Apakah kalian pernah membaca buku legendaris karya Antonie de Saint Auxpery? Yes, Le Petite Prince. Beberapa tahun lalu saya membacanya dan ada satu kalimat dalam buku itu yang cukup membekas: "Grown ups like numbers, orang dewasa suka angka-angka." Saat itu yang ada dalam benak saya adalah bahwa kalimat itu ada benarnya dan kalimat-kalimat berikutnya membuat saya geli membacanya. Sekian tahun berlalu, ternyata sekarang kalimat itu semakin relatable.
Saya merasa baru kali ini berada di circle yang gemar dengan angka ini. Saya tidak tau, apakah ini karena saya semakin tua dan dikeliling pula oleh para so called grown ups yang menyukai angka-angka, or it's simply just their natural character. Sebelumnya di sekolah atau kuliah, teman-teman saya adalah orang yang setidaknya saya merasa melihat diri saya dari karakter, barangkali dari motif floral cantik yang saya suka, dari ketidaksukaan saya pada warna-warna nude karena takut keliatan kusam, dari hobi saya menulis di blog, atau dari kesukaan saya pada dunia jahit menjahit dan bikin artwork hand-embroidery. Begitupun saya melihat teman-teman saya di masa itu, saya melihat si A adalah teman yg gemar bersholawat dan rajin nderes Quran, melihat si B sebagai sosok yang high-achievement di bidang akademik dengan public speaking bagus, melihat si C adalah penggemar segala sesuatu tentang Strawberry dan warna-warna pastel, melihat si D sebagai orang yang sporty banget dan punya body goals, atau juga melihat si E dari kesukaannya traveling ke berbagai tempat. Tentu saya sedikit mengetahui latar belakang keluarga dan pekerjaan teman-teman saya ini, tapi yaa cukup tau itu sebagai bagian identitas mereka dan sesekali bertukar cerita kehidupan dunia kerja.
Tapi circle satu ini berbeda....
Orang-orang dalam circle ini tidak akan tahu hobimu karena mereka sibuk dengan angka. Dalam circle ini, jika mereka bertanya tentang pekerjaan, mereka tidak bertanya apa yang kita lakukan dalam pekerjaan itu tapi berapa gaji yang kita peroleh dari pekerjaan itu. Mereka tidak akan bertanya bagaimana ibumu mengajarimu belajar membaca ketika kecil dulu karena mereka lebih tertarik pada berapa uang yang dikeluarkan ibumu untuk membiayai pesta pernikahanmu, bahkan jika orangtuamu sudah meninggal mereka tak segan bertanya seberapa besar warisan yang kau peroleh. Jika kebetulan kamu memiliki barang baru, mereka tidak akan bertanya apa keunikan barang itu yang membuat kamu memilihnya atau apakah benda itu nyaman dipakai, tapi yang mereka tanyakan pertama kali adalah harganya. Saat kamu berhasil menuliskan sebuah cerita yang dipublikasikan, mereka sama sekali tidak ingin tau isi tulisanmu, karena mereka sudah sibuk dengan mempertanyakan berapa uang yang kau peroleh dari semua itu. Saya terkadang takjub ada orang yang begitu gemarnya pada angka, karena pada lingkar-lingkar pertemanan sebelumnya saya tidak pernah menemui. Memang sesekali kami membahas angka, dan sesekali juga takjub pada angka besar atau juga angka kecil, but never be the main topic.
Tulisan ini kiranya sebagai pengingat semoga saya tidak menjadi grown ups menyebalkan seperti dalam buku Le Petite Prince. Semoga saya senantiasa bisa menjadi sosok yang melihat orang lain tak terbatas pada angka tapi juga pada value-value yang meraka.