twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Lagi-lagi aku sampai pada titik ini. Dimana aku harus melihat matamu basah oleh lelaki yang sama. Aku harus mendengar kisah-kisah yang tak pernah beda. Aku harus menyaksikan nafasmu sesak karena terisak. Seperih itukah?
Nona, kenapa harus kamu?
Aku tahu kau pemberani. Aku pun tahu kau cukup kuat. Tapi jika gunung yang kau daki terlalu terjal. Jika pemandangan sekitarnya tak seindah yang kau damba. Turunlah. Bukannya menyerah. Hanya saja, kebahagiaan tak hanya itu semata. Lihatlah, tubuhmu sudah terluka dimana-mana. Berapa kali lagi kau mampu bangkit dari rasa sakit? Berapa lama lagi kau mampu bertahan dari kehancuran? 
Kau bilang apa? “Larilah, sejauh kau bisa lari.” candamu malam itu. Aku bisa saja berlari sejauh-jauhnya. Tapi percuma, karena setiap pulangku adalah menujumu. Kau pun sama. Percuma kau berlari sejauh kau bisa. Kalau untuk setiap luka, kembalimu padaku jua.
Iya. Kenapa harus kamu, Nona?
Ketahuilah, aku sudah banyak kehilangan dirimu. Kau yang kukenal sekarang, bukanlah yang dulu menyapaku riang. Betapa waktu telah banyak mengubahmu. Begitu pula waktu menumbuhkan rasa hatiku. Mengakar semakin dalam, menjulang semakin menantang.
Namun, kau tenang saja. Aku tidak akan merusak apa yang sudah ada. Aku bisa berpura-pura tidak merasa apa-apa. Bahkan, aku pun akan tetap di sini, mengganggumu seperti biasanya.
Ah,
Kenapa harus kamu, Nona?
yang selalu kuusap air matanya
yang paling ingin kulihat senyumnya
yang selalu kudambakan hadirnya
Nona, mendakilah jika kau ingin mendaki. Aku janji akan selalu mengiringi pun membantumu berdiri. Larilah jika kau ingin jauh berlari. Aku akan selalu menantimu kembali.
Meskipun aku tak tahu, kenapa harus kamu, Nona?
Krapyak, Yogyakarta | 22 Desember 2014
karena inspirasi bisa datang dari mana saja.
December 29, 2014 No comments
Seperti sebuah ungkapan klasik, hidup itu bagaikan roda yang berputar. Kita ada di salah satu titik pada roda itu. Adakalanya titik kita berada di bawah, adakalanya di atas, adakalanya pula mengambang di tengah-tengah. Ya, begitulah hidup manusia. Kadang bahagia, kadang sedih, kadang juga biasa saja.

Jika diumpakan seperti roda yang berputar, maka sebulan kemarin adalah saat dimana aku (mungkin) sedang berada di titik terbawahnya. Rasanya, benar-benar berada pada point of exhaustion. Lelah sekali, lahir batin hehe. Emosi juga tak stabil, sebentar-sebentar marah. Mood? Jangan tanya, hampir sebulan bad mood terus.
Lagi banyak-banyaknya tugas penelitian, essay, UTS, Ujian Madrasah, dan ujian hidup tentu saja. Ah, betapa manusiawi :')
Mungkin juga sebulan kemarin aku kurang mendekat pada-Nya, jadinya lagi banyak dikelilingi setan :o Iyaa lhoo, aku sampai mikir gitu. Aku sadar kalo pasti ada yang nggak beres sama diriku sampai bisa-bisanya aku separah itu kemarin heheh. Makanya aku jadi lebih giat mendekati-Nya, baca doa-doa dan sholawat lebih banyak. Maksudnya biar 'adem' :D
Nggak lepas dari peran Ibuk yang setia menampung keluhan dan amarahku, juga memberi petuah-petuah saktinya. Terima kasih Ibuk :*

Tepat satu November. Ujian selesai satu persatu, UTS selesai, tugas-tugas selesai, Ujian Madrasah hampir usai, dan ujian hidup juga mulai kelar :)
Alhamdulillah..alhamdulillah :')
Upaya 'noto ati' dan 'noto pikiran'-ku tak sia-sia. Hati dan pikiran mulai tenang, emosi pun kembali stabil. Sekali lagi, alhamdulillah.

Selamat datang bulan sebelas keduapuluh satu ^^
Semoga berkah dan indah~


Lupakan yang telah berlalu. Semua manusia pasti memiliki cobaannya sendiri-sendiri. Jangan pernah merasa bahwa diri ini yang paling berat diuji. Menunduklah, betapa ujian kita tak ada apa-apanya dibanding mereka. Daripada capek-capek iri, inget-inget aja betapa banyak hal yang harus kita syukuri. Jangan lupa senantiasa siapkan diri, karena makin tua yang ada cobaan itu makin berat. Bukannya berkurang.

Nikmatilah hidup, susah dan senangnya. Pelajari hikmah dari setiap peristiwa yang sungguh, tak pernah ada yang kebetulan. Biarlah, biarlah orang mau katakan apa tentang kita. Blogger senior, Alit Susanto bilang, wajar kok kita punya haters. Itu justru sebuah pertanda kalau kita udah melakukan sesuatu, tanda bahwa kita udah berani ambil risiko dari sebuah keputusan. Kalo kita diem aja, nggak ngapa-ngapain yaa hidup bakal aman-aman aja, nggak punya haters. Yaa, itu bukan berarti haters adalah ukuran kesuksesan juga sih. Tapi, yaa ngerti kan apa maksudku? Jangan terlalu pedulikan orang lain yang nge-judge sesuka hati. Mereka nggak lebih ngerti daripada kamu tentang apa yang kamu alami. Biarkan, biarkan saja tetap begitu adanya. Jangan diambil pusing :)

Tetaplah berbuat baik kepada siapapun. Inget, kita nggak pernah tahu, kebaikan mana yang bakal bawa kita meraih ridho-Nya. Kita juga nggak pernah tahu apa yang bakal terjadi di masa depan antara kita dengan orang-orang yang kita temui. So, be kind! :)

Mulailah lembaran baru dengan cara pandang baru, dengan kebaikan-kebaikan baru.
Be happy and make it worth, lads! :D








Naskah random ini ditulis di Krapyak, Jogjakarta
4 November 2014
oh iya, erima kasih telah datang :')
mari berbahagia~
November 04, 2014 No comments

Sebuah tulisan di buku Hujan Matahari karya Kurniawan Gunadi.
Mungkin bisa jadi sebuah perenungan, untuk kita,
baik para pria maupun wanita :)

Jangan kau pikir makin hari hidup bakal makin mudah,
hidup cuma perkara ujian yang tiada habisnya,
tentang cobaan-cobaan yang terus naik level kesulitannya.
Tapi hidup ini indah jika kita mampu menyikapinya.
Selamat melanjutkan hidup!




Perpustakaan Fisipol UGM
28 Oktober 2014
di tengah-tengah belajar untuk menghadapi UTS Perubahan & Pengembangan Organisasi
October 28, 2014 No comments

Sebuah kalimat untuk kita renungkan dalam-dalam.
"We don't lose friend, we just learn who the real ones are."

Tentang ini, saya punya cerita untuk dituliskan. Tentang topeng-topeng yang berjatuhan, banyak sekali. Daripada menuliskannya, akhirnya saya memilih untuk belajar dari semua kejadian itu. Kejadian-kejadian yang rasanya terlalu banyak untuk dilalui dalam waktu yang sedemikian singkat. Tapi realitanya memang begitu. Saya tak ingin menghindari, satu-satunya cara adalah dengan menghadapi. Ada orang yang sengaja Tuhan singgahkan dalam hidup kita agar kita belajar dari mereka, agar kita mengambil hikmah dari pertemuan dengan mereka.

Saya sepenuhnya menyadari, bahwa tak selamanya yang sanggup berkata manis dan memuji-muji kita itu bisa disebut teman. Tak selamanya pula yang berkata menyakitkan pada kita adalah lawan yang bermaksud melukai. Selalu ada kepentingan-kepentingan di balik setiap perkataan. Ah, tentu saja saya sangat memahami hal-hal seperti itu, saya mahasiswa Sospol, Gan!! Hahah

Saya berusaha untuk tetap berpikir positif pada setiap kejadian yang menimpa saya, pun saya tetap berbuat baik kepada setiap pemilik topeng-topeng yang jatuh. Tak peduli apapun yang meraka katakan tentang saya. Memaafkan, meski jujur memang sulit untuk melupakan. Bukankah pada hakikatnya kita hanya harus memanusiakan manusia? :)



October 11, 2014 No comments

Setiap perjalanan selalu punya ceritanya sendiri.
Tak peduli meski jalan yang dilewati sama,
tapi perjalanan pasti menyajikan cerita berbeda.
Seperti ketika kita berulang kali melewati jalan pulang yang sama,
namun meninggalkan jejak yang berbeda,
kisah yang berbeda, bertemu orang yang berbeda,
dan memetik pelajaran yang tak pernah sama.

Kisah ini adalah tentang perjalanan di Gunung Lawu, 26-27 September 2014

Prinsip mendaki mungkin tak jauh berbeda dengan prinsip dasar menyelam, never dive alone. Mendaki (setidaknya bagiku) bisa juga berprinsip never hike alone. Karena itulah pendakian ini adalah koalisi mahasiswa perguruan tinggi di dua kota, UNS dan UGM. Dari UNS ada Harry sebagai team leader, kemudian Danny, Rahman, dan Fahmi. Sedangkan dari UGM ada aku dan Ajik. Sebenarnya perjalanan ini sama sekali tidak mewakili almamater dalam hal apapun. Sengaja aku menyebut demikian, sekedar untuk memudahkan. Ya, pendakian ini adalah atas nama pertemanan, dengan Harry sehbagai benang merahnya. Kalian tentu tahu, kalau dia sudah berkawan denganku dan Ajik sejak SMP, sedangkan Danny, Rahman, dan Fahmi adalah kawan sekampusnya.

Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta
Jumat, 26 September 2014 - 15.30 WIB

Aku dan Ajik sudah berada di stasiun, menunggu KA Prameks tujuan Stasiun Solo-Balapan yang akan tiba pukul 16.05 nanti. Muka pria di sampingku masih lelah, maklum baru saja kelar kuliah seharian. Makanya dia diam selama tiga puluh lima menit menunggu kereta tiba, mungkin lapar :p dan dalam tiga puluh lima menit itu pulalah mau tak mau aku mematung dengan anggunnya.

Ketika kereta tiba, penumpang berebut masuk dalam kereta. Wajar saja, tiket di tanganku tak menjamin dapat tempat duduk. Walhasil, aku lesehan di lantai kereta. Ajik? Tentu saja tetap stay cool dengan berdiri sepanjang perjalanan.

Kami tiba di Stasiun Solo-Balapan sekitar setengah enam sore. Kemudian menunggu Harry di masjid dekat stasiun. Ah, aku lupa apa nama masjid kecil bercat hijau di dekat palang perlintasan kerta api itu. Harry datang setengah jam kemudian bersama seorang kawan yang dia kenalkan sebagai Rahman. Hai Rahman! Kami pun dibawa ke rumah Danny untuk transit sejenak dan melakukan final checking.

Terlalu lama rasanya kalau aku harus menceritakan apa saja yang kami lakukan di rumah Danny, yang jelas di rumah itu ada sesosok makhluk menggemaskan bernama Sofi, keponakan Danny dan kami disuguhi makan malam disana. Terimakasih keluarga Danny. Oh iya, ada satu lagi anggota rombongan yang menunggu di sana, namanya Fahmi. Singkat cerita, kami berangkat menuju Cemoro Sewu sekitar setengah delapan malam mengendarai motor. Yaps, touring dulu sebelum muntjak XD

Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur
Jumat, 26 September 2014 - 22.00 WIB

Yang pertama ingin kukatakan padamu adalah: dingin! Sebelum naik, kami menyesuaikan dengan suhu sekitar terlebih dahulu dan melakukan pemanasan. Tentu saja nggak lupa buat lapor ke penjaga di basecamp Cemoro Sewu bahwa enam anak manusia ini ingin mencoba menaklukkan Gunung Lawu. Setelah berdoa bersama, pendakian dimulai. Bismillahirrahmanirrahiim :)

Aku adalah satu-satunya wanita dalam rombongan ini. Sebenarnya ada dua wanita lagi yang mestinya ikut, namun dua kawan Harry itu membatalkan ikut. Aku juga sempat hendak mengajak seorang kawan wanita, tapi urung karena nanti pasti kesulitan menyesuaikan jadwal senggang dengan dia. Jadi, aku memutuskan ikut pendakian karena percaya sama dua sahabatku sejak SMP itu dan karena aku merasa yakin. Ya, keyakinan pada perjalanan ini, pada kemampuanku (sebagai Wolverine :p). Aah, aku juga sudah merapal mantra-mantra agar para pria ini tak menngusiliku hahah :P
FYI, tim dalam pendakian ini sengaja dibuat 'ramping', biar mudah meng-handle-nya. Maklum, sebagai mahasiswa Administrasi Publik yang belajar Reformasi Birokrasi pasti sangat suka dengan tim-tim yang 'ramping' hahah. #lupakan


the lady in rest-point

Setelah tiga jam berjalan, kami sampai di Pos II. Karena lelah, dingin (dan ngantuk). Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos II. Selama perjalanan kami tak banyak bertemu pendaki. Lumayan sepi malam itu, tapi di pos ini ada tiga tenda termasuk kami yang memutuskan beristirahat. 

Kawan, biar kuceritakan padamu yang aku suka dari pendakian saat malam. Adalah suasananya. Suara hembusan angin, gesekan pohon, dan ribuan bintang yang tampak begitu jelas terhampar di pekatnya langit malam. Kadang juga rembulan yang sesekali tertutup awan tipis. Menenangkan! Subhanallah, saat-saat seperti itulah rasanya pikiran bisa sejenak tenang, bisa merenung dan berpikir lebih jernih. Aku menikmati suasana itu pada setiap titik istirahat, karena ketika berjalan kita harus fokus pada apa yang kita lewati, pada apa di sekitar kita, pada tujuan kita.

Pukul dua dini hari, satu persatu dari kami mulai lelap. Tak bisa nyenyak tentu saja, karena hawa dingin yang begitu menusuk. Oh ya, kami memang tidak menargetkan sunrise di puncak, perjalanan ini sengaja dibuat santai. Esok pagi usai shalat subuh, kami hendak melanjutkan perjalanan. Good night~ ^^

Pos II Gunung Lawu
Sabtu, 27 September 2014 - 06.00 WIB

Selamat Pagi Indonesia~ Kami sudah shalat subuh dan sarapan, siap melanjutkan perjalanan :D Agar lebih nyaman, barang-barang sengaja kami tinggalkan  di tenda. Harry membawa ranselnya untuk memuat persediaan makanan, minuman, dan obat-obatan. Aku hanya membawa tas kecil berisi tisu dan sebuah benda kecil yang oleh Ajik disebut 'pusaka' yaitu...kaca! It's very important thing, isn' it ladies? XD

Karena sudah lebih bugar daripada semalam, ditambah pagi membuat kami bisa leluasa menikmati pemandangan sekitar, perjalanan dilanjutkan dengan ceria, sesekali bercanda. Kami sempat istirahat sejenak di Pos III. FYI, atap seng di Pos III nampaknya baru saja diganti loh. Ciyeeh, hebat yaa yang ngangkut seng sampai Pos III :3

Ketika hampir sampai di Pos IV, kami nemu spot yang bagus buat foto-foto. Maka di zaman dimana jiwa narsistik sangat didukung dengan melimpahruahnya jejaring sosial, kami pun berfoto ceriaaaaa syalalala~

Yaayyyy full team :))

Saya dan dua pria yang tak henti mem-bully saya sepanjang perjalanan
(tapi juga sahabat-sahabat terbaik) B)

Ajik - 21 thn - mahasiswa Teknik Sipil UGM - Jomblo.
Koordinator CIVILION!! (katanya)

Istirahat di Pos V
Selama perjalanan dari Pos IV ke Pos V dan beberapa menit setelahnya, kami melihat bekas-bekas kebakaran di kanan kiri track pendakian. Ya, Lawu memang sempat terbakar pada 16 Agustus 2014 lalu, yang menyebabkan sekitar 700-an pendaki tertahan. Kala itu para pendaki tersebut berencana mengadakan upacara Hari Kemerdekaan ke-69 RI di Puncak Lawu. Bekas kebakarannya lumayan gede lo gaiss. Penyebab Kebakaran Lawu itu konon adalah para pendaki yang menyalakan api unggun dan tidak benar-benar mematikan apinya :3

Nah tuh, jadi pelajaran banget buat kami para pendaki selanjutnya. Bahwa mendaki gunung nggak boleh seenaknya sendiri. Harus ikuti rule dan bener-bener didasari menghormati alam. Jangan malah ngerusak atau nyampah. Ingat dan patuhi betul tiga hal ini >> Take nothing but picture, left nothing but footprint, kill nothing but time :) Tuh bagi yang masih suka metik edelweiss buat sang kekasih jangan lagi yaa. Nggak cuma kamu yang mau menikmati indahnya perlambang cinta abadi itu, semua pendaki juga pengen. Makanya biarkan edelweiss hidup di habitatnya dengan tenang. Daripada metik dan merusak alam, mending kekasihmu aja yang diajak naik gunung..lihat edelweiss bareng setelah melewati perjuangan-perjuangan seru :')

Yak, balik ke perjalanan kami.
Setelah Pos V, jalan yang ditempuh sudah bukan tatanan batu lagi. Melainkan lebih banyak melintasi sabana. Karena musim kemarau, debunya lho rek :3 Tapi tak apa-apa, untuk mendapatakan sesuatu yang indah dan berharga emang harus ada perjuangannya kan yaa? :') Sudah terasa lelah sebenernya, di tanjakan terkhir menuju puncak. Perjalanan terasa lamaa sekali. Tapi kami masih semangat untuk menyentuh Tugu Puncak Lawu :)

Akhirnyaaa....

Hargo Dumilah, 3265mdpl
Sabtu, 27 September 2014 - 10.00 WIB

Sampai juga kami di Puncak Lawu :')
Kami saling menyalami satu sama lain dan tentu saja tak lupa mengucap syukur pada-Nya. Tanpa kuasa-Nya, kami nggak akan bisa menginjakkan kaki jangankan di Hargo Dumilah. Alhamdulillahi rabbil'alamin. Juga tak henti memuji kebesaran-Nya, Sang Pencipta dan Pemilik segala keindahan yang kami saksikan dari 3265mdpl :')

Pada menit-menit awal, hanya kami lah yang ada di puncak ini. Kami berlindung dari cahaya matahari di bawah bayang-bayang Tugu Puncak Lawu yang disponsori oleh KiKy ini. Iya, Kiky merek buku tulis yang ada gambarnya lucu itu :3 Yaa sampai sekarang aku belum menemukan korelasi antara Kiky dan pendakian siih. Padahal aku udah tanya sama my everything, si Google. Tapi dia nggak tahu, ya kalau kalian tahu sini bisa share. Meskipun rasanya lebih masuk akal kalo yang mensponsori pembangunan Tugu Puncak Lawu itu adalah merek barang-barang outdoor, tapi kita tetep kudu berterimakasih sama Kiky yang udah bikin Puncak Lawu makin keren. Terimakasih Kiky ^^

Tugu Puncak Lawu yang jadi chaos oleh barang-barang kami.

Mr. Sudhief's beloved prince in 3265 masl.

Kalau Dek Novi udah bawa jersey Jurusan MKP ke Sindoro,
kalau Diyon udah bawa jersey biru dongker itu ke Rinjani,
saatnya aku bawa jersey itu ke Lawu :D

Rahman - Fahmi - Harry - Danny
Akuntansi UNS 2012


Gaiss, dari kelima makhluk berjenis kelamin laki-laki yang mendaki bersamaku hari itu, Rahman-lah yang paling vokal diantara mereka. Di tengah perjalanan tadi, dia sempat membuat semacam 'kategori' untuk setiap pencapainnya. Maksudnya gimana? Jadi gini, si Rahman ini bilang bahwa ketika mendaki Gunung Lawu, ketika berhasil mencapai Pos I, maka ia dikatakan  "cowok", sampai di Pos II = Laki-laki, sampai di Pos III = Pria, sampai di Pos IV = (aku lupa apa), sampai di Pos V = (lupa juga -_-), dan ketika sampai Puncak Lawu, barulah mendapat kategori "Layak Meminang". Yaahhh...begitulah ide cemerlang Rahman untuk memotivasi dalam perjuangan menaklukkan Lawu. Dan inilaaaah "Pria yang Layak Meminang Wanita Idaman" ituuuuu....



Rahman di Puncak Lawu!


Setelah satu jam puas menikmati pemandangan di puncak, istirahat sejenak, dan foto-foto dengan kerennya, kami memulai perjalanan turun. Membawa serta sampah-sampah yang kami 'produksi' selama perjalanan. Turun dengan penuh rasa syukur dan bahagia bahwa kami telah bersama-sama menginjakkan kaki di Hargo Dumilah :)



Aku pribadi berkali-kali menarik nafas dalam-dalam, puas! Juga tak henti menggores senyum di wajah yang entah sudah sekucel apa. Bahagia sekali :') Andai kau bisa merasakannya. Ah, dapatkah kau merasakannya lewat sinar mataku? #halah Benar-benar sulit mendeskripsikannya dengan kata-kata. Aku bahagia. Terimakasih, Yaa Allah :')



Pendaki Bersorban~

Kami kembali di Pos II sekitar pukul setengah dua siang. Menyempatkan tidur sejenak untuk membayar hutang tidur semalam dan melepas lelah. Tak lama, kami segera berkemas, membersihkan tempat sekitar kami nge-camp, dan meneruskan perjalanan sekitar pukul tiga sore. Hmmm...sisa perbekalan kami masih cukup banyak lho ini :3

Tidak seperti perjalanan naik semalam, ketika turun, kami bertemu dengan banyak rombongan pendaki. Mungkin karena ini malam minggu, jadi banyak pendaki yang nanjak. Bahkan, kami bertemu Mapala UPN yang berjumlah empat puluh orang. Yang unik aku melihat seorang pendaki tanpa alas kaki. Ketika kutanya mengapa ia tak memakai alas kaki, ternyata ia adalah seorang Suku Badui. "Kalau pakai alas kaki malah sakit, Mbak." begitu katanya. Inilah indahnya Indonesia dengan segala keberagamannya. Wonderful! ^^

Danny, yang diam-diam punya bakat fotografi.
Hasil-hasil jepretannya lumayan juga ternyata hehe

Tuhan Maha Adil. Tak dapat sunrise selama pendakian, Dia memberikan kami matahari terbenam yang memukau ketika finish. Subhanallah :') Begitu singkat hingga kami tak sempat mengabadikannya lewat lensa kamera. Tuhan memberi kami hal yang lebih keren, lensa mata dan otak yang bisa menyimpan senja sore itu, juga kenangan-kenangan dalam perjalanan itu.


Ajik, Sang Sweeper dan Fahmi..dua orang terakhir yang tiba di Cemoro Sewu

FINISH! Cemoro Sewu *again*
Danny - Harry - Nurul - Ajik - Rahman - Fahmi

Nah, berikut ini adalah foto-foto pemandangan selama perjalanan. Mostly, adalah hasil jepretan Danny. Selamat menikmati :)

"Hidup bukan perkara berapa harga sepatumu
atau sesering apa kau memolesnya,
tetapi sejauh mana kau tinggalkan jejak."
_Adimas Immanuel

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.

Danny's Pict.
Satu perjalanan telah ditempuh. Satu tujuan telah teraih. Sebenarnya, tujuan bukan semata-semata harga dari sebuah perjalanan. Perjalanan itu sendirilah yang berharga, juga seberapa banyak pembelajaran dan kenangan yang dapat kita petik darinya yang membuatnya lebih bermakna. Atau, akan tiba saatnya ketika perjalanan bukan lagi tentang kemana, tapi tentang dengan siapa. Terimakasih yaa kak, telah bersamaku selama perjalanan ini. :)


Satu kisah telah kita ukir untuk anak cucu kita. Satu impian telah kita wujudkan. Dan setiap kau selesai dengan satu impian, segeralah buat impian-impian baru! Pergilah! Wujudkan impian-impian barumu. 
Nice to have this journey with you all, guys. Thank you :')
Last, "Life is not a problem to be solved. 
It's a journey to be experienced."
See yaa~

Lantai Tiga Komplek Q, Krapyak
Jogjakarta, 10 Oktober 2014 - 12:52 AM



October 11, 2014 2 comments
Jogjakarta selain dikenal sebagai Kota Pelajar, menurut saya juga merupakan Kota Seni dan Budaya. Di tempat ini, para pecinta seni diberi wadah yang cukup memadai untuk mengekspresikan diri mereka. Seni rupa, seni teater, seni musik, seni tari, seni kriya, dll semua memiliki kesempatan untuk menampilkan karya di Kota Istimewa ini. Partisipan dan penikmatnya pun tak melulu dari kalangan pecinta seni karena acara-acara ‘unjuk gigi’ tersebut seringkali dikemas dalam suatu kegiatan yang ‘orang awam’ pun dapat menikmatinya, bahkan membuat mereka sedikit melek seni. Saya sebagai salah satu dari ‘orang awam’ tersebut merasa bersyukur dapat tinggal di tempat ini. Terimakasih Jogja :)

Salah satu acara yang diselenggarakan di Jogja dalam rangka mewadahi karya para seniman adalah Pameran Seni ArtJog. ArtJog diadakan setiap tahun oleh Dinas Pariwisata DIY. Tahun ini, ArtJog yang dilaksanakan pada 07-30 Juni 2014 lalu dan mengusung tema Legacies of Power. Sebuah tema yang sesuai dengan kondisi politik Indonesia saat itu, dimana sedang terjadi (konon) Pesta Rakyat melalui Pemilihan Umum atas anggota DPR/DPD RI dan Presiden/Wakil Presiden RI untuk masa bakti 2014-2019.  ArtJog 2014 digelar di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan buka setiap hari dari pukul 10.00-21.00 WIB. Harga Tiket Masuk bisa dikatakan sangat murah untuk acara sebesar ini, yakni Rp10.000,-.

Tiket Masuk ArtJog 2014

Memang ArtJog sudah berlalu beberapa bulan yang lalu, tapi tak ada kata terlambat rasanya untuk menuliskan sebuah cerita, untuk berbagi sebuah pengalaman. Berikut ini adalah beberapa foto karya-karya yang dipamerkan di ArtJog 2014 yang sempat saya abadikan ketika berkunjung ke sana. Foto di bawah ini menunjukkan karya seni, kemudian foto selanjutnya adalah semacam ‘caption’ karya tersebut, demikian seterusnya (foto karya diikuti caption). Beberapa foto, utamanya foto keterangan dari  karya seni sengaja saya edit agar lebih cerah. Ya, saya ke ArtJOg 2014 sebanyak dua kali..ketika malam dan ketika siang. Kamera yang saya gunakan untuk mengabadikan beberapa karya kurang bagus apabila digunakan memotret di malam hari, jadi khususnya foto yang diambil malam hari sengaja di-edit agar tidak terlalu gelap. Selamat menikmati :)

Penjelasan mengenai tema umum ArtJog 2014, Legacies of Power.

Catch Me If You Can



Dari Abu Kembali Menjadi Abu, Dari Debu Kembali Menjadi Debu



Keberangkatan Pengasingan Presiden Soekarno
oleh Belanda ke Pulau Bangka



Promises (From The Series of Silence, 2014)



Riding The Tigerish Goat



History Repeats Itself


Berikut ini adalah salah satu karya favorit saya. Sebuah kerajinan 'kristik' bergambar uang seratus dolar Amerika. Alasan saya menyukai karya ini sebenarnya adalah karena pada saat itu saya juga sedang membuat kerajinan serupa hehe

Frame of Faith



Pandora's Box


Unfinished Journey



A Hundred Hopes (tribute to Street Fighters)



Untittled


Another Picts

Kalau foto-foto di bawah ini adalah foto yang saya ambil tanpa sempat memotret caption-nya. Juga beberapa foto narsis saya ketika mengunjungi ArtJog 2014. Saya berkunjung kesana dua kali, pada malam tanggal 8 Juni 2014 bersama Hani dan pada 26 Juni 2014 bersama Ibu dan adik ketika siang hari :)


October 06, 2014 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • Jajan MakeUp yang Bikin Hepi
    Bulan Mei lalu, saya jajan tiga barang belanjaan yang bikin hepi. Ada eyeshadow, blush on , sama lipstick. Udah saya pake beberapa minggu, s...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • Bulan Istimewa di Tanah Istimewa
    Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semaca...
  • Surga di Negeri Liu-Liu
    Sekali lagi saya merasa bersyukur telah menjadi bagian dari Keluarga KKN-PPM UGM Unit BBL-11 di pertengahan tahun 2015 ini. Jika harus menu...
  • Dua Puluh Dua
    this lovely handlettering is created by my besties , Icha. Makasih chaak * hug * Bismillahirrahmanirrahiim :) So, here is my very f...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    Setelah puas menikmati pesona Taman Nasional Baluran di Situbondo (seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya), saya sholat kemudian ma...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (7)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ►  2016 (28)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ▼  2014 (38)
    • ▼  December (1)
      • Kenapa Harus Kamu, Nona?
    • ►  November (1)
      • Dear November
    • ►  October (5)
      • "Aku kehabisan kata-kata."
      • We Don't Lose Friend
      • A Journey to be Experienced (Mt.Lawu, 3265 masl)
      • Legacies Of Power
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose