencana untuk KKN bersama. Kami maunya satu paket, tidak terpisahkan. Bukannya sok geng atau apa, tapi hidup dua bulan alangkah lebih aman jika bersama setidaknya satu orang yang sudah dikenal bukan? Kami pun mendaftar KKN di beberapa tempat di luar Jawa. Ya, kami ingin merasakan hidup di luar Jawa. Banyak sekali tempat yang coba kami masuki, mulai dari Sabang, Karo, Anambas, Belitung, Berau, Sanggau, Bantaeng, Gorontalo hingga yang masih di Pulau Jawa yakni Garut. Dan taukah kaliah? Mencari Tim KKN tidaklah mudah. Apalagi jika dalam open recruitmen kebanyakan sudah mencantumkan kalimat "Diutamakan dari klaster AGRO dan MEDIKA." . Hal itu dikarenakan banyak tema KKN adalah tentang pertanian. Yaah, apalah daya saya yang berasal dari klaster SOSHUM dan Hani yang berasal dari TEKNIKA. Hal itu sempat memunculkan kritik, yaa bukankah KKN harusnya lintas klaster? Bukankah klaster SOSHUM juga punya kesempatan buat KKN? Hehe :B
Nah, lebih susah lagi ketika syarat yang diminta adalah "Laki-laki". Yaa, mengingat jumlah laki-laki di kampus ini lebih sedikit dari perempuan dan KKN kemungkinan kerja berat sangatlah besar, jadilah kaum Adam diburu para tim pengusul. Hhhh...apa saya dan Hani harus ganti jenis kelamin biar dapet Tim KKN?

Semester enam sudah berjalan tiga bulan, dan kami belum mendapat kelompok KKN. Kami berkali-kali ditolak. Kadang juga, saya diterima tapi Hani ditolak, atau sebaliknya. Padahal kami bersikeras untuk satu paket. Sebelum akhirnya pasrah pada plotting lokasi oleh LPPM, kami mendapat tawaran dari teman untuk mencoba mengirim CV ke e-mail KKN Belitung. CV terkirim~ tinggal menunggu respon tim pengusul. Beberapa hari kemudian, Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit) tim tersebut menghubungi kami, menanyakan bagaimana apabila mereka hanya bisa menerima salah satu dari kami? Akhirnya, saya dan Hani memutuskan untuk merelakan jika kami harus berpisah. Tapi, kami masih terus berdoa agar bisa satu lokasi hehe. Lalu, pada suatu malam kami mendapat SMS bahwa saya dan Hani sama-sama diterima di Tim KKN Belitung tersebut. Alhamdulillahirabbil'alamin, bahagia sekali rasanya :')


Menemukan Keluarga Baru

Jadilah, saya tergabung di Tim KKN-PPM UGM Unit BBL-11 Desa Pulau Seliu, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Sekitar Januari 2015, saya dan Hani mulai terlibat dalam perjuangan tim ini untuk dapat sampai dan hidup dua bulan di pulau kecil di sebelah selatan Belitung yang bahkan baru saya dengar namanya, yaitu Pulau Seliu. Banyak yang harus dipersiapkan, mulai dari transportasi, rancangan program, konsumsi, logistik, dsb. Belum lagi kami harus mengakrabkan diri dengan sesama anggota tim. Berkali-kali rapat dan belum pernah sekalipun bisa lengkap tiga puluh orang yang hadir. Makrab pra-KKN di rumah Dida pun belum bisa full-team :') Bahkan, keberangkatan kami terpisah. Mayoritas anggota tim berangkat pada tanggal 29 Juni 2015 dari KPFT UGM menggunakan bus menuju Jakarta, dan beberapa orang lainnya baru bertemu di Jakarta. Barulah, kami bertemu lengkap tiga puluh orang ketika di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.

Peta kepulauan Belitung dan lokasi KKN kami.


Tim KKN-PPM UGM Unit BBL-11 di Bandara Soekarno-Hatta,
menjelang keberangkatan.

Tidak akan pernah terlupa, 30 Juni 2015. Tim KKN-PPM UGM Unit BBL-11 meninggalkan Pulau Jawa menuju Bandara Sultan Hanandjoeddin, Tanjung Pandang, Belitung. Menempuh perjalanan darat sekitar tiga jam untuk sampai di Teluk Gembira, kemudian menyeberang selama kurang lebih tiga puluh menit menuju tempat pengabdian kami selama dua bulan, Pulau Seliu. Pukul 15.00 kami tiba di pulau kecil berpenduduk sekitar 1.200 jiwa itu. Disini kami akan belajar bermasyarakat dan belajar banyak hal. Seperti yang dikatakan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kami, kurang lebih beliau pernah mengatakan bahwa daripada memberi ilmu yang kalian dapat di kampus, kalian akan lebih banyak belajar ilmu kehidupan selama KKN.

Pertama kalinya saya naik pesawat hehehe :B

Hani dan saya,
pasca landing di Bandara Sultan Hanandjoeddin, Tanjung Pandan.

Penyambutan lima unit Tim KKN-PPM UGM oleh Wakil Bupati Belitung.
= baca berita disini =


Kini, sekembalinya dari Seliu setelah tepat dua bulan berada disana,
saya merasa sangat bersyukur berada di tim ini. 
Mengenal orang-orang ini adalah anugerah.
Masing-masing anggota tim punya cerita tersendiri perihal 'perburuan tim KKN' sebelum akhirnya bersatu di KKN Seliu. 
Kami berasal dari berbagai daerah, dari berbagai jurusan
tapi kami satu keluarga, Tim BBL-11. 
Canda, tawa, bahagia bersama mereka. 
Sesekali konflik ada, tapi saya tau masing-masing berusaha menekan ego mereka
demi tim. Masak dan makan bersama bahkan tidur berdampingan. 
Saling mem-bully tapi juga saling curhat satu sama lain. 
Allah Maha Baik menempatkan saya bersama Tim KKN-PPM UGM Unit BBL-11 ini. Terimakasih untuk dua bulan yang mengesankan :')

Saya jadi teringat, sebelum berangkat KKN ketika rapat Sub-Program 1 di salah satu gedung Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, Kormanit BBL-11 pernah berkata pada saya dengan bercanda, "Kamu bersama orang-orang yang tepat, Rul." Hahah. Iya, Vempi benar. Saya bersama orang-orang yang tepat, tak hanya itu...tapi juga di waktu yang tepat.

Ruang tamu rumah, 01.30 WIB
Magelang | 12 September 2015
September 12, 2015 3 comments
Selama dua bulan tinggal di tanah rantau, ada tempat favorit yang sering saya kunjungi. Ialah dermaga Pulau Seliu, atau masyarakat setempat biasa menyebutnya pangkalan. Tempat kapal-kapal nelayan datang dan pergi, dilengkapi warung-warung kecil yang digunakan orang-orang untuk berkelakar atau main gaple sambil menikmati segelas kopi. Dermaga adalah tempat yang saya datangi ketika siang terik, saya sering menikmati segelas es cincau sambil memandangi aktivitas di dermaga. Dermaga juga saya kunjungi ketika sore cerah untuk menyaksikan sang surya kembali ke paraduannya. Dermaga menjadi tempat favorit para pencari sinyal, sekedar untuk telepon memberi kabar pada keluarga di rumah atau browsing materi. Lebih dari semua itu, bagi saya dermaga adalah tempat untuk sejenak melapaskan diri dari kepenatan di pondokan dan tempat saya mendapatkan quality time, baik bersama warga, pemuda, maupun teman-teman KKN. Ya, deep conversation banyak terjadi di dermaga :')

Sebagai sebuah tempat yang saya datangi hampir setiap hari, bahkan tak jarang baru pulang jam satu dini hari, tentu ada kejadian tak terlupa yang saya alami di dermaga. Saya akan bercerita dua diantaranya.

Kursi di Dermaga Pulau Seliu
Foto oleh: Gregorius Oktaviano, Tim KKN Unit BBL-11

Yang pertama adalah tentang kursi itu. Suatu malam menjelang pagi, sebuah keputusan pernah diambil di kursi itu. Saya duduk di kursi sebelah kiri, saat itu saya dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit. Lama saya duduk mempertimbangkan pilihan, ditemani segelas Coffeemix panas yang kian menjadi dingin. Boleh dibilang itu adalah malam tergalau saya di Seliu haha. Akhirnya, pilihan pun harus ditentukan. Disaksikan dermaga Pulau Seliu, sebuah keputusan telah diambil. Saya tidak boleh menyesalinya. Malam itu, saya tak segera pulang ke pondokan, saya sholat isya' di masjid yang sudah menjadi sepi sambil sejenak menenangkan diri. Sekembalinya ke pondokan, saya tak bisa tidur sampai pagi. Ya, berat sekali rasanya. Seperti itulah, kadang kita mengabaikan perasaan kita sendiri karena terlalu memikirkan perasaan orang lain yang bahkan mungkin tak peduli pada keberadaan kita di dunia ini. Sometimes, life can be so silly.

Yang kedua adalah tentang malam terakhir saya di Seliu. Saat-saat terakhir seperti itu, tentu saja saya menyempatkan diri mengunjungi dermaga di sela-sela ribetnya packing. Malam itu bulan sedang pada kondisi terbaiknya, purnama. Jenis malam-malam yang indah untuk dinikmati, sekaligus musim yang dibenci nelayan karena ombaknya yang besar. Ini adalah purnama ketiga kami di Seliu. Bulan tampak bulat sempurna di tengah pekatnya langit. Lampu-lampu redup di Seliu membuat bulan begitu terang. Cahaya keperakan jatuh di laut menimbulkan bayangan bulan yang berbentuk seperti jalan. Mangata, demikian bayangan perak itu biasa disebut. Saya berjalan dari gapura Desa Pulau Seliu hingga ujung dermaga. Mendekat pada perahu-perahu besar nelayan Jawa yang tengah singgah. Sepanjang perjalanan, pandangan saya ke arah timur, pada purnama dan mangata. Lalu saya mengunjungi warung Pak Kades untuk terakhir kalinya. Memesan kopi dan men-jamin atau mentraktir beberapa orang pemuda, Mula, Migra, dan Toto. Segelas kopi adalah lamanya kami habiskan waktu malam itu. Tak lama, karena saya harus segera pulang ke pondokan, melanjutkan packing yang belum selesai.

Itulah malam terakhir saya di dermaga, sekaligus malam terakhir si Seliu. Indah. Capture the moment? Of course, bukan dengan kamera handphone atau dengan kamera canggihnya Bang Greg, cukup dengan mata yang merekam setiap detail peristiwa. Purnama, mangata, dan kelakar di warung. Ada kekalutan dalam benak saya, menyadari bahwa esok pagi harus meninggalkan Seliu tercinta. Sekaligus rasa rindu pada keluarga. Campur aduk. Entahlah, sulit dideskripsikan perasaan saya malam itu.

Dermaga Pulau Seliu akan selalu mendapat tempat di hati saya. Kenangan-kenangannya tak akan bisa terlupa. Suara debur ombak dan desir angin di dermaga akan senantiasa terngiang dalam benak sampai akhir hayat. Juga pemandangan purnama ketiga saya di dermaga Seliu yang masih tampak indah terlihat kala saya memejamkan mata. Suatu saat semoga diberi kesempatan untuk kembali kesana, saat itu akankah suasana dermaga masih sama?

Tepat seminggu setelah kepulangan, pada kenyataan
Magelang | 7 September 2015
September 08, 2015 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • Jalan-Jalan ke Banyuwangi (1): Itinerary, Transportasi, dan Biaya
    Banyuwangi adalah sebuah tempat yang ingin saya kunjungi sejak sebelum KKN. Saya bahkan sudah menggali informasi dari teman kuliah yang sud...
  • KKN: Selangkah Lebih Dekat pada Ibu Pertiwi
    Dua bulan. Rentang waktu itu dikatakan lambat atau cepat adalah tergantung bagaimana kita menjalaninya, tergantung bagaimana kita memaknain...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    Setelah puas menikmati pesona Taman Nasional Baluran di Situbondo (seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya), saya sholat kemudian ma...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (2): Bacpacker ke Baluran di Musim Hujan
    Setelah kemarin menulis tentang rincian teknis jalan-jalan ke Banyuwangi, kali ini saya hendak menuliskan cerita tentang tempat wisatanya. ...
  • Tentang Kerajinan Kristik
    Selain menyulam yang telah saya bahas sebelumnya, di tahun 2018 ini saya juga mulai bikin kristik lagi. Sejauh ini, sudah ada dua kristik y...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (7)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ►  2016 (28)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ▼  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ▼  September (2)
      • "Kamu Bersama Orang yang Tepat, Rul"
      • Dermaga, Abadilah dalam Kenangan
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose