twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Setelah kemarin menulis tentang rincian teknis jalan-jalan ke Banyuwangi, kali ini saya hendak menuliskan cerita tentang tempat wisatanya. Seperti yang sudah saya bahas di artikel sebelumnya, jalan-jalan kali ini bisa dibilang punya tujuan mainstream yaitu Taman Nasional Baluran dan Kawah Ijen. Nah, artikel ini bakal membahas that iconic Africa van Java a.k.a Baluran National Park. Here we go! Btw, sesungguhnya TN Baluran ini tidak di Banyuwangi sih, melainkan di wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Baca Tulisan Lainnya:
Jalan-jalan ke Banyuwangi (1): Itinerary, Transportasi, dan Biaya
Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen 


backpacker baluran


Perjalanan

Sebenernya, mengunjungi Taman Nasional Baluran lebih disarankan ketika siang setelah dhuhur, karena pada saat itulah hewan-hewannya muncul hahaha. Berhubung jalan-jalan saya kali ini bertepatan dengan musim hujan, maka saya memutuskan untuk mengunjungi Baluran pagi hari, biar nggak kehujanan hahaha. Mohon maaf ini traveler-nya emang males kehujanan LOL. Saya, berangkat dari penginapan di depan Stasiun Karangasem itu pagi jam 08.00 dengan mengandalkan sepenuhnya pada Google Map. 

Dari Stasiun Karangasem, kami ikuti petunjuk Google Map ke arah Pelabuhan Ketapang, abis itu lurus aja ikuti jalan gede ke arah utara. Sekitar satu jam perjalanan, Anda akan menemukan batu besar yang berdiri di tengah jalan, itulah yang disebut dengan Watu Dodol. Kalau udah nemu batu ini, insyaallah TN Baluran sudah dekat. Nanti, di kanan jalan Anda akan menemukan gapura TN Baluran and...welcome to Baluran.


Inilah yang saya maksud dengan batu besar di tengah jalan.

Tiket

Sebelum menjamah Baluran lebih dalam, tentu saja saya harus membeli tiket. Kantor tempat membeli tiket berbentuk rumah panggung, resepsionis akan melayani Anda dan memberi brosur wisata Baluran. Tak lupa, dengan ramah ia akan menjelaskan ada apa aja di Baluran, titik mana aja yang bagus buat foto, dan yang paling penting: bagaimana mengatasi monyet-monyet yang berpotensi 'mengganggu'. Jadi tips dari Mbak resepsionis untuk mengatasi masalah permonyetan ini adalah: Jangan ninggalin barang di motor, jangan ngeluarin makanan, dan sok-sok-an mau ngelempar sesuatu aja kalo doi mau nyerang, (asal jangan dianiaya ya-red).


fasilitas taman nasional baluran
Baluran National Park's starter pack.

Selesai urusan tiket, saya memilih untuk melihat Baluran dari gardu pandang di samping kantor tempat saya beli tiket. Dari situ, kita bisa melihat hutan dan savana dari ketinggian (entah berapa meter). Nggak lama di gardu pandang, saya melanjutkan perjalanan.


Savana Bekol

Tempat iconic di Baluran adalah Savana Bekol. Jarak padang rumput ini dari tempat pembelian tiket adalah 12 kilometer (kata Mbak-nya). Tapi, tolong jangan remehkan 12 kilometer itu, karena jalan yang harus dilalui penuh rintangan dan cobaan. Jalannya berupa aspal sih, tapi udah berlubang dimana-mana dan tersisa butiran-butiran kerikil. Nggak kebayang kalau hujan deras, jalan ini mungkin bisa kayak sungai berbatu hiks. Sebagai pengguna motor (matic pula) maka kami sangat berhati-hati menempuh jalan ini (ditambah sesekali berhenti buat foto) maka sampailah kami di savana sekitar 45 menit kemudian. Sepanjang jalan menuju savana, kanan kiri adalah hutan dan saya banyak menjumpai kera, kupu-kupu, ayam hutan, aneka burung, musang, dan bahkan merak.


Kondisi jalan di dalam area TN Baluran.

Lubang dan genangan ini gak cuma ada satu, gaes!
Mohon untuk tetap semangat HAHAHA

Finally, yaay!!

Sampai di Savana Bekol, tentu saja kami sejenak memarkir kendaraan dan take a lot of photos. Pemandangan di sini sunggah membahagiakan. Musim hujan membuat savana ini tidak gersang kekuningan melainkan hijau sejauh mata memandang berlatar Gunung Baluran yang tampak biru gagah di kejauhan sana. So beautiful! Di dekat spot foto favorit Savana Bekol, ada warung makan dan semacam pondok kayu yang saya pikir bisa digunakan untuk menginap. Sepertinya lain kali harus merasakan menginap di tengah padang sabana dan bangun pagi untuk menikmati sunrise dari pondok kayu. So tranquil, right? (Meskipun saya nggak yakin, ini pondoknya hadap timur apa enggak sebenernya haha).





Ini yang saya maksud dengan pondok kayu,
namanya "pesanggrahan" sih sebenernya.

Ini tempat parkirnya, tapi orang-orang jarang parkir di sini
dan hanya parkir di pinggiran-pinggiran savana.

Ini ada peta habitat hewan-hewan.

Sejauh mata memandang. Nggak kebayang,
kalau hujan jalan ini pasti becek yaa huhu
NB. Itu bukan mobil saya, tapi mobil rombongan pengunjung lain.

Pantai Bama

Puas di Savana Bekol, saatnya kami melanjutnya perjalanan ke Pantai Bama yang jaraknya 3 km dari savana. Nggak usah takut kesasar, karena jalan di taman nasional ini ya cuma ada satu, jadi ikuti jalan saja. TN Baluran ini emang lengkap, abis liat hutan, liat sabana, saatnya disuguhi pemandangan pantai. Ombak di pantainya tenang, bikin kangen ombak di Seliu #halah. Ada beberapa ayunan yang bisa digunakan untuk melamunkan rindu, ada juga fasilitas mushola dan toilet, sama ada bangunan-bangunan tak berdinding yang entah fungsinya apa. Oh iya, perhatian saudara: monyet disini lebih banyak dan lebih usil daripada di Savana Bekol. Jadi, waspadalah! Di Pantai Bama, nggak cuma ada pantai aja, tapi juga ada zona buat liat burung, mangrove trail, dan sebuah tempat yang didefinisikan Mbak Resepsionis tadi sebagai "batu hitam yang bagus buat selfie" (aku langsung kabayang Batu Satam di Tanjung Pandang dong pas denger itu). Dari tiga tempat itu, saya cuma ke mangrove trail-nya. Nggak jauh kok, jalan kaki bentar doang (nggak nyampe lima menit) udah sampai. Ini pertama kalinya sih saya menyaksikan mangrove-mangrove raksasa dari dekat. Ngeri tapi menawan.


Pantai Bama.

Rasanya ingin lebih lama di tempat ini :(((

Ada musholanya, seberang mushola nanti juga ada toiletnya.

Oh iya, sepanjang perjalanan menuju savana, kami hampir tidak berpapasan ataupun disalip sama pengunjung lain, selain petugas TN Baluran yang kebanyakan naik semacam KLX. Kami baru bertemu pengunjung lain ketika berada di savana, ada dua rombongan keluarga dan satu rombongan wisatawan asing yang kami temui. Di Pantai Bama, kami juga bertemu rombongan keluarga yang ternyata adalah orang Magelang. Seriously, I meet Magelangers everywhere! Tapi beliau sudah lama tinggal di Jakarta jadi cuma sesekali mengunjungi Magelang. 


Jalan menuju mangrove-nya.

Mangrove Trail Pantai Bama, TN Baluran.

Mangrove Trail Pantai Bama, TN Baluran.
Sooo beautiful!!
Dari mangrove trail, saya memutuskan untuk pulang karena mulai mendung. Saya ngeri aja kalau harus lewat jalan balik ke pos pembelian tiket pas hujan, hmm... ngeri banget pasti itu aspal rusak, kerikil, campur air. NO! Di sepanjang perjalanan kembali ke pos saya banyak berpapasan dengan rombongan-rombongan yang mau berangkat. Mungkin mereka mengikuti yang disarankan orang-orang: mengunjungi TN Baluran selepas dhuhur. Namun, benar saja ketika saya tinggal beberapa meter menuju pos pembelian tiket, tiba-tiba hujan datang begitu derasnya yang membuat kami memutuskan berteduh dahulu di pos pembelian tiket sebelum melanjutkan perjalanan.

Curhat
[Mohon maaf, saudara-saudara...tiba-tiba ada sub-judul kayak gini HEHEHE]

Kemarin ada teman saya yang melihat foto Savana Bekol ini bilang: "Wah, sejuk sekali!" Let me tell you, gaes (sok-sok'an) meskipun musim hujan, jangan harap di sini sejuk, apalagi di Savana Bekol. Emang sih, pas lewat hutan lumayan sejuk, tapi di sabana sudah panas dong. Saya yang jarang minum aja selama pulang-pergi Baluran hampir ngabisin air mineral kemasan 1,5 liter. Nggak kebayang, kalau pas kemarau kayak apa panasnya. So, jangan lupa bawa minum dan oleskan sunblock untuk melindungi kulit :)

Trus, sepanjang lewat 12 kilometer hutan-hutan di TN Baluran, saya tuh pikirannya random kemana-mana. Mikirin jaman kerajaan dulu, transportasinya gimana ya? Randomly teringat Dyah Pitaloka yang dateng jauh-jauh dari Kerajaan Sunda ke Kerajaan Majapahit. Waktu itu Princess Dyah Pitaloka naik apa ya? Iya sih, awalnya bisa aja lewat laut, tapi pas jalur daratnya? Kan belum ada aspal tuh, pasti lewat hutan-hutan juga kan ya? Apakah Dyah Pitaloka naik kereta kencana seperti GKR Hayu pas royal wedding kemarin? Atau naik kuda sendiri didampingi orang-orangnya? Atau ditandu kayang gungju-gungju di Korea? Ah entahlah, kenapa tiba-tiba saya penasaran sekali wkwkwk. Mungkin ini efek kebanyakan nonton sageuk drama Korea ya HAHAHA. Ya sudah, mari diakhiri saja agar tak melebar kemana-mana :D


Ya, itulah perjalanan saya ke TN Baluran. Saya tidak bertemu hewan besar semacam rusa, banteng, gajah, apalagi panthera pardus. Konon, kalau musim hujan, hewannya memang tidak banyak menampakkan diri. Ya sudah tidak apa-apa, terbayar kok sama pemandangan tak biasa yang saya lihat sejak dari pintu masuk TN Baluran. Besok ke bonbin aja sekalian kalau mau lihat hewan-hewan ehehe. Semoga tulisan ini bermanfaat dan sampai jumpa di tulisan selanjutnya yang akan membahas Kawah Ijen :)

If you wanna share about your trip or have any question,
please kindly left the comments below! :D
HAPPY WEEKEND!!!
March 23, 2018 9 comments
Banyuwangi adalah sebuah tempat yang ingin saya kunjungi sejak sebelum KKN. Saya bahkan sudah menggali informasi dari teman kuliah yang sudah pernah kesana. Targetnya, setelah KKN selesai saya bisa berangkat ke Banyuwangi. Niatan itu tak kunjung terlaksana, tapi keinginan untuk berkunjung kesana tak pernah padam. Setelah sidang skripsi, alhamdulillah ada rezeki yang bisa digunakan untuk ke Banyuwangi, tapi wisudaan ternyata butuh duit yang nggak sedikit maka tabungan saya dialihkan buat perkara wisudaan ini, because saya nggak mau minta duit Ibuk heheh. Sekian lama berlalu, November 2017 saya sudah pesan tiket kereta dan bikin itinerary buat main ke Banyuwangi-Bali. Sayangnya, menjelang hari keberangkatan, ada banjir di Sidoarjo yang membuat kereta yang saya pesan tidak bisa lewat. Ya sudah, mungkin belum rejekinya.

Backpacker Banyuwangi

Sekian lama saya nggak pernah main yang jauh dan cuma mengandalkan Drama Korea sebagai hiburan akhirnya Februari 2018, ketika saya rasa ada kesempatan untuk mengunjungi Banyuwangi, saya tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Maybe, this is it, time for it. Emang sih cuacanya lagi sering hujan gini, but I take the risk! Makanya saya banyak berdoa supaya pas disana dapat cuaca cerah hehe. Berbekal itinerary yang sudah saya susun berdasarkan baca banyak artikel di blog dan menyimak cerita teman-teman (itinerary ini sebenernya adalah untuk jalan-jalan November tahun lalu) saya berangkat ke Banyuwangi. Tujuan utama saya hanya dua: Taman Nasional Baluran dan Kawah Ijen. Sebenernya Banyuwangi hanyalah tempat transit sih, karena pada dasarnya Taman Nasional itu di Situbondo dan Gunung Ijen di perbatasan Banyuwangi-Bondowoso. Kurang lebih seperti inilah gambaran wisata Banyuwangi (yang saya susun ala kadarnya).


Baca artikel selanjutnya:

Jalan-Jalan ke Banyuwangi (2): Wisata Taman Nasional 

Jalan-Jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen

Banyuwangi Tourism Map
Peta dari Google Map, lalu diolah sendiri sama saya.
Yaa, kira-kira di situlah lokasi-lokasi wisatanya hahaha.

Here, I share the journey that I experinced in Banyuwangi. Saya akan membagi cerita saya dalam tiga bagian, yaitu: tulisan ini (yang akan membahas hal-hal teknis selama perjalanan) dan dua tulisan yang membahas tempat wisatanya. Yuk, mari dimulai.


1. Itinerary

Saya siapkan itinerary-nya kayak gini meskipun pada kenyataanya tentu saja ada pergeseran jam, meski nggak jauh-jauh amat. Detail dan perubahannya, nanti saya ceritakan di postingan berikutnya yaa. Sekali lagi intinya saya ke TN Baluran dan Kawah Ijen. Sempat terpikir mau ke Teluk Hijau atau ke Pantai Pulau Merah, tapi mempertimbangkan fisik yang abis naik Ijen saya akhirnya nggak kesana. Kesehatan adalah hal yang utama dan saya begitu mengenal fisik saya hahaha. Jadi, kalau mau dikata sayang nggak ke Teluk Hijau bla bla bla. No! Saya punya dua hari disini and this is how I manage the time I have. Btw, jika ingin itinerary versi lengkap, silakan tinggalkan alamat email di kolom komentar, saya akan dengan senang hati mengirim ke teman-teman hehe. 

Tolong abaikan poin pertama karena itu dulu dibikin pas mau trip Bali-Banyuwangi.
Tapi poin selanjutnya nggak beda jauh kok heheh.





2. Transportasi

Saya berangkat dari Stasiun Lempuyangan Yogyakarta naik Kereta Api Sri Tanjung dengan tujuan Stasiun Karangasem (Banyuwangi). Tiket kelas ekonomi ini cukup murah yaitu Rp94.000,-/orang, namun lamanya perjalanan yang harus ditempuh juga lumayan bikin sabar yaitu empat belas jam. KA Sri Tanjung ini berangkatnya pagi-pagi sekitar pukul 07.00 dari Jogja dan sampai di Karangasem sekitar pukul 21.30. Oh iya, nantinya sekitar jam 13.00, KA Sri Tanjung ini bakalan berhenti cukup lama di Stasiun Surabaya Gubeng karena bakal putar lokomotif (atau papaunlah itu istilahnya). Nah, di Surabaya Gubeng inilah ada waktu yang bisa dimanfaatkan untuk menunaikan sholat dhuhur (dijamak sholat ashar sekalian aja hehe). KA Sri Tanjung ini juga saya gunakan buat pulang kembali ke Jogja. Berangkat pagi juga dari Banyuwangi dan berhenti di Surabaya Gubeng juga sehingga waktunya bisa buat sholat.


Sewa Motor Banyuwangi
Seperti inilah motor yang saya gunakan untuk mobilisasi di Banyuwangi dan sekitarnya.

Nah, kalau selama di Banyuwangi, transportasi yang saya gunakan adalah motor Honda Vario 125. Saya menyewa motor di Rumah Singgah Banyuwangi seharga Rp75.000,-/hari. Tanpa deposit, dan cuma ninggal KTP doang. Fasilitas yang kita dapatakan hanya motor dan helm ya, jadi kalau misal perlu jas hujan harus bawa sendiri. Bisa aja tuh pakai jas hujan plastik yang murah. Kalau saya sih emang bawa jas hujan dari rumah, soalnya saya juga pengen naik ke Kawah Ijen, jadi siap-siap jas hujan. Selain itu bensin tentunya harus keluarin duit sendiri. Selama dua hari di sana, saya isi bensin (Pertalite) dua kali doang. Pertama isi Rp19.000,- lalu isi Rp25.000,-. Tapi pas kami pulang itu lumayan sisa bensinnya. Bensin segitu bisa ke Karangasem - Baluran - Karangasem - Ijen - Jagir - Karangasem -Jawatan Benculuk - Watu Dodol - Taman Sri Tanjung - Karangasem. Berapa kilo ya itu haha. Lumayan irit laah ini Vario 125.


3. Penginapan

Seorang teman pernah menyarankan bahwa jika ke Banyuwangi, bisa menginap di Rumah Singgah Banyuwangi yang letaknya tepat di depan Stasiun Karangasem. Silakan kepo instagramnya di @rumahsinggahbwi. Saya pun memilih tempat ini dengan sebelumnya sudah mengubungi nomor yang tertera di bio instagram. Ada beragam penginapan yang ditawarkan:
  • Penginapan bagus dengan kamar mandi dalam seharga Rp100.000,-/malam (bisa dihuni dua orang).
  • Penginapan yang semacam buat kelompok seharga Rp60.000,-/orang per malam.
  • Penginapan standar dengan kamar mandi luar (bisa dihuni dua orang juga). Saya memilih yang ini saja yang paling murah. Waktu itu ditawarkan dengan harga Rp50.000,-/malam. Tapi tiba-tiba si Mbah yang jaga bilang Rp40.000,-/malam. Saya nggak nawar sih, cuma udah dikasih segitu dan males nawar haha.

But, what do you expect from those price? Is it worth-it?
Buat saya sebenernya lumayan, setidaknnya ada tempat buat istirahat dan lepas jilbab. Karena kalau pakai yang buat berkelompok saya takutnya banyak orang dan jadi harus stay wearing hijab haha. Tapi, pas hari pertama di sana air di kamar mandi itu kecil sekali (sampai harus nampung air lama, baru mandi) dan kamar mandinya kotor. Untungnya, pas hari kedua, airnya sudah normal, kamar mandi sudah ada tempat sampah, dan gantungan bajunya.  Selain itu saya merasa pelayan di sini kadang slow respond. Bukan, bukan dalam hal membalas pesan haha. Tapi ketika kita bertanya atau membutuhkan sesuatu they need a little bit longer time to respond :(( Semoga ke depan pelayanannya bisa lebih baik lagi yaa, hiks.

Jadi saran saya, pastikan dulu aja penginapannya sesuai dengan yang kalian harapkan ya. FYI, di sekitar Karangasem juga ada beberapa homestay kok. Tapi yaa memang lebih jauh dari tempat saya menginap. Tapi bisalah dijangkau dengan jalan kaki lima menit. Oh ya, di sekitar tempat saya menginap ini ada beberapa warung makan juga. Tapi bukanya nggak sampai malem banget dan pagi banget juga belum buka. Mmmm mungkin buka jam 9 pagi dan tutup sekitar jam 10 malam kali ya. Kalau untuk minimarket, di sekitar stasiun ini nggak ada, tapi jalan kaki sepuluh menit ke arah berlawanan dengan stasiun (nggak tau arah mana), nanti bakal ditemui toko kecil di kanan jalan, bisa tuh kalau buat beli minum, cemilan, alat mandi, dsb. hehe.


4. Makan

Atas nama ngirit, saya bawa bekal nugget matang dan nasi dari rumah. Nugget ini setidaknya bisa dipakai makan satu hari (selama perjalanan di kereta) dan sarapan pagi (lauk doang, nasi tetep beli) berikutnya. Nah, tapi perkara makan ini saya terselamatkan. Randomly, ketika mau berangkat ke TN Baluran, nemu orang gelar dagangan di pinggir jalan. Jualan nasi bungkus model kayak yang dijualin di Koperasi Kantin Fisipol. Belilah kami buat sarapan dan makan siang, seharga Rp5.000,- per bungkus. Oh bahagia sekali nemu makanan harga segini wkwk. Rasanya juga lumayan loh, ada nasi telur sama sambal, nasi uduk sama ayam suwir, nasi suwir ayam+mie+sambel, dll. Cuma porsinya emang nggak terlalu banyak. Tapi worth-it dengan harga segitu. Hari berikutnya, saya pun kembali ke tempat ini buat njajan hahaha. Jadi, saran saya kalau masalah makan ini pinter-pinter aja ngakalinnya. Cari tempat makan murah atau bawa bekal abon misalnya. Yaa kecuali liburan Anda adalah jenis liburan yang bergelimang harta, maka bebas laah yaa hahaha.


5. Biaya

Terakhir,biaya. Ini adalah estimasi biaya yang saya susun setelah saya main ke Banyuwangi, jadi sudah berdasarkan kenyataan hahaha. Namun, ini saya hitung ala solo travel, jadi motor saya hitung Rp75.000,-/hari. Kalau teman-teman mau trip bareng temen, mungkin biaya sewa motor, bensin, dan penginapan, bisa dibagi dua dengan rekan seperjalanan biar jatuhnya lebih murah.

Oh iya, jangan lupa keperluan setiap orang beda-beda jadi bisa saja kalian akan menemukan rincian biaya yang lebih murah maupun lebih mahal dari yang saya susun ini. Semoga ini setidaknya bisa memperjelas gambaran kebutuhan biaya selama jalan-jalan, terutama jika berangkatnya dari Jogja hehe.

Estimasi biaya jalan-jalan ke Banyuwangi dan sekitarnya, dari Jogjakarta.
Disusun Februari 2018.

Baiklah, sekian dulu yang dapat saya bagikan terkait jalan-jalan ke Banyuwangi kali ini. Alhamdulillah setelah sekian lama tertunda, setelah sekian lama nggak jalan-jalan, akhirnya kesampaian juga ke Banyuwangi :) Semoga apa yang kalian cita-citakan juga bisa segera terwujud <3 span="">

Btw, I got some cynical comments about this trip :) which is I do not give any respond about that. I even don't know why they said something like that. But, I wanna say thank you for everyone who also happy for me :D
See you in the next articles!!
March 17, 2018 30 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • Jajan MakeUp yang Bikin Hepi
    Bulan Mei lalu, saya jajan tiga barang belanjaan yang bikin hepi. Ada eyeshadow, blush on , sama lipstick. Udah saya pake beberapa minggu, s...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • Bulan Istimewa di Tanah Istimewa
    Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semaca...
  • Surga di Negeri Liu-Liu
    Sekali lagi saya merasa bersyukur telah menjadi bagian dari Keluarga KKN-PPM UGM Unit BBL-11 di pertengahan tahun 2015 ini. Jika harus menu...
  • Dua Puluh Dua
    this lovely handlettering is created by my besties , Icha. Makasih chaak * hug * Bismillahirrahmanirrahiim :) So, here is my very f...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    Setelah puas menikmati pesona Taman Nasional Baluran di Situbondo (seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya), saya sholat kemudian ma...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ▼  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (7)
    • ▼  March (2)
      • Jalan-jalan ke Banyuwangi (2): Bacpacker ke Balura...
      • Jalan-Jalan ke Banyuwangi (1): Itinerary, Transpor...
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (3)
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ►  2016 (28)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose