Gusti Allah Mboten Sare

by - January 31, 2016

Allah selalu ada bersama kita, dalam setiap langkah kita
Termasuk langkah dalam menggapai cita....
Ini adalah sebuah kisah untuk jangan pernah berhenti mengukir impian dan cita...

Beberapa waktu lalu saya meluangkan satu hari untuk menata ulang blog, mulai dari tema blog, menggolongkan tulisan dalam label-label tertentu, dan mengedit beberapa tulisan lama. Dari situlah saya membaca kembali beberapa tulisan yang telah saya posting. Tidak terasa sudah enam tahun saya menulis di blog, meskipun tidak secara rutin. Saya menulis blog sejak tahun 2010, ketika saya masih duduk di bangku kelas X SMA. Postingan pertama di blog ini adalah perkenalan, dilanjutkan tulisan berjudul Meraih Mimpi yang menceritakan saya yang tengah mengejar impian. Postingan itulah yang menginspirasi saya untuk membuat tulisan ini.

Mimpi apakah yang sedang berusaha saya raih pada Mei 2010 sehingga saya mengunggah tulisan Meraih Mimpi di blog? Kalau teman-teman klik link tersebut lalu membaca tulisan itu, pasti menemukan kalimat "belajar ke luar negeri". Ya, saya sedang berjuang untuk belajar keluar negeri. Terinspirasi dari kakak kelas saya waktu SMA, Mbak Bunga Carnadia yang baru saja pulang dari mengikuti pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Mbak Bunga ini memicu semangat adek-adek kelas untuk mengikuti pertukaran pelajar yang diselenggarakan Bina Antarbudaya. Saya tidak ingat kapan tepatnya bertemu Mbak Bunga, atau mungkin berawal dari mendengar namanya dari teman-teman di Sibema, karena Mbak Bunga juga alumni Sibema. Entahlah~

Museum Kata Andrea Hirata.

Apa yang memotivasi saya untuk belajar keluar negeri? Jawabannya adalah: beberapa novel Teenlit terjemahan dari luar negeri yang saya baca dan novel tetralogi Laskar Pelangi. Novel-novel yang saya baca sejak SMP. Bukankah novel Laskar Pelangi begitu fenomenal kala itu? Novel yang berlatar di Belitung, tempat asal penulis Andrea Hirata, membuat saya yang jarang mendengar pulau itu menjadi tau sedikit tentang Belitung. Tapi yang paling membuat saya termotivasi adalah Edensor yang bercerita tentang perjalanan Andrea Hirata belajar di Sorbonne, Perancis. Entah berapa kali saya membaca novel-novel tetralogi itu. Terlepas dari apakah cerita-cerita itu hoax atau tidak, Edensor benar-benar membuat Nurul kecil bermimpi untuk merasakan pendidikan di luar negeri, hidup jauh dari keluarga dan kerabat.

Kembali ke seleksi pertukaran pelajar, saya mendaftarkan diri sebagai calon peserta pertukaran pelajar Bina Antarbudaya. Calon peserta yang diseleksi pad tahun 2010 ini nantinya akan diberangkatkan tahun 2011, mengingat proses seleksi yang bertahap dan lama. Ada beberapa program yang ditawarkan Bina Antarbudaya, ada JENESYS untuk summer camp di Jepang dan YES untuk pertukaran pelajar selama satu tahun di Amerika Serikat. Saya memilih program YES dalam berkas pendaftaran. Alasan saya memilih program YES adalah karena program ini mengutamakan siswa yang berasal dari negara berpenduduk mayoritas muslim, dengan mengikuti program ini saya berharap bisa memberikan gambaran akan indahnya Islam kepada pelajar asing di Amerika, bahwa mindset yang menyatakan Islam identik dengan teroris tidaklah benar, bahwa Islam adalah agama yang damai. Tidak muluk-muluk, mulai dari memberikan pemahaman itu kepada orang di sekitar saya nantinya. FYI, selain membaca novel yang saya sebutkan sebelumnya saya juga gemar membaca novel Islami, bahkan sejak SD ibu sering membelikan buku cerita Islami untuk saya :)


Kartu Peserta Seleksi Pertukaran Pelajar Bina Antarbudaya

Kalau tidak salah ada 12 orang dari Smansa. Jujur, sebenarnya saya sempat berkecil hati karena ada salah seorang kawan yang meremehkan. Ya, saya tau dia dengan segudang prestasi dan apalah saya siswa baru yang berasal dari SMP pelosok hehe. Tapi hal itu tidak lama, kalimat-kalimat meremehkan dari kawan saya justru menjadi pemicu semangat. Nyatanya, teman saya itu bahkan mendaftar seleksi saja tidak hehe. Saya dan sebelas teman lain mengikuti seleksi Bina Antarbudaya wilayah Jawa Tengah yaitu Chapter Semarang, atau tepatnya di SMP N 3 Semarang.

Saya mengikuti seleksi tahap pertama berupa tes tertulis, seingat saya ada tes pengetahuan umum, tes mata pelajaran, tes Bahas Inggris, psikotes, dan menulis essai. Sambil terus berdoa saya mengerjakan satu demi satu soal tes. Alhamdulillah saya termasuk dalam 155 siswa yang lolos tahap kedua dari total 677 pendaftar, dari Smansa (lagi-lagi seingat saya, maklum sudah lama sekali) ada tujuh orang yang lolos.

Brosur Bina Antarbudaya dan Pengumuman Lolos Seleksi yang masih saya simpan.
Pengumuman Lolos Seleksi Tahap Pertama

Seleksi tahap kedua adalah wawancara, ada wawancara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pada tahap ini, kami juga diperbolehkan menampilkan bakat atau keterampilan di depan pewawancara. Saat itu, ada dua orang dari Indonesia dan seorang bule wanita berkebangsaan Jerman yang mewawancara. Saya menceritakan diri saya, keseharian, dan motivasi mengikuti pertukaran pelajar. Dalam kesempatan tersebut saya menarikan Tari Merak di hadapan pewawancara, alhamdulillah di Smansa ada mata pelajaran Seni Tari sehingga saya bisa menari meskipun masih kaku. Tari Merak cukup membuat Schalke, nama si bule pewawancara bahagia hehe. Berhubung bule ini berkebangsaan Jerman, dan saya juga belajar Bahasa Jerman di sekolah, tak lupa saya sedikit mengajak bicara si bule cantik dengan Bahasa Jerman :) Sekali lagi, Allah Maha Baik, saya lolos seleksi tahap kedua dan melanjutkan seleksi tahap ketiga.

Seleksi tahap ketiga ini sekitar tiga puluhan siswa yang tersisa, tahap ini adalah tahap terakhir sebelum seleksi tahap nasional dimulai. Kami dibagi dalam beberapa kelompok kecil, di depan kami ada beberapa macam peralatan dan bahan, kami diminta membuat sesuatu dari alat dan bahan tersebut secara bersama-sama. Ya, tahap ini adalah FGD untuk menilai kekompakan kami. Sayangnya, jalan saya meraih beasiswa YES harus terhenti di tahap ketiga, satu langkah sebelum seleksi nasional. Saya tidak lolos tahap ini. Tidak apa-apa, Allah SWT mungkin tengah menyiapkan rencana lain yang lebih baik untuk saya. Hingga tahap terakhir seleksi pertukaran pelajar Bina Antarbudaya ini, hanya satu orang dari Smansa yang lolos program YES dan setahun tinggal di Amerika, yaitu Rizqika Edni Doni Achsan, yang sekarang tengah menempuh studi S1 di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UGM.

Itu sedikit cerita tentang seleksi pertukaran pelajar yang saya ikuti bertahun-tahun lalu. Ya, saya memang belum ditakdirkan untuk belajar di luar negeri. Belakangan saya ketahui dari pengakuan Ibu sendiri, bahwa saat itu Ibu agak keberatan namun tak tega mengatakan kepada saya. Beliau belum sanggup melepas anaknya untuk belajar jauh di Amerika. Dari sini saya menyadari, the power of restu Ibu. Restu dan doa ibu adalah segalanya. Meski begitu, Allah telah benar-benar baik kepada saya dengan memberi kesempatan mengikuti seleksi hingga lolos tahap ketiga. Gusti Allah Mboten Sare (Allah Tidak Tidur) karena kuasa-Nya laah, saya mendapat begitu banyak pengalaman dari tiga tahap seleksi itu.

Masih 'satu garis' dengan pertukaran pelajar. Dulu, sambil menunggu giliran wawancara, kakak-kakak alumni Bina Antarbudaya bercerita tentang penyair Taufik Ismail dan Najwa Shihab, jurnalis senior yang juga merupakan alumni pertukaran pelajar pada masanya. Saya mengenal Taufik Ismail dari buku kumpulan puisi berjudul Tirani dan Benteng yang pernah saya baca di perpustakaan SMA, sedangkan Najwa Shihab tentu semua orang mengenal jurnalis cantik nan cerdas yang sering muncul di layar kaca ini. Dari sekian banyak alumni yang menjadi tokoh, hanya dua tokoh itu yang banyak diceritakan kepada kami. Lagi-lagi Allah SWT memberi kejutan untuk saya. Dua tahun setelah mendengar cerita itu, saya diterima di Universitas Gadjah Mada. Pada penutupan Ospek UGM 2012 itulah, saya melihat Pak Taufik Ismail menyampaikan orasi budaya di depan sekitar 10.000 maba UGM 2012. Dua tahun setelah Ospek, saya bertemu langsung dengan jurnalis senior yang diceritakan kakak-kakak alumni Bina Antarbudaya, yaitu Mbak Najwa Shihab, in person~ dalam acara Mata Najwa on Stage di Kampus UGM. Menurut saya, hal itu bukanlah suatu kebetulan, selalu ada kuasa Allah SWT. Bahkan di perpustakaan Ponpes Al Munawwir Komplek Q, Krapyak saya juga menemukan sebuah buku yang berisi kisah para alumni Bina Antarbudaya, termasuk kisah Pak Taufiq dan Mbak Najwa :')

Tak berhenti sampai disitu, saya yang dulu benar-benar terinspirasi dengan tetralogi Laskar Pelangi, diberi kesempatan oleh-Nya untuk mengunjungi Negeri Laskar Pelangi, Belitung dalam rangka KKN. Kesempatan ini datang ketika saya sudah benar-benar pasrah kepada-Nya perihal lokasi KKN, saya yakin Allah memberikan yang terbaik. Awalnya saya sangat ingin KKN di luar Jawa, lebih tepatnya Sabang atau Sulawesi, tapi selalu gagal mengikuti open recruitment. Tak menyangka justru diterima melalui close recruitment di KKN Belitung. Rencana Allah sungguh indah, tak ada penyesalan sama sekali gagal mengkuti KKN Sabang, karena Allah menggantinya dengan yang lebih pas untuk saya. Benar-benar menginjakkan kaki di Belitung, dengan tradisi ngopi yang dulu hanya sering baca di tetralogi Laskar Pelangi. Menempuh perjalanan jauh ke Tanjung Pandan yang juga diceritakan di novel best seller itu, hingga menyaksiakan sisa kejayaan PN Timah. Sekaligus berkesempatan mengunjungi replika sekolah Laskar Pelangi yang dulu hanya bisa saya lihat lewat filmnya, bahkan lebih, ya, bahkan lebih. Saya dan teman-teman diberi kesempatan oleh-Nya bertemu anak-anak Seliu, Belitung, dan mendorong mereka meraih impiannya, bahwa mereka juga generasi Laskar Pelangi yang bisa mencapai impian indah mereka.

Generasi Laskar Pelangi menceritakan "pohon impian" mereka.
Menakjubkan sekali isi pohon impian ini :')

Lewat peristiwa-peristiwa itu, Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya kepada saya. Lewat peristiwa-peristiwa itu Allah menujukkan kasih sayangnya kepada saya. Setitik, dari sekian banyak kenikmatan yang diberikan-Nya. Lewat peristiwa-peristiwa itu pula, Allah seolah menegur saya, saya yang kurang maksimal dalam berjuang dan saya yang kurang berdoa sehingga impian-impian saya ada yang belum benar-benar terwujud. Namun saya sadar, saya tidak boleh berputus asa :')

Sumber foto: hand lettering by exsan_'s Intagram

Kawan, ceritaku itu mungkin tak ada apa-apanya jika dibanding kisah-kisah lain dari orang-orang yang mungkin telah benar-benar meraih impiannya, hingga mereka terus menyusun mimpi-mimpi baru selepas satu mimpi diwujudkan. Tapi, kisahku ini merupakan suatu tanda bahwa Allah selalu bersama kita, bahwa Dia ada di setiap langkah kecil kita menggapai cita. Dia selalu ada, mungkin kita yang justru masih sering lalai. Jangan berhenti bermimpi yaa! Terus semangat mewujudkan impian kita, sinergikan doa dan perjuangan tentu saja. Tentu saja, sambil terus melakukan kebaikan kecil kepada sesama setiap harinya :) Kejutan-kejutan indah dari Allah menunggumu di masa yang akan datang!

P.S. Gusti Allah Mboten Sare! ;)

Malam minggu terakhir di bulan pertama tahun 2016
Magelang | 30 Januari 2016

You May Also Like

4 comments

  1. Sampai ketemu nanti ketika ada dijalur kesuksesan masing2... :D

    ReplyDelete
  2. Sampai ketemu nanti ketika ada dijalur kesuksesan masing2... :D

    ReplyDelete
  3. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
  4. ingkang sare niku sing gadah blog niki :D

    ==============================
    Sponsored by:
    =======================
    Harga Iki
    Harga Ecer
    ANUCARA
    Cara Cek In
    Daftar Cara Cek
    Cara Cek Internet
    Cara Cek Online

    ReplyDelete