Oktober Keduapuluh
Oktober 2013
Oktober keduapuluh dalam hidupku.
Hari pertamanya, aku bangun dan merasa cantik. Bahagia.
Segores senyum di bibir, sisa percakapan aku dan kamu menjelang pagi tadi. Saat
aku terjaga dan susah tidur lagi, setelah kau pulang dari jalan bareng
teman-temanmu. Ya, dari percakapan menjelang pagi antara aku dan kamu, aku bisa
tahu Oktober keduapuluh-ku akan mengesankan.
Meski Oktober keduapuluhku tak melulu tentang dirimu. Tapi
kamu tetap pemeran penting dalam kisah Oktoberku. Tolong jangan lupa itu :)
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena aku menunggu
keretamu datang. Aku menunggumu. Lalu kau datang.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena ini pertama kalinya
Malam Lebaran tidak bersama keluarga.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena pertama kalinya aku
mendengar suaranya dan mulai mengetahui siapa gerangan dirinya.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena suatu malam dibawah
cahaya purnama, di halaman sayap barat Gedung Grha Sabha Permana, dengan
temaram lampu-lampu kuning kampus biru. Lalu aku bilang padamu WYWH.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena pertama kalinya
masuk ke FT, berbagi rasa sampai larut di KPFT UGM dengan dua sahabat terhebat.
Para pejuang, yang mempercantik bumi dengan senjata rapido dan penggaris :)
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena aku kembali
berenang setelah sekian lama. Dan pertama kalinya aku begitu gugup sekedar
untuk menatapmu pun aku tank sanggup.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena aku menjelajah
Kampus Fisipol hingga menemukan suatu tempat terbuka di lantai empat. Tempat
dimana bisa melihat suasana sekitar dari sudut berbeda. Menikmati langit sore
dari sana.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena kau jadikan "karya"-ku sebagai foto profilmu.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena kau jadikan "karya"-ku sebagai foto profilmu.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena tugas essay dari
Pak Bando yang taka ada habisnya.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena aku merasa
benar-benar marah, dan tahu harus aku tujukan pada siapa. Hingga merenung dan
mendekatkan diri pada-Nya adalah satu-satunya yang bisa kulakukan.
Oktober keduapuluhku mengesankan, karena aku menuruti keinginan
Ibuku. Menemani beliau makan di kedai-kedai di tepian alun-alun Kota Magelang
dan sekedar menikmati suasana alun-alun sembari duduk di bawah pohon beringin
di tengah alun-alun.
Oktober keduapuluhku mengesankan, terlalu mengesankan. Aku lelah, dear. Aku lelah!
Ya, Oktoberku keduapuluhku mengesankan
Abadilah dalam kenangan
0 comments