twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • ABOUT
  • CATEGORIES
    • DIY
    • TRAVEL
    • THOUGHTS
    • KOREAN WAVE
  • About
  • Contact

a wonderful life

Bulan April ini banyak long-weekend-nya. Selain minggu lalu, minggu ini juga bakal long-weekend, terus minggu depan juga ada long-weekend sampai awal Mei. So, udah punya rencana apa aja untuk ngisi long weekend-mu? Kalau saya pengen solo-travel ke Banyuwangi, udah dari kapan pengen banget tapi yaa itu, takut diculik, takut tersesat dan tak menemukan arah jalan pulang. Akhirnya cuma jadi wacana :3 Makanya saya memutuskan untuk mencoba suatu hal yang baru yang masih agak berhubungan dengan DIY Project yang pernah saya bikin. Kalau waktu itu saya bikin kristik, kali ini saya mau belajar menyulam. Meskipun saya punya proyek kristik on-going yang nggak kelar-kelar.

Sebenernya saya sudah sejak dua minggu sebelumnya belanja bahan-bahan buat menyulam ini, tapi baru sempet bikin pas libur panjang kemarin. Saya beli bahan-bahan dimana lagi kalau bukan di toko jahit hits Magelang; Hosana. Sayangnya, waktu saya kesana, hanya tersedia benang sulam dengan warna terbatas dan warna-warna yang saya inginkan nggak ada. Sebagai Capricorn sejati yang nggak mudah patah semangat, saya pun mencoba nyari benang ke salah satu toko alat jahit di Pasar Rejowinangun, dan ternyata yang saya cari pun cuma nemu beberapa...dan harganya lebih mahal hampir dua kali lipat, tapi nggak apa-apalah demi kebahagiaan haha. Akhirnya barang yang saya perlukan pun sudah ada di tangan.

Tidak seperti kristik yang saya buat berdasarkan berguru pada kanjeng mami, saya belajar nyulam ini dari liatin video tutorial di Youtube. Jadi memadukan hobi vintage dengan kemajuan teknologi digital haha. Menyulam beda sama kristik, kalo kristik benangnya 'cuma' disilang-silang dan kita bisa mengikuti pola yang kita inginkan, menyulam punya beragam macam cara menusukkan jarum dan benang hingga muncul hasil beda-beda. Yang agak susah di saya adalah, menyulam ini butuh skill menggambar pada kain yang mau disulam, bukan dibikin berdasar ngitungin kotak-kotak pada pola kayak kristik, dan karena skill menggambar saya nggak bagus, yaudah seadanya dulu aja. Kemudian...inilah hasil percobaan pertama saya menyulam. What do you think of it?

My first hand-embroidery attempt.

Dalam sulaman itu, saya pakai lima macam tusuk. Mawarnya saya nggak tau nama tusuknya, saya dapat aja gitu dari Youtube (ada banyak cara bikin mawar di Youtube). Sementara daunnya itu namanya fishbone stitch, batang coklat namanya fern stitch, yang biru-biru (sebenernya itu tosca, tapi setelah difoto jadi gitu warnanya) pake lazy daisy stitch, dan kuning-kuning di tengah saya pakai french knot stitch. Ya, ini saya cuma bilang stitches-nya sesuai pedoman Youtube dan download-in PDF lho, bukan sok english, dan bukan saya karang sendiri. Kalau temen-temen (sok-sokan blog-nya dibaca temen-temen banget sih, Rul haha) pengen nyoba yang serupa, silakan bisa gugling pake keyword nama aneka tusuk itu hehe.

Nggak kayak kristik yang bikinnya butuh waktu berbulan-bulan, karena males nggak dikerjain sih sebenernya. Menyulam gini waktunya relatif cepet. Apalagi saya pakai hoop (lingkaran kayunya itu) kecil, diameter sekitar limabelas centimeter mungkin. Saya hanya butuh waktu semalam (jadi yang nggak bener-bener ngahabisin long-weekend juga sih). Tapi, saya seneng akhirnya bisa nyobain bikin sulaman tangan, satu bucket list berhasil dilakukan :) Tentunya, saya jadi makin penasaran bikin sulaman lagi dong, dengan ukuran yang lebih gede pastinya, juga menyelesaikan proyek kristik yang mangkrak itu.

Saya rasa, cukup itu dulu yang saya bagi soal sulam-menyulam ini. Sementara ini skill saya baru bisa sulam ginian, bukan sulam bibir, atau sulam alis. Kalau ada yang jadi tertarik bikin juga, silakan buka aja tutorial di yutub atau mengunduh panduan menyulam versi PDF, ada banyak kok, tinggal pilih. Gambarnya juga bisa kamu kreasikan sendiri, sesuai keinginanmu.
Selamat mencoba, kawan! :D

Magelang, 22 April 2017
April 22, 2017 3 comments
Pagi ini, saya menemukan hal menarik pada homepage Google. Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, mereka memasang Google Doodle berupa slide show gambar sejumlah wanita dengan anak perempuan mereka. Google Doodle tersebut menginspirasi saya untuk menulis tentang seorang wanita hebat yang menemani selama dua puluh tiga tahun saya hidup, seorang yang selalu berarti 'rumah' tempat memulangkan segala cerita, ialah Ibu.


Pict-source
Bagi setiap anak, Ibu mungkin adalah panutan mereka atau pahlawan mereka, begitu pula bagi saya. Ibu saya hebat, setidaknya dalam sudut pandang saya. Bukan karena beliau adalah menteri, bupati, penyanyi besar, atau semacamnya, tapi Ibu saya hebat in the way she handle her life. Saya lebih menyadari fakta itu akhir-akhir ini, mungkin seiring bertambah luas wawasan, cara berpikir, dan emosi saya. Ya, dulu ketika saya masih kecil Ibu sering menasehati tentang hal-hal yang mungkin nggak logis bagi saya waktu itu, dan selalu yang dikatakan Ibu setelah memberi penjelasan panjang tapi saya tak kunjung paham adalah "sesuk nek wis gede lak ngerti." Pada saatnya, saya mulai paham...sedikit demi sedikit seiring bertambah dewasa. Sorry Mom, it's little bit late :')

Saya kagum pada Ibu dalam hal cara beliau membesarkan kedua anaknya, saya dan adik. Kami berdua tumbuh dengan merasakan sepenuh kasih sayang beliau, tak pernah kurang. Beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan kami tanpa keluhan. Tokoh favorit saya, Kate Middleton, bersama Prince William dan Prince Harry selama ini sering menyuarakan kesehatan mental salah satunya malalui kampanye "Place2Be" yang mengajak dan membiarkan anak-anak mengungkapkan apa yang dialaminya, apa yang mengganggu pikirannya, permasalahan yang dihadapi, dsb. Biar apa? Biar sebagai anak punya teman bicara, biar ada rasa lega setelah mengungkapkan perasaan kita, biar nggak depresi karena memendam masalah. Itulah yang dibiasakan Ibu saya pada saya dan adik saya, sejak kami kecil. Kami selalu terbuka menceritakan apa saja yang terjadi di sekolah, bagaimana pelajaran kami, siapa saja guru-guru dan teman kami, bahkan hingga orang-orang yang kami sukai hehehe. Tak hanya saya, tapi juga adik saya. Mungkin di luar rumah adik tidak terlalu banyak bicara, tapi di rumah dia bercerita banyak hal dan Ibu selalu menyempatkan mendengar cerita kami, menanggapi, memberikan kritik, dan memberi masukan. Saya rasa itu bagus untuk kami, ada komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.

Ibu saya bekerja sebagai PNS. Ketika masih TK, saya memang kadang iri melihat kawan yang bisa langsung bertemu Ibunya sepulang sekolah. Sementara saya akan diurus mbak yang merawat saya waktu itu lalu menunggu bus plat merah Pemda lewat, karena...bus itulah yang akan mengantar Ibu saya pulang. Sebagai wanita yang bekerja Ibu saya tak lantas melupakan keluarganya. Ibu tetap menyempatkan mengupaskan buah untuk saya sepulang dari kantor, sambil ngobrol dengan saya kecil. Ibu saya masih sempat mengajar ngaji dan membaca, mewarnai, atau menyanyi setiap selepas maghrib. Jadi, kalau ada yang bilang "Wanita kok kerja? Nggak sayang sama keluarga?" saya sedih mengetahui masih ada yang mikir demikian. Tidak semua wanita yang bekerja melupakan keluarganya, kadang mereka bekerja justru demi keluarganya.

Ketika anak-anaknya sudah mulai tumbuh besar, sudah bisa mengurus dirinya sendiri, Ibu mulai aktif di kampung. Beliau mengajak ibu-ibu di kampung untuk terlibat dalam berbagai kegiatan, terutama para Ibu muda. Perubahan ini begitu terasa, karena kampung kami sebelumnya cenderung 'anteng' tanpa ada aktivitas. Sekarang, kampung kami punya grup rebana ibu-ibu, punya grup senam ibu-ibu, punya bank sampah yang dikelola ibu-ibu, termasuk acara rutin yasinan ibu-ibu. Mungkin memang suatu hal yang sederhana, tapi saya bisa melihat bahwa ibu-ibu muda ini bersemangat mengikuti aktivitas tersebut. Kalau mau ada pengajian-pengajian di kampung, mau besuk orang sakit, mau takziah, kondangan dan sebagainya...itu bikin saya sering di rumah sendiri karena ibu sibuk mengurus ini-itu. Saya pernah bilang, "Perasaan dulu Ibuk nggak sesibuk ini." Lalu Ibuk saya menanggapi, "Dulu kan anak Ibuk masih kecil-kecil, masih repot. Sekarang kan udah pada bisa ngurus diri sendiri." Hmmm...apa yang dilakukan Ibu saya ini juga jadi contoh bagi saya dan adik untuk menyikapi kehidupan bermasyarakat. Ibuk saya selalu menekankan bahwa "srawung" itu perlu, bergaul dengan tetangga itu perlu. Apalagi, kami tinggal di perkampungan.

Ketika dihadapkan pada masalah pribadi, Ibu adalah sosok yang tegar, mungkin demi anak-anaknya. Ibu jarang terlihat menangis di depan kami, Ibu juga tidak suka mengeluh, setelah banyak kejadian tidak menyenangkan yang dialami beliau. Ketika suatu ketika Ibu diberi cobaan penyakit yang cukup keras, beliau bersabar dan nggak patah semangat, bahkan berani 'mengambil risiko' untuk kesembuhannya. Ibu saya memang bukan orang yang sempurna, tapi perjuangan beliau untuk saya dan adik saya adalah suatu hal yang sangat istimewa. Bagi saya, Ibu saya ini kuat, tak hanya dalam menghadapi masalah pribadinya tapi juga dalam menghadapi anak-anaknya. Bagi saya dan adik saya, Ibu-lah yang senantiasa encouraging dan empowering kami sehingga kami dapat tumbuh seperti sekarang. Terimakasih, Buk.

Itulah sedikit cerita tentang Ibu saya, wanita yang selalu hebat dalam benak saya, perjuangannya untuk anak-anaknya. Every mother has her own struggles. So, if maybe they do the different way with your Mom, don't ever underestimate whoever she is...as a mother. I think, being a mother is not an easy thing.
Mungkin ibu teman-teman punya kisah tersendiri, bukan? Apapun itu, salam untuk ibu kalian, wanita yang melahirkanmu dan mungkin berperan besar dalam hidupmu! Semoga sehat selalu...atau mungkin, semoga tenang di sisi-Nya :)



Ditulis mulai 8 Maret 2017 (International Women's Day), tapi belum selesai.
Baru diselesaikan hari ini,
Yogyakarta, 21 April 2017
Selamat Hari Kartini :)
April 21, 2017 No comments
Sebuah tulisan yang agak panjang, ditulis dari sudut pandang saya pribadi (agak curhat dan menghibur diri juga sih sebenernya haha) boleh setuju, boleh tidak. Boleh kasih kritik juga saran yang membangun :)
Memasuki masa transisi, dari dunia perkuliahan ke dunia kerja. Saya dan kawan-kawan seumuran tentu tak bisa lepas dari pembicaraan perihal pencarian kerja, baik sekadar basa-basi atau sungguh-sungguh terlibat percakapan tersebut. Pencarian kerja pun menjadi topik yang kadang agak sensitif dibahas, seperti halnya skripsi pada masanya dulu. Dari obrolan-obrolan itu, saya menemukan beberapa hal yang...mm unik mungkin, diantaranya seperti yang saya tuliskan ini.
Seorang kawan bercerita kepada saya, bahwa ia tak ingin bekerja di satu bidang tertentu karena suatu alasan khusus. Sebuah alasan yang bisa saya pahami. Namun, yang tak bisa saya pahami adalah ketika dia berulang kali mendaftar pada bidang yang dihindarinya tersebut. Hingga akhirnya diterima di dua perusahaan yang kebetulan sama-sama berhubungan dengan bidang yang konon dihindarinya, jadilah dia galau bukan kepalang. Ingin menolak tapi juga ingin segera bekerja, ingin menerima tapi juga tergiur mendaftar di perusahaan lain. Saya menyarankan agar ia mengambil salah satu pekerjaan tersebut, memilih, sholat istikharah. “Jadi, kamu dukung aku kerja di perusahaan itu?” dia merespons dengan nada tak enak, setengah gusar. “Loh, kalau kamu nggak mau kerja disana ngapain kamu daftar?” saya balik bertanya, mungkin terdengar agak jahat. Tapi, begitulah yang ada dalam benak saya. Setiap pekerjaan itu pasti ada risikonya masing-masing, punya kulturnya masing-masing. Bagi saya, kalau dari awal sekiranya sudah tidak sreg dengan perusahaanya, sudah tidak yakin bisa meng-handle risikonya...yaa mending tak usah mendaftar. Biarkan saja kesempatan itu diambil oleh mereka yang lebih siap lahir batin dengan pekerjaan itu. Karena pemikiran yang ‘pilih-pilih’ inilah, seorang kawan berkata kepada saya: “Kamu idealis. Kayak mahasiswa.” Hehe he hehehe saya hanya membalasnya dengan tersenyum. Sejauh ini, setidaknya sejauh ini...prinsip saya memang seperti itu.
Sebagai mahasiswa jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik a.k.a Administrasi Publik, jurusan kami jarang dicantumkan di lowongan-lowongan pekerjaan. Jadilah, kami mendaftar pada lowongan mencantumkan syarat “bachelor degree of any major” alias “semua jurusan”, atau ikut ke Manajemen, itupun masih pikir-pikir dulu sesuai atau tidak. Saya kadang sedih ketika ada kawan sejurusan yang sangat pesimis mencari kerja, “Jurusan kita tuh susah banget.” apalagi kalau ditambah “Kenapa yaa dulu aku nggak kuliah di jurusan A, B, C, saja?” Hmm, ayolah gaess...rezeki udah ada yang ngatur. Semangat yuuk, jangan pesimis! Kadang saya mikir, ini saya yang terlalu selow atau mereka yang terlalu ngoyo? Entahlah. Di tengah jurusan kami yang jarang disebutkan di lowongan kerja, ada seseorang yang kebetulan kuliah di jurusan yang kayaknya favorit semua perusahaan. Dengan kesempatan yang begitu besarnya itu, seseorang berkata “Iya sih jurusanku ada dimana-mana, tapi kalau syarat nggak memenuhi kayak skor TOEFL-ku yang rendah ya sama aja.” Hiks...sedih lagi. Self-improvement kan tanggung jawab setiap individu, TOEFL masih bisa dikejar kok. Bisa les, atau yook belajar dari internet. Banyaakk..sangat banyak panduan TOEFL, dari PDF hingga video-video di Youtube. Tinggal mau usaha atau enggak. Jangan pesimis, tetap optimis! :’)
Yang makin bikin sedih, ada juga yang ngeremehin kerjaan orang. “Si A kan lulusan S1, kok mau kerja disana. Gajinya dikit.” Jujur saya kaget denger kalimat itu. Mungkin, orang yang dimaksud ini nggak cuma semata-mata cari gaji, mungkin passion-nya disitu, mungkin lingkungan kerjanya mendukung dan bikin dia nyaman, atau mungkin juga panggilan hati untuk mengabdi. Orang yang kerja dengan alasan kayak gitu saya rasa bener-bener ada. Apa yang saya pikirkan terbukti benar, ketika saya berkesempatan mengenal si A lebih dekat, ternyata si A ini load kerjanya banyak dan dia bisa handle itu dengan baik, dengan tetep terlihat hepi. Berkat pekerjaan itu, si A ini berkesempatan ketemu orang-orang hebat yang mana ia bisa belajar begitu banyak dari orang-orang yang ditemuinya, memperkaya pengalaman dan pengetahuannya. So...no, we really can’t underestimate someone’s job.
Kalau ketemu orang-orang yang terlalu galau masalah pekerjaan, pesimis, atau underestimate orang lain semacam itu coba didukung, diajak ngomong pelan-pelan. Menurut saya, itu semacam insecurity gitu, maybe they just need a friend to talk to, to made them emotionally secure. Biar dia semangat dan positive thinking. Meski kadang, ketika denger kalimat-kalimat macam itu juga bisa berpengaruh ke pemikiran kita, jadi ikut pesimis, jangan sampai deh ya. Sebisa mungkin jangan banyak ngeluh, kalau kita denger keluhan orang lain aja capek, mestinya orang yang denger keluhan kita pun capek kan? Hehe.
Bukannya kerja nggak ada yang enak ya? Semua ada risikonya. Seorang kawan yang bekerja di tambang batu bara dengan penghasilan yang terbilang besar, ia harus bekerja dua belas jam sehari. Sistemnya pun bukan lima hari kerja, lalu bisa menikmati weekend pada umumnya, tapi tiga belas hari kerja, satu hari off. Teman lain mengunggah pengalamannya bekerja pada perusahaan asuransi di pedalaman Kalimantan. Lewat sosial media ia bercerita bahwa untuk mencapai rumah klien-nya ia harus melewati jalanan yang tak semulus jalanan di Jawa, menyeberang sungai, dan kadang kemalaman hingga harus menginap di rumah warga (karena tidak ada penerangan jalan di malam hari). Tapi ia menikmati itu, senang bisa membantu orang katanya. Ada yang bilang kalau mau enak ya bisnis, bikin perusahaan sendiri? Itupun tak lepas dari risiko kan? Berjuang mempromosikan usahanya hingga adanya kemungkinan merugi. Nggak ada yang enak. We have to take the risk! Semua ada prosesnya masing-masing, nggak ada yang instan :’)
Terakhir, mari tetap semangat memperjuangkan hal-hal baik yang ingin diperjuangkan! Jangan lupa tetap berdoa pada-Nya dan mensyukuri apa yang sejauh ini telah Allah berikan pada kita. Sesekali introspeksi diri juga perlu, berbenah sedikit demi sedikit. We will be very much on time in our own timeline. Tapi ya itu, jangan lelah ikhtiar, belajar buat self-improvement, baca buku, baca artikel, nonton video, atau lewat obrolan positif bareng temen. Semoga impian kita terwujud. Amin.
Magelang, 15 April 2017 | 00:15 WIB
April 15, 2017 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Live in small and lovely town, Magelang. Enjoy making DIY project, especially hand-embroidery. Really love writing here, share some thoughts, experience, and everything that popping in my mind.

Follow Us

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Popular Posts

  • [K-Drama] Queen Seondeok: Drama vs Realita
    The Great Queen Seondeok adalah sebuah drama yang dibuat berdasarkan sejarah tapi dengan menyisipkan tokoh dan cerita fiksi di dalamnya. T...
  • [K-Drama] Queen Seondeok: Kisah Cinta Deokman, Kim Yu Shin, dan Bidam
    Sebuah drama yang tanpa kisah percintaan sepertinya akan terasa hambar, sehambar hidup tanpa cinta mungkin #halah maka The Great Queen Seon...
  • Review Film 'A Taxi Driver': Peran Supir Taksi dalam Membangkitkan Demokrasi di Korea Selatan
    Mumpung masih bulan April dan masih konsisten sama postingan per-korea-an, saya mau menulis tentang A Taxi Driver . Sudah lama banget saya ...
  • [K-Drama] Tokoh Favorit dalam Drama "The Great Queen Seondeok"
    Nonton K-Drama berjudul  The Great Queen Seondeok (QSD)   telah membuat saya begitu excited atau apalah perasaan ini namanya, saya kurang ...
  • Jajan MakeUp yang Bikin Hepi
    Bulan Mei lalu, saya jajan tiga barang belanjaan yang bikin hepi. Ada eyeshadow, blush on , sama lipstick. Udah saya pake beberapa minggu, s...
  • [K-Drama] Ringkasan Drama The Great Queen Seondeok: Perjuangan Wanita Meraih Tahta
    [ WARNING : Tulisan ini bakal sangat panjang, karena emang banyak yang harus dibahas dan karena saya begitu antusias. Nggak tahu lagi g...
  • Bulan Istimewa di Tanah Istimewa
    Hari kemerdekaan Republik Indonesia sudah berlalu sekian hari. Mungkin agak terlambat menuliskan cerita ini, namun anggap saja ini semaca...
  • Surga di Negeri Liu-Liu
    Sekali lagi saya merasa bersyukur telah menjadi bagian dari Keluarga KKN-PPM UGM Unit BBL-11 di pertengahan tahun 2015 ini. Jika harus menu...
  • Dua Puluh Dua
    this lovely handlettering is created by my besties , Icha. Makasih chaak * hug * Bismillahirrahmanirrahiim :) So, here is my very f...
  • Jalan-jalan ke Banyuwangi (3): Pendakian Gunung Ijen
    Setelah puas menikmati pesona Taman Nasional Baluran di Situbondo (seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya), saya sholat kemudian ma...

Labels

  • DIY Project
  • Drama Korea
  • Jalan-jalan
  • KKN
  • Korean Wave
  • Life Story
  • Something Wonderful
  • Thoughts

recent posts

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  December (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (10)
    • ►  November (1)
    • ►  September (5)
    • ►  July (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (4)
    • ►  October (1)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  December (5)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (7)
    • ►  March (2)
    • ►  February (4)
    • ►  January (4)
  • ▼  2017 (35)
    • ►  December (7)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ▼  April (3)
      • First Attempt: Hand-Embroidery
      • Wanita Istimewa
      • Midnight Self-talk
    • ►  March (4)
    • ►  January (11)
  • ►  2016 (28)
    • ►  December (4)
    • ►  November (3)
    • ►  October (4)
    • ►  September (2)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (2)
  • ►  2015 (9)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
    • ►  September (2)
    • ►  April (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2014 (38)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  June (4)
    • ►  May (4)
    • ►  April (5)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)
    • ►  January (11)
  • ►  2013 (46)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (9)
    • ►  September (8)
    • ►  August (8)
    • ►  July (1)
    • ►  June (3)
    • ►  May (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (2)
  • ►  2012 (7)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (2)
  • ►  2011 (19)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (1)
    • ►  March (8)
  • ►  2010 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose