Suatu sore di Masjid Pogung Dalangan, sambil menunggu waktu sholat Maghrib, saya berbincang-bincang dengan seorang kawan. Kami membahas kesibukan kami masing-masing dan berbagi informasi tentang kesibukan teman-teman dalam circle kami. Tiba-tiba teman saya berkata, “Rul, aku udah ketinggalan jauh yaa dari kalian.” Mendengar kalimat itu, saya memandangnya dan mengatakan, “Ojo ngono, kabeh ki ono mangsane dewe-dewe.” (Jangan gitu, semua sudah ada masanya masing-masing).
Sekali lagi dari yang kesekian kalinya, perbincangan bersama teman saya yang satu ini selalu bikin saya kepikiran. Pernahkah kalian menghadapi pemikiran sperti itu, bahwa kita tertinggal jauh dari kawan-kawan kita. Memang kadang kalau lihat pencapaian teman-teman yang telah lebih dari kita, rasanya minder dan yaah kok kita masih disini-sini aja. Temen kita udah bisa berangkatin orang tua umroh, kita masih nabung sedikit demi sedikit. Temen kita udah nikah, kitanya masih jomblo. Temen kita udah kerja di perusahaan besar dengan salary yang bagus, sementara kita masih tertatih menekuni bisnis. Kadang perasaan inferior itu pasti ada. Tapi, temen saya bilang; life is not a race! Saya rasa itu bener adanya. Kehidupan seseorang mungkin adalah hal yang too complicated kalau mau dibandingin satu sama lain. Nggak bakalan bisa apple to apple. Kita memang diminta berlomba-lomba, tapi dalam melakukan kebaikan, bukan dalam siapa yang duluan mencapai tahap apa. Bukan buat minder sama yang pencapaiannya lebih dari kita dan bukan buat sok-sok’an sama yang belum meraih apa yang kita dapatkan saat ini.
Beberapa waktu lalu, saya melihat sebuah video tentang masalah waktu ini yang kemudian jadi viral. Yang saya tangkap dari video tersebut adalah bahwa we are very much on time in our own time-zone. Kita udah on time di jalan hidup kita masing-masing. Menurut saya, berada dalam titik tertentu kehidupan adalah suatu hal yang semestinya disyukuri. Menetapkan langkah dan target-target selanjutnya itu penting, tapi melihat kembali tahapan yang telah kita lalui dan mensyukuri yang sekarang kita miliki pun tak kalah penting. Mungkin di titik ini, di waktu ini, kita justru menemukan jawaban-jawaban atas beberapa hal yang sebelumnya tak kita mengerti. Di titik ini, mungkin kita justru bisa lebih memahami keadaan orang lain, atau bahkan lebih memahami diri sendiri. Semua orang pasti punya perjuangannya masing-masing, punya kebahagiannya masing-masing, kita tak bisa melihat sisi senengnya saja atau sisi minusnya saja. Pastinya selalu ada hal-hal yang selalu dapat kita pelajari.
Semua bakal ada masanya masing-masing, nggak bisa dipaksain. Kalau kita sudah sampai di titik yang orang lain mungkin belum sampai ke situ, tak usah berlebihan berbangga diri. Kalau kita belum sampai pada titik yang kita inginkan sementara yang lain sudah, tak usah berlebihan mengeluh apalagi iri hati. Yang penting tetep jalan terus, keep moving forward, jangan berhenti. Perjuangan yang telah kita lakukan semoga bisa bikin kita lebih syukur lagi sama yang telah diberikan Allah SWT dan target-target kita semoga bisa jadi penyemangat ikhtiar kita. Semoga kita semakin arif memaknai hidup.
Btw, kok saya jadi sok bijak gini ya? Hmm…nggak apa-apa laah ya.
Tulisan ini buat nasehat kepada diri saya sendiri khususnya :)
Paragraf awalnya mulai dibikin 22 Februari 2017,
tapi baru diselesaikan hari ini.
Jelang pertandingan sepakbola semifinal Sea Games 2017
Indonesia vs Malaysia
Magelang | Sabtu, 26 Agustus 2017